paradox

17 2 0
                                    

     Perpecahan antar manusia sudah bukan hal baru, sebelum manusia menduduki bumi, kebencian sudah lebih dulu mengakar di tanah. saat manusia di turunkan ke bumi, saat itulah kebencian mulai menampakkan dirinya. alih-alih menciptakan perdamaian pada wajah, tetapi menambah kebencian di belakang.

      Takdir. Apa itu takdir? Jalan hidup? Ataukah tujuan hidup? Entahlah, menurutku ada satu hal yang pasti, takdir adalah dasar dari manusia, sementara toleransi dasar dari kemanusiaan. Terlihat tidak masuk akal dan tidak saling berkaitan? Memang. Apakah semua yang ada di dunia dapat di pikir secara logika dan segalanya berkaitan? Apakah dapat dihitung dengan fisika dan matematika? Ataukah hanya mitos dan takhayul semata? Tidak. Tidak semua hal di dunia memiliki jawaban, Banyak hal yang belum dan tidak diketahui manusia, termasuk takdir. Mengapa? Karena takdir hanyalah sebuah pelampiasan setelah penyesalan berakhir, dan itu sudah tertanam bahkan sebelum manusia dapat berpikir, karena itu aku mengatakan takdir adalah dasar dari manusia.

      Ada banyak hal yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh manusia, itu sama saja melampaui batas kekuasaan tuhan.

      Aku banyak memikirkan hal rumit seperti ini, entahlah, mungkin itu efek ambisiku untuk mengetahui segala yang ada di dunia ini, jika pikiranku kosong, hal-hal seperti itu tiba-tiba merasuki kepalaku, rasanya dunia semakin gelap dan segalanya semakin jauh, tak ada hal yang dapat membuatku senang, dalam pandanganku semua sama saja; membosankan.

   ***************
        Cahaya putih terang dari lampu gantung kamarku sudah tidak membuat mataku perih, terbiasa kah? Atau hanya aku tidak peduli? Entahlah. Sudah pukul 23.45 dan aku masih enggan untuk tidur, masih kumainkan game offline bergenre hack 'n slash di komputerku dengan setengah mood baik yang tersisa. ada sesuatu yang sangat mengganjal dalam kepalaku yang membuat setengah moodku buruk, aku sadar, aku memikirkan Alisa. Aku tipikal orang yang lebih mengandalkan pikiran daripada tindakan, dalam berbagai situasi aku lebih mencoba untuk duduk santai dengan pikiran berkecamuk daripada melampiaskan kemarahan atau yang lain. Yah, aku bukan anak kecil yang jika marah atau terganggu akan merusak atau melempar sesuatu ke kaca, itu bodoh sekali. Aku menghela nafas, mencoba tetap fokus dalam bermain dan melupakan segalanya sesaat, dan tidak berhasil, tentu saja. Untuk seseorang sepertiku berhenti berpikir adalah hal mustahil, terutama tentang 'apa', 'mengapa' dan 'bagaimana'.

        Apa? Jika kebanyakan orang mengatakan wanita merupakan makhluk yang rumit, aku memang tidak bisa menepisnya untuk saat ini, aku sama sekali tidak tau apa yang ada dipikiran dan apa dasar alisha sampai berani mengatakan rasa sukanya kepadaku, ya aku bukan orang yang mudah menerima sebuah pendapat tanpa dasar yang jelas dan masuk akal, tapi bukan berarti aku tidak menerima hal yang tidak logis, tergantung konteks yang dibicarakan.

       Mengapa? Entahlah, jika aku boleh berspekulasi, Alisa termasuk salah satu gadis paling populer di sekolah, jadi mau tidak mau aku sedikit tahu tentang Alisa, tetapi untuk masalah ketertarikan, aku tidak memiliki rasa apapun padanya. Dan walaupun aku menyadari itu, tetap saja bayang-bayang wajah Alisa masuk dalam benakku, terdengar konyol bukan? Jika aku berbicara dari sudut pandang laki-laki, untuk ukuran seorang gadis kelas dua sma Alisa memiliki wajah yang manis, kulit yang putih bersih, tinggi yang ideal untuk seorang gadis, dan tubuh yang bagus, terutama dibagian dada.
Aku tidak menyangkal jika aku memang sedikit mesum, itu hal normal bagi remaja laki-laki sepertiku.

         Bagaimana? Bukan masalah tentang jawaban alisha atas pertanyaanku atau jawabanku atas perasaan Alisa. Solusi untuk menentukan apakah perasaannya sampai padaku atau tidak itu mudah, masalah yg sedang aku pikirkan adalah bagaimana dengan kehidupanku esok, karena jawaban apapun yg ku berikan pada alisha pasti merubah alur hidupku yang monoton namun tenang ini.

                 **********
       Udara di luar cukup dingin, angin terasa cukup kencang, cukup untuk menambah kesepian itu. Aku kehilangan seluruh nafsuku untuk melakukan sesuatu. Aku memutuskan untuk keluar untuk menenangkan pikiran. Desiran angin menggelitik tubuhku yang sedang menerjang kegelapan malam, yang coba mengingatkan betapa berbahayanya dia. suara gonggongan anjing yang saling bersautan, tawa lepas pekerja malam, dan suara lalu lalang kendaraan menemaniku menuju taman yang menjadi tujuanku. Untuk beberapa saat aku frustasi, menyadari betapa bodohnya diriku karena terseret masalah yang seharusnya bisa aku atasi dengan mudah.
Mengapa?

NIGHTINGALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang