Masih di hari yang sama.
Mobil mewah bernuansa silver sedari tadi sudah terparkir di bawah pohon rindang, supir suruhan papa Bunga sedang menunggunya. Karena jarak rumah Bunga dan Stella tidak terlalu jauh dan searah. Seringkali mereka pulang pergi sekolah bersama menggunakan mobil tersebut.
Karena bosan menunggu, pak supir menyibukkan dirinya dengan bermain peramainan di Hpnya. *Game Over* "Yaah, kalah lagi, kalah lagi" ucap pak supir kesal-mendecikkan lidah. ia ketagihan untuk bermain lagi, lalu menekan kata *Try Again* di layar HP.
Tanpa ia sadari, bel pulang sudah dibunyikan. "Pulang dulu pak, assalamu'alaikum" ucap Stella pada guru mapel jam terakhir. Dengan langkah mungilnya, ia menuju kelas Bunga untuk menjemputnya keluar sekolah bersama-sama. "Yukk.." ucap mereka serentak-berpegangan tangan menyusuri lorong-lorong sekolah.
Akhirnya, mereka keluar dari sekolah, disambut dengan padatnya kendaraan dan manusia di lapangan. "Hari ini jadi kan Bung?" tanya Stella. "So pasti dong" menatap Stella dengan penuh keyakinan-mengedipkan mata kanannya. Dengan respond itu, Stella langsung mengangguk cepat. "Klek" membuka pintu. "Pak jalan.." "Druup" pintu mobil tertutup.
Mereka langsung mengeluarkan HP masing-masing, diam seribu bahasa. Saat tersadar tak ada respond dari pak supir, Bunga mengintip dari belakang. "Ternyataaaa..." gumamnya dalam hati. "Pak Ameeeeettt!!" sontak pak Amet terkejut mendengar teriakan cempreng Bunga. Dengan raut muka tak berdosa, ia menoleh dan menyengir pada Bunga. "Hehe.. maaf non" "Cepetan jalan pak" keningnya mengerut merasa kesal.
"Eehh pak bentar, ntar nyinggah ke toko buku deket sekolah dulu ya sebelum pulang" jelas Bunga. "Iyaa non" mengantongkan HP, lalu langsung menancapkan gas mobilnya. "Pak, kan belum dihidupin mobilnya, main di gas-gas aja nih" sela Stella yang melihat pak Amet beraksi. "Oohh iya, saya lupa neng" jawabnya-tergelak akan hal yang dilakukannya. "Sampe juga nih, yukk Stell" ajak Bunga. Mereka turun lalu sibuk memilih-milih beberapa novel yang menarik di toko tersebut.
Terlihat muka Stella sedikit cemberut hari itu. "Lo kenapa? kok cemberut gitu sih? Asem tauk muka lo" "Habisnyaa, gara-gara lo sih" sahut Stella. "Lahh, kok gue? Emang gue salah apa ama lo? Mengerutkan keningnya. "Besok lo nggk dateng rapat kan? Teruss.. gue perginya ama siapa besok? Lo tau kan kalo bokap gue tu sibuk banget, kalo ngandelin supir.. iyalah gue dianter.. tapi, apa mungkin gue bakal di jemput ama pak mamat nanti? Tau lah kan dia sering tidur kalo nggak ada kerjaan" jelas Stella panjang lebar.
"Hahaha, ya tau gue supir lo, gokil banget. Tapi, lo tau juga kan bentar lagi lburan? Bi iyem aja udah pulkam kemaren, makanya besok gue yang jagain adek" "Hmm, iya sih. Yaudahla besok gue pulangnya liat keadaan aja dulu. Moga-moga pak mamat nggak kebablasan tidurnya, haha" gelaknya terbahak. "gue udah dapet nih novelnya, lo gimana bung?" "udahh juga nih, yaudah yuk kita pulang"
"apaan sih lo, nggak bayar dulu apa? Ke kasir dulu atu baru pulang neng" ejek Stella. "Hahahha, yuk Stell, banyakan ngelawak nih" Setelah membayar novel, mereka keluar dengan candaan mereka yang membuat mereka tertawa tarus-menerus. Saat masih jauh, Teguh menyadari kebaradaan mereka "Bungaa, Stella..!" teriaknya dari jauh.
Bunga mengerjapkan matanya "Kok kayak suara pangeran gue ya? Gak salah lagi ini suara akang Teguh gue. OMG OMG!" gumamnya kecil pada Stella. "Tuh, akang lo di belakang mau mendekat ke kita" ucap Stella-menunjuk Teguh. Tanpa basa-basi ia langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Stella "Kakakkk...!! kak Teguh, Kak Panji" Teriaknya histeris-melambaikan tangan.
Stella tersenyum saja saat melihat kakak kelasnya. Ia fokus terhadap tatapan dingin tanpa ekspresi si ketua OSIS. "Haaii" ramah Teguh memamerkan lesung pipinya-melambaikan tangan. Bunga yang udah gak tahan melihat ketampanan akangnya itu, meleleh saat melihat Teguh tersenyum dengan lesung pipinya yang manis itu. "Doohh, parah-parah-parah.. gue nggak tahan Stell" ujarnya pada Stella dengan pipi chubby yang memerah.
Panji dan Teguh terus menerus menggoes sepeda BMX berwarna terang yang dimiiki oleh mereka. Jauh semakin jauh mereka tak terlihat lagi oleh kedua gadis cantik itu. "Ciee Panji.. ketemu ama mereka kok lo sok kalem sih, haha" ejek Teguh. "Gimana mau seneng kalo dianya aja dari dulu nggak peka-peka ama gue" bisiknya dalam hati. "Berisik lo, kalo nggak tau apa-apa diem aja" sela Panji.
"Alaa tayangg.. tayang qoehh.. jangan ngambek gitu dong, ntar gue kecup nih biar merah pipi lo. Hahahhaaa.." candanya-memajukan bibirnya mendekat dengan Panji. "Iiisshh, paan sih lo, jijik tau nggk" memasang wajah mual-menepis muka Teguh yang mendekat. "Mahoooo'!! kaburr, hahahha.." laju Panji meninggalkan Teguh Dibelakang. "Waah.. parah lo Ji, ntar malem gak gue temenin tidur lo ya? "Yang mau juga siapa, hahha" balasnya terbahak-bahak menyusuri jalanan.
~Bakalan nyambung lagi kok. jgn lupa buat vote, koment, share, dll. tanpa kalian gue gak bisa apaa":v~
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Dibalik Tenda
Teen Fiction[S L O W U P D A T E] Tenda dengarkan curhatku, tentang rasaku. berdebar hati tak menentu, siang menjadi pikiran malam menjadi impian.. berharap dia mengerti, isyarat hatiku. aku /.../..-/-.-/.-// sama kamu. (Tenda-L.O Band) akhirnya kesampean juga...