water in the sea

1.7K 165 2
                                    

[Luna Pov]

"Aku kan sudah bilang untuk pergi!"

Aku membuka mataku dan melihat Alice berdiri di depanku. Ia masih di dalam air dan di belakangnya pasukan berjejer. Ia mengenakan baju selayaknya seorang putri, sepertinya ia sudah bertemu ayahnya yang sebenarnya.

"Kenapa kau tidak pergi?"

Aku menghela napas, aku tak lagi punya tenaga yang cukup untuk menjawab semua pertanyaannya. Bahkan mempertahankan mataku untuk tetap terbuka saja sangat melelahkan.

"Cepat! Usir mereka dari sini!" titah Alice.

Pasukan di belakangnya memasuki gelembungku, mereka mendekati orang-orangku tapi aku tak membiarkannya. Aku melindungi mereka dengan sisa-sisa kekuatanku.

"Kenapa kau berkeras? Jika kau tidak mau pergi aku terpaksa mengeksekusimu," ancamnya.

"Lepaskan aku, dan aku pergi," ucapku.

"Baik, lepaskan dia!" titah Alice lagi.

Beberapa pasukan mendekat, mereka mengelilingiku dan tobak mereka menghujam rantai berduri yang mengikatku. Saat mereka berusaha melepaskanku rantai itu mengeluarkan listrik ungu yang menyengat mereka hingga tak sadarkan diri.

Alice mengendalikan air hendak memotong rantainya tapi itu tak berguna. Rantai ini malah membalik menyambar petir padanya. Alice terdorong mundur dan untung ia sempat menahan serangan itu.

Rantai ini tiba-tiba mengamuk, petir menyambar ke mana-mana, ikan dan makhluk lainnya termasuk pasukan Alice yang terkena tak bisa lagi menghindar, untungnya aku semoer melindungi Bloom dan yang lain. Tak lama mereka mundur dan serangan tadi terhenti. Alice dan pasukannya berunding kecil, sangat lama. Tak juga kelar aku mengintrupsi mereka.

"Baiklah begini saja, antarkan teman-temanku ke pantai Arion dengan selamat, sementara aku akan tetap di sini tanpa menganggu siapa pun. Aku juga akan menangkap semua yang masuk ke dalam wilayah ini sepanjang mataku memandang dan menyerahkannya pada kalian jika bertemu. Bagaimana? Yah, setidaknya sampai aku lepas dari ini."

Alice terdiam sejenak mempertimbangkan, namun cukup lama hingga aku mau menghajarnya. Dia masih saja lamban.

"Akan kusampaikan itu pada raja, besok aku akan kembali lagi."

Alice langsung pergi dengan pasukannya begitu saja, seperti tak pernah ada hal apapun di sini.

"Menyebalkan" gunamku.

Aku melihat tanganku yang di rantai lalu menghela napas. Ratu menyebalkan itu, bagaimana bisa ia tau semua ini? Dia menyegel kekuatanku, aku tak pernah berpikir ia bisa melakukan itu. Aku lengah.

Beruntung lautan mendengarku, jika tidak aku pasti sudah mati. Aku hanya meminta udara. Pasir di bawahku ternoda oleh darah kering, walau lukaku sudah mulai jarang mengeluarkan darah tapi tetap saja aku sudah kehilangan banyak darah. Mereka, termasuk Bloom juga belum sadarkan diri.

Besok seperti janjinya, Alice datang dengan kakak tertuanya atau kita sebut saja dia pangeran mahkota. Kepalaku sangat pusing, jadi aku hanya menjawab ya atau tidak saja. Akhirnya mereka membawa Bloom dan yang lainnya pergi.

"Hei, jangan coba coba membawa mereka ke tempat lain. Kau tahu? Mataku ada di mana-mana," ucapku.

"Kita lihat nanti," jawab si pangeran mahkota.

"Aku tidak bercanda, jika aku melihat sesuatu yang tidak beres kau akan menanggung akibatnya."

"Kita lihat apa yang mampu di lakukan oleh orang yang terikat."

OOD EYES III : Back to ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang