Bagian tujuh S

211 13 0
                                    

- harusnya kamu paham, aku pergi karena aku tak ingin kembali, dan jika aku kembali, aku hanya ingin memberi tahu sesuatu, bahwa aku... mungkin sudah melupakan semua tentang mu. -

...

"Ayo Ris, tangkep!" Teriak Reyitta.

Risya yang sedari tadi hanya melamun dengan bego nya hanya menatap bola voli yang jatuh di hadapannya, dengan kesal teman-teman Risya hanya mencibir dirinya.

Risya langsung berjalan ke arah pinggir lapangan, kepala nya terasa sangat pusing, sedari tadi dirinya hanya melamun, badan di sini. Jiwa di tempat lain.

"Lo ada masalah?" Tanya Reyitta.

"Nggak."

"Tapi lo nggak semangat gitu, apa lo mau main basket aja?" Tanya Reyitta. Risya memang tidak menyukai olahraga voli.

"Pengen makan." Lirih Risya.

Reyitta hanya mengangguk lalu menarik Risya ke arah kantin, "Cuss kantin bruhh!"

"Nggak, gue bawa bekel kok. Gue kan nggak mau ke kantin sebelum bisa kimia." Risya berjalan ke arah kelasnya disusul Reyitta yang hanya menggerutu tidak jelas.

Reyitta bingung sendiri atas sikap Risya yang mendadak unmood biasanya Risya seperti ini karena permainan bola voli, karena Risya tidak menyukai olahraga itu. Tapi, sepertinya ada hal lain yang disembunyukan oleh sahabatnya itu.

"Mau ke mana?"

"Kelas lah odong, mau ambil bekel!"

Reyitta mengangguk, benar-benar ini anak. Unmood parah.

Risya berjalan ke arah loker nya terlebih dahulu sebelum mengambil kotak makan di kelasnya, setelah loker terbuka hanya ada beberapa pakaian di dalamnya, dan handuk kecil berwarna hitam.

Karena rasa capek dan juga karena kefikiran Nauka kemarin di villa, ini mampu membuat Risya seketika unmood.

"Lo ada masalah nggak?" Tanya Reyitta, tiba-tiba.

Risya menggeleng.

"Lo nggak percaya ya sama gue? Gue kan sahabat lo... please cerita sama gue." Mohon Reyitta.

Risya terdiam dan menghentikan langkahnya, hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya, dan.... mungkin ini saatnya bercerita pada orang lain, selain Almo dan keluarga.

"Habis makan gue kasih tau semuanya-----

Karena lo sahabat gue."

...

"Ayo cepetan cerita, tadi habis makan lo nggak jadi cerita... ini udah pulang sekolah dan lo juga nggak mau cerita.." Reyitta menatap Risya yang duduk di sampingnya, mereka kini sedang berada di danau belakang sekolah, sambil duduk di atas rerumputan, mata Risya tak henti-hentinya berpaling dari air danu, sedangkan Reyitta malah memperhatikan Risya.

Risya memejamkan matanya, menerima terpaan angin yang menerpa wajahnya, ada sedikit luka yang ingin terbuka ketika ingin menceritakan tentang dirinya dengan sahabat baru nya ini, sesuatu yang sudah lama ingin di lupakan, tapi malah teringatkan terus menerus.

"Gu---- gue sebenernya anak broken home. Gue egois, galak, semaunya gue... dulu gue nganggep apa yang gue mau itu harus gue miliki, semua yang gue sukai harus gue miliki juga, seorangpun nggak berhak buat urusin kehidupan gue. Tapi Almo datang, dia bilang kalau semua nggak bakalan bisa lo milikin karena keegoisan dan dari situ, sedikit demi sedikit gue mulai paham, walaupun sifat galak dan egois di dalam diri gue masih ada. Dan dari situ, gue berharap semua yang gue perjuangin aka berhasil..."

Reyitta menatap Risya dengan iba, ternyata Risya adalah anak yang kelihatannya hanya bahagia terus, tapi nyatanya banyak luka di dalam kehidupannya.

Beda dengan Reyitta, dia bahagia, dia memiliki segalanya, dan ekonomi tercukupin.

"Ada lagi? biar lo lega.." Tanya Reyitta.

"Gue suka sama Nauka."

Mulut Reyitta menganga, hampir saja dirinya ingin memekik kencang, jadi sahabatnya menyukai Nauka, Kakak kelas.

Ada perasaan aneh ketika Risya bilang bahwa dirinya menyukai Nauka, Reyitta heran. Nauka tidak terkenal, tapi Risya menyukainya. Nauka tidak hebat, tapi risya menyukainya juga.

Aneh...

"Lo suka sama dia??? Liat dari apanya Risya, ya tuhan.... mending lo sama Fariq kapten futsal, atau Sultan anak marawis yang alimnta kebangetan, nah atau-------- mpphhh mphhhh..."

Risya membekap mulut Reyitta dengan tangan kanannya, mulut Reyitta bawel melebihi emak-emak arisan, Risya tidak suka.

"Suka sama orang nggak perlu yang muluk-muluk, mau dia anak bandel, mau dia nggak terkenal, mau dia mukanya kayak monster... gue tetep suka sama dia."

Reyitta meringis pelan, lalu mengangguk. Daftar cowok yang Reyitta inginkan berbanding terbalik dengan sahabatnya, Risya.

Reyitta harus punya cowok yang muluk.
Risya nggak harus punya cowok yang muluk.

Reyitta harus punya cowok yang anak baik.
Risya mau punya cowok bandel juga bodo amat.

Reyitta harus punya cowok terkenal.
Risya mau punya cowok nggak terkenal juga bodo amat.

Reyitta harus punya cowok yang tampan biar setara.
Risya mau punya cowok muka monster juga nggak apa-apa.

"Lamun lo!!" Sentak Risya.

Reyitta lagi-lagi meringis pelan, daftar cowok kesukaan sahabatnya memang sangat aneh.
"Lo seriusan suka sama si Nauka?"

"Heem."

"Lo nggak lagi bohongkan sama gue?'' Tanya Reyitta, lagi.

Risya malah menatap sahabatnya heran, lalu berdecak pelan. "Suka itu datangnya tiba-tiba, takut aja... tar lo suka sama om-om hiiiiy."

Sedetik kemudian Risya tertawa keras, benarkan apa yang ia katakan, bahwa kita nggak tau kapan bisa suka sama orang.

Nggak tau kapan rasa suka dateng.

Yang terpenting, Risya suka Nauka.

Dan yang lebih penting lagi, Nauka tidak perlu tahu... karena Risya harus melakukan banyak perjuangan.

Tbc...


A/n.

Yess!!! Eps 07 completed.
Terimakasih untuk pembaca Struggle. Maafkan yaa banyak typo"))))

Arigatou..

Struggle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang