2. Strange Circumstances

65 11 7
                                    

CHAPTER 2

07.19
From : Seungcheol
Heumm, ingin cari udara segar di kantin?~

07.20
From : Jinhye
To : Seungcheol
Ide bagus. Aku ke sana sekarang.

_

“Sudah menunggu lama, Tuan Putri?”
Jinhye menolehkan kepalanya ke belakang menatap lawan bicaranya.

“Tch. Mencoba untuk flirting, Tuan Choi?” Seungcheol hanya memutar bola matanya malas.

“Aish. Romantislah sedikit dengan teman tampanmu ini.” Jawab Seungcheol sembari komat-kamit membaca mantra. Eh.
Dan Jinhye pun hanya mengangguk sembari tertawa melihat kelakuan temannya.

“Ah ya, kau ingin pesan sesuatu?” Jinhye yang mendengarnya hanya mengernyit heran.

“Wah..wah.. Dompetmu sedang tebal ya? Tumben sekali kau mentraktirku.” Seungcheol pun kembali memutar bola matanya.

“Siapa yang ingin mentraktirmu? Aku kan hanya bertanya, apa kau ingin pesan sesuatu?”

Wah. Seungcheol sedang tidak dalam mood baik rupanya. Sifat anger-nya kambuh lagi.
Jinhye sontak melancarkan aksinya. Beraegyo? Tidak, tidak. Itu bukan gaya Jinhye sama sekali. Bermain Trick or Treat sebentar tak ada salahnya, kan?

“Hmm, jadi kau tak ingin mentraktirku nih?” Tanya Jinhye sambil menggenggam tangan Seungcheol.
Dan Seungcheol hanya menatapnya datar.

“Ok. Baiklah, Choi Seungcheol. Aku menyesal menemanimu. Terserah. Aku bersumpah tidak akan bicara padamu lagi setelah ini”
Jinhye berpura-pura marah dan berdiri dari tempat duduknya. Bersiap meninggalkan Seungcheol. Tapi, apalah daya Seungcheol? Dia akan tunduk jika Jinhye mengancamnya seperti itu.

Goodbye, Q&A man.

Memang, bukan hanya Jinhye sih satu-satunya teman yang dimilikinya. Tapi, tidak berbicara dengannya selama satu hari saja membuat Seungcheol ingin bunuh diri –menurut Jinhye.
Karena setiap mereka berdua bertengkar, selalu Seungcheol duluan yang meminta maaf. Padahal Jinhye duluan yang memulai. Sungguh, egois betul anak ini.

“A-ahh! Sial! Iya..iya, baiklah. Aku akan mentraktirmu!”

Jinhyepun tertawa setan. Rencananya berhasil. Raut wajahnya yang semula datar berubah menjadi senyuman-ah ani, lebih tepatnya seringai menyebalkan.

Demi  bibir Jinhye yang menggoda, dia itu wanita!

Bagaimana bisa dia memiliki seringai seperti itu?

“Yeah! Thanks, dude. Aku ingin milkshake rasa greentea. Dan sebelumnya, terima kasih ya, Oppa.” Bisik Jinhye sembari memberi penekanan pada kata Oppa.

Kalau boleh jujur, sebenarnya tubuh Seungcheol sempat menegang mendengar panggilan tadi. Tapi, ayolah! Dia itu lelaki. Pasti malu rasanya jika ia ketahuan tersipu hanya karena Jinhye memanggilnya Oppa. Oleh karena itu, untuk menutupi rasa malunya, ia segera beralih dari hadapan Jinhye, menuju ke meja kasir.

.

“Sialan. Milkshake busukmu itu yang termahal dari semuanya.”

Jinhye dalam hati tertawa mendengarnya. Tapi ia menahannya. Hei, Jinhye masih punya hati, kawan. Ia tak tega jika terus-terusan membully Seungcheol seperti itu.

“Terima saja nasibmu. Kau beruntung tadi aku tidak meminta Caramel Macchiato.”
Seungcheol hanya menghela napas malas.

“Ya ya ya. Ada untungnya juga kau tak suka kopi.”

Jinhye hanya memandang Seungcheol intens. Lelaki itu masih sibuk mengaduk-aduk kopi hitam pesanannya. Ah, ya.
Seungcheol, si pecinta kopi.

Jinhye baru teringat akan hal itu. Pasalnya, selama ini Seungcheol selalu memesan sama seperti apa yang dipesannya. Jangan mengira Seungcheol benar-benar menyukainya. Jinhye yang selalu memaksa. Ahh, tidak. Menawarkan.
Ungkapan gadis itu seperti ‘Kau yakin tak suka ini? Cobalah dulu. Aku janji kau tak akan menyesal!’ atau mungkin ‘Aish. Berhentilah minum kopi. Kau ingin paru-parumu membusuk, eoh?’ membuat Seungcheol akhirnya dengan berat hati membatalkan pesanannya.
Baru kali ini dia memesan sesuai keinginannya. Jinhye hanya tersenyum miris. Teman macam apa kau Ahn Jinhye? Atau, dia lebih cocok dipanggil Ahn -egois- Jinhye?

Prfct Sch DiariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang