Sekolah

44 9 2
                                    

keesokan harinya, gue terbangun dari malam yang panjang. Gue melihat ke sekeliling rumah yang berukuran tidak lebih dari 6 x 12 meter. sepertinya tidak ada tanda-tanda kehadiran bunda, yang ada hanya sepucuk surat yang selalu ditinggalkannya. Gue menyimpan semua surat-surat itu, tetapi tidak pernah sekalipun gue baca. Ya sudahlah hidup gua gak akan stuck sampai di sini.

"Ca buruan siap-siap, gue mandiin si jack dulu." teriak kak Raka dari halaman luar. Kak Raka mah gitu orangnya lebih perhatian sama si Jack dari pada adiknya sendiri. Tenang aja kakak gue gak LGBT kok, jack itu motor kesayangannya, banyak kenangan yang ada padanya. Seperti saat gue dan keluarga jalan-jalan sore, ayah yang bawa motornya, gue di depan, kak raka di pangku sama bunda di belakang. Dan juga saat Kak Raka pertama kali belajar bawa motor, ia nabrak pohon jengkol di depan rumah, terus masuk got, bau lagi, iiihhh. kapan ya hal itu terjadi lagi.

"Kak yuk berangkat,ntar telat." ucap gue sambil naik si Jack. "Oke, kencangkan sabuk pengamanmu nak, pesawat akan siap luncur, satu...dua....tiga, majuuu". Hampir setiap pagi dia ngomong gitu, lama-lama juga terbiasa.

Gue sekolah di salah satu sekolah swasta di ibu kota, tidak usah disebut namanya. Siswanya mulai dari anak konglomerat hingga rakyat biasa. Tujuan anak zaman sekarang sekolah yaitu, kalau gak ketemu pacar, ya biar diberi uang jajan. Belajar menjadi alasan kesekian.

Gue menyusuri lorong sekolah, sampai akhirnya tiba di depan kelas XI A, itu kelas gue. Saat gue hendak masuk ke kelas. Gue disambut dengan pesawat kertas yang terbang tepat mengenai hidung gue.

"Sorry gue gak sengaja, lo gak apa ?" Dia menyentuh hidung gue, dengan spontan gue pukul tangannya. "Jangan sentuh gue". Gue punya masalah dengan sentuhan. " apaan sih lo, biasa aja kali." Tidak lupa dia mengambil pesawat terbangnya dan pergi begitu saja. Nama nya Mark, dia tumbuh dan besar di Amerika, tetapi orang tuanya asli indonesia. Lo tau kan, Amerika itu negaranya bebas.

Gue bakal kenalin teman-teman sekelas gue. Mulai dari ujung kanan belakang, ada kumpulan cowok yang hobinya main game online, tidak hanya cowok, terkadang ada anak cewek satu atau dua orang yang nyempil di sana. Kerjaanya pada ngomongin war mulu, wajar sih anak sekolahan pada suka tawuran, mereka diberi vitamin seperti itu.

Next, di kiri belakang ada cowok-cowok yang kalau udah ngumpul pada nyegir-nyegir sendiri, sampai ilernya keluar membajiri kelas, lebay. Gak tau deh apa yang mereka lihat. Sedangkan di kanan depan ada cewek-cewek yang hobinya ngegosip. Mulai dari lee min ho sampai tukang cicak-cicak di dinding, terkadang mereka juga ngegosipin gue.

Di tengah adalah bagian bagi anak-anak yang kutu buku. Mereka bakal di kerumunin waktu ada pr. Tapi kalau udah ujian, jangan harap. Budek nya subanallah, lo panggil pake toa juga gak bakal dengar. Selanjutnya posisi gue,gue gak dimana-mana, mungkin juga tidak ada yang tau keberadaan gue. apalah daya gue, cuma sampah-sampah kuaci.

Bel masuk pun berbunyi teng teng teng. pelajaran pertama yaitu matematika. Gue malas banget lihat gurunya, namanya pak Tony udah tua, brewokan, killer lagi. Kalau ngerjain tugas, jalannya harus sama persis seperti yang diajarkannya, kan aneh. Jalan ke jakarta itu banyak, tapi tujuan tetap satu.

Di belakang pak Tony, terlihat seorang cowok yang memakai seragam sama seperti kami mengikutinya. Semua anak perempuan berteriak kegirangan "wow, pangeran sekolah sudah kembali" ucap sara, sekretaris kelas. " Bapak yakin kalian sudah saling kenal, silahkan duduk, guru akan rapat sebentar jadi jangan ribut." Pak Tony pun pergi meninggalkan ruangan.

Kalau pak tony gak mau ngenalin, biar gue aja. namanya karel, anak dari pemilik yayasan. gue pernah satu sekolah sama dia waktu smp. ganteng sih, tapi kerjaanya ngebully orang, berantem, track-trackan, dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Gue dengar kabar dia pindah ke Amerika, ntah kenapa dia balik lagi ke Indonesia. Gak kebayang bakal jadi apa sekolah ini.

Karel tampaknya sedang mencari bangku. Dia berhenti tepat di depan gue. Semua mata tertuju ke gue. Dia menatap gue, rasanya lebih horor dari malam jum'at. Tanpa berkata apa-apa, gue membereskan barang dan beranjak dari tempat duduk. Gue rasa dia mau duduk di sini. Saat gue hendak pergi

"mata jengkol." gue terhenti dan membalikkan badan " l.. l.. lo manggil gue ?".tanya gue gemetaran. " iya loe" lalu dia pergi begitu saja keluar kelas. gue gak ngerti kenapa dia manggil gue. Untung jantung gue masih berdetak. But wait, mata jengkol ? emang mata gue separah itu kah ? Gue cuma nangis keitar 60 menit lewat 5 detik, gak lama.

" Gue boleh duduk disini apa enggak?" ucap gue di dalam hati. Tiba-tiba sesorang datang dan memegang bahu gue. Dia mendorong gue hingga gue duduk kembali di bangku tadi. "Lo jangan takut, duduk aja di sini, ada gue ok." dia Mark, cowok yang tadi, lagi-lagi dia menyentuh gue,hmmm. "iya makasih"

"Gue minta maaf soal yang tadi, oh iya nama lo siapa?, kita udah sekelas selama 2 tahun, tapi gue gak tau nama lo." tanyanya sambil menatap gue, seketika gue palingkan wajah gue. "benarkah? nama gue afsya." " oh salam kenal deh". Dia pun pergi satu langkah, dua langkah, tiga langkah,berhenti.

" kalau bicara sama orang, tatap matanya, jangan menunduk terus." ucapnya "I iya, gue minta maaf " balas gue. " Emang mata gue mancarin sinar x ? atau hidung gue banyak isinya ? perasaan baru gue bersihin". tanpa sadar gue tersenyum mendengar guyonannya. "gitu dong senyum, gue pergi dulu, kita harus sering bicara, oke?".

benarkah ? gue ? tersenyum ?. gue gak ingat kapan terakhir kali gue melakukanya. setelah kak raka, gak ada orang lain yang bisa buat gue tersenyum seikhlas-ikhlasnya. Tapi dia berbeda, tidak seperti yang gue pikirkan selama ini.

____________________________________

terima kasih sudah membaca

tolong tinggalkan kritik dan saran






















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweeter Than SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang