Bab 33

2.8K 303 44
                                    

"Abah." Keyla langsung mencium tangan Abahnya.

"Assalamualaikum." Abah Keyla memberi salam.

"Waalaikumsalam," jawab Keyla dan Rendra berbarengan. Keyla hanya menyengir mendengar sindiran Abahnya. Saking kagetnya mendengar deheman Abahnya, membuat Keyla lupa memberi salam. Lalu dia mencium kedua pipi Abahnya.

"Apa kamu yang bernama Rendra?" Abah Keyla menatap dingin wajah Rendra. Membuat Rendra semakin gugup.

"Iya Om. Saya Rendra." Rendra mengulurkan tangannya. Berusaha tenang, mengatasi debaran jantungnya.

"Saya Syamsul Huda." ucap Syamsul sambil menjabat tangan Rendra. "Silakan masuk."

Rendra mengikuti Keyla dan Abahnya yang sudah masuk terlebih dahulu.

"Silakan duduk." Syamsul mempersilahkan Rendra duduk di sofa single. Sementara dia sendiri duduk di sofa single yang berseberangan dengan Rendra.
Keyla yang hendak ikut duduk bingung sendiri, sofa yang tersisa hanya sofa panjang. Dan untuk duduk di situ, dia harus melewati Rendra atau abahnya. Karena di hadapan sofa panjang ada meja tamu yang menghalangi.

"Keyla temui Ibumu. Dia pasti kangen sekali sama kamu." terdengar perintah Abahnya.

Keyla menatap bingung Rendra. Sebenarnya Keyla juga kangen sekali dengan ibunya. Tapi tidak mungkin kan dia meninggalkan Rendra sendiri di ruang tamu dengan abahnya. Apalagi abahnya memasang wajah datar sedari tadi.

Rendra hanya menganggukkan kepalanya pada Keyla. Dia mengerti, Abah Keyla ingin berbicara hanya berdua dengannya. Dan saat ini dia harus bisa meyakinkan Abah Keyla. Bahwa dia adalah yang terbaik untuk Keyla.

Keyla meninggalkan Rendra dengan berat hati. Dia dan Rendra masih saling bertatapan, hingga deheman Abah Keyla membuat Keyla langsung masuk ke dalam rumah dan Rendra kembali menatap Syamsul.

"Jadi apa yang ingin kamu sampaikan anak muda?" Syamsul Huda menatap tajam Rendra.

"Pertama-tama saya ingin memperkenalkan diri dulu Om. Saya Narendra Erabbani Hertanto. Saya anak tunggal, papa saya sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Om bisa memanggil saya Rendra." ucap Rendra yang berusaha tenang.

Rendra menarik napas perlahan, berharap kegugupannya berkurang. "Saya kemari selain berniat melamar putri Om, Keyla Nadhifa Almaira, saya juga ingin menjelaskan kejadian beberapa hari yang lalu."

Rendra diam sejenak. "Ada kesalahpahaman antara saya dan Keyla yang membuat Keyla berniat pergi diam-diam. Saya sudah berusaha mencarinya ke mana-mana tapi tidak menemukannya. Ketika saya kembali ke apartemen, Keyla sudah menunggu di depan apartemen saya. Ternyata dia membatalkan kepergiannya dan ingin menyelesaikan masalah di antara kami. Tapi tiba-tiba dia pingsan."

"Untuk masalah itu saya anggap sudah selesai. Keyla juga sudah menjelaskan kepada saya kalau dia memang sedang tidak fit waktu itu. Tapi dia memaksakan diri ikut menunggui Rico operasi. Akhirnya dia pingsan di depan apartemenmu. Saya dengar, mamamu juga ikut menjaga Keyla?"

Rendra yang sempat terkejut, langsung menarik napas lega begitu Syamsul selesai bicara. Tadinya dia mengira Keyla menjelaskan permasalahan mereka. "Iya. Benar Om. Mama langsung ikut menginap ketika tahu Keyla sakit di apartemen saya." Rendra kembali diam sesaat. "Karena itu sekarang saya berniat melamar putri Om untuk menjadi istri saya."

"Keyla itu anaknya keras kepala dan mandiri. Saya saja kadang bingung menghadapi kekerasan kepalanya. Apa kamu sudah yakin bisa menjaga, membimbing dan membahagiakan putri saya?" Syamsul menatap intens wajah Rendra.

"Insya Allah saya yakin bisa menjaga, membimbing dan membahagiakan putri Om." jawab Rendra dengan penuh percaya diri.

"Apa pekerjaanmu Ren?"

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang