24. PYS - Sebuah keputusan

12 3 0
                                    

'Buatlah keputusan dan percaya pada dirimu sendiri. Tak akan ada yang tau mana yang benar. Tapi, satu hal yang harus diketahui, percaya bahwa keputusan yang diambil tak akan pernah disesali nantinya.'

~~~

Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa kebahagiaan hanya akan hadir sebentar saja, lalu akan pergi lagi. Ada yang mempercayai karena pernah merasakan dan ada yang tidak percaya karena belum pernah merasakan. Tenny termasuk ke dalam golongan keduanya, antara percaya dan tidak.

Tenny sudah meminta bantuan Nova, Sheni, dan Efo untuk menyelesaikan rencananya. Malam ini, sebuah keputusan akan mengubah semuanya. Keputusan yang sudah Tenny tentukan dari pertanyaan yang ia ajukan. Tapi, bukan hanya itu, Tenny juga melihat sisi lain, untuk menentukan keputusannya ini.

"Lo yakin, Ten, dengan keputusan lo? Gue harap, lo nggak akan pernah menyesal nantinya," ucap Sheni memperingatkan sepupunya.

"Iya, gue udah yakin dengan keputusan gue, apapun yang terjadi gue nggak akan pernah menyesal," ucap Tenny penuh percaya diri.

"Ya, apapun keputusan lo, gue akan terus mendukung lo," seru Nova menggenggam tangan Tenny.

"Terima kasih, ya. Apa yang kalian lakukan ke gue sangat berjasa banget. Rasa terima kasih gue nggak akan cukup dibanding dengan apa yang kalian lakukan." Tenny memandang Nova dan Sheni bergantian.

"Apaan sih lo, nggak usah berterima kasih gitu, kita seneng kok bantuin lo," ucap Nova semakin mengeratkan genggamannya.

Tenny tersenyum, tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Nova, serta mempunyai sepupu seperti Sheni. Mereka adalah orang yang sangat Tenny sayangi.

"Semuanya berjalan lancar, 'kan?" tanya Tenny.

"Tenang aja, semuanya sudah beres," jawab Sheni sambil mengacungkan jempolnya.

Tenny tersenyum mendengarnya. "Terus, Efo gimana, Nov?"

"Lo nggak usah khawatir sama dia, nanti dia langsung ke lokasi, sekarang dia masih ada pekerjaan."

Tenny manggut-manggut, "Bagus deh kalau semuanya sudah beres," Tenny menghela nafas lelah.

"Lo sendiri, udah ngabarin Adam sama Rendy?" tanya Sheni.

"Udah," jawab Tenny singkat.

Tenny merebahkan dirinya ke kasur. Selama beberapa hari ini, ia sangat sibuk. Pikiran Tenny kembali melayang pada satu minggu yang lalu, saat dirinya bersama Adam dan Rendy. Kenangan itu selalu ada di memori Tenny. Tenny tidak pernah melupakan kenangan itu.

Apalagi, saat dirinya dicium oleh Rendy.

Ah, Tenny mulai memikirkan hal yang aneh-aneh.

###

Reni sedang menonton televisi di ruang keluarga. Hari ini, ia tidak punya kesibukan apapun. Pekerjaan rumahnya juga sudah ia selesaikan beberapa jam yang lalu. Sekarang, ia hanya bersantai, tanpa memikirkan pekerjaan.

Suara derap langkah seseorang menuruni tangga mampu membuat Reni mengalihkan pandangannya dari televisi. Reni melihat putra bungsunya sedang menuruni tangga dengan pakaian yang sangat rapi, memakai jas dan terlihat sangat tampan.

Adam yang sedang menuruni tangga, melihat maminya sedang menonton televisi. Adam menghampiri Reni. "Mami," panggil Adam.

"Kamu mau kemana? Kok tampan banget?" tanya Reni dengan jahil.

Adam duduk di sebelah Reni. "Adam mau menemui seseorang, doain Adam ya, Mi."

Reni mengelus rambut Adam dengan rasa sayang. "Tanpa kamu minta, Mami selalu mendoakan kamu, sayang."

Pilihan yang SulitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang