Suasana perpustakaan saat gue nganterin Ayi sama sekarang sangat berbeda, gak ada tanda-tanda kehidupan diruangan ini, baik penjaga maupun pengunjung gak menampakkan diri mereka. Gue rasa penghuni sekolah benar-benar langsung pulang kerumah karena ketakutan yang lagi menyelimuti atmosfer sekolah ini. Gue jadi ngeri sendiri ngerasain suasana perpustakaan, skaing sepinya, kami bisa mendengar desah nafas kami sendiri.
Gue ngelirik Obiet meminta pendapat dia siapa tau telinganya menangkap sebuah suara lain, suara milik seorang atau beberapa manusia. Obiet menggeleng. Pikiran gue jadi sedikit was-was, kemana Ayi? Mungkinkah dia diculik oleh si pelaku karena telah mengganggu 'hiburannya'? Oh ayolah, keluarga gue udah goyah masa mau di goyah lagi.
"Woii!!!" Kami mendengar seseorang yang sepertinya memanggil kami—siapa lagi kalau bukan kami yang dipanggil, disini cuma ada kami— Gue gak tau dimana asal suara itu, gue nengok ke Obiet dan dia nyuruh gue balik badan, menurut dia asal suara itu ada dibelakang kami. Gak ada siapa-siapa. Gue dan Obiet saling lempar pandang, sekarang masih siang, tapi suasana udah mencekam aja.
"Woi!!! Disini!!!" Suara itu lagi, gue merhatiin seluruh ruangan ini, gak ada siapa-siapa.
"Kamvret!! Gue dicuekin masa, kasian nih kerongkongan gue, udah kering disuruh teriak, entar kemerduan gue hilang, lo berdua tanggung jawab yee." Cerocos Cakka yang keluar dari tempat tergela ruangan ini.
"Diih, bukannya lo biasa teriak-teriakan?" Goda Obiet yang berhasil membuatnya mendapatkan satu sikut-an keras di sisi kiri perutnya.
"Udah buru, si Rio udah ngomel-ngomel, kalian rapatnya lama banget." Gue sama Obiet masih bingung. Kami mau dibawa kemana?
Gue baru tau, disudut perpustakaan ini terdapat lubang besar yang mampu menampung jumlah kami, lubang yang berada di antara jejeran buku-buku yang membahas tanaman dan hewan beracun ini temukan oleh Ayi dengan gak sengaja.
Tempat rapatnya cukup menyeramkan, untuk pertama kalinya gue rapat di tempat gelap yang suasananya kaya di acara uji nyali. Lorong kosong yang terletak di paling ujung perpustakaan dekat dengan jejeran buku-buku yang membahas tentang tumbuhan dan hewan beracun ini sama sekali gak terisi apapun, hanya ada sebuah terpal usang dan beberapa sarang laba-laba, persis seperti tempat yang sama sekali gak berpenghuni sekian tahun.
Kata Ayi, tempat ini baru dia temuin saat dia lagi nyari buku tentang hewan beracun—Ayi memang hobi nyari-nyari pembahasan tentang racun—Awalnya dia gak tau ini lorong besar, yang dia tau Cuma celah kecil yang menarik perhatian, tapi saat Ayi mendekati tempat itu, Ayi merasa aneh dengan dinding yang ada disekitaran celah tersebut. "Dindingnya itu kaya gak sinkron." Begitulah penuturan Ayi. Terus dia meraba dinding tersebut dan gak sengaja menghancurkan salah satu sisinya.
"Dan tebak apa yang gue temui." Ayi memasang mimik muka yang membuat kami penasaran. "Taraaa..." Ayi menunjukkan sebuah lukisan yang sangat-sangat abstrak. Gue yang suka seni bahkan sulit mengartikan maksud si pembuat.
"Tapi yaudahlah ya, kita ngumpul bukan buat ngebahas tempat ini. Kita mau ngebahas tentang K.U.A itu, gue yakin penyiksaan yang dialamin Nyopon ada sangkutannya sama monster yang disebut si topeng itu."
"Gue sih belum kepikiran sampe kesitu, kita tunggu aja hasil dari kepolisian, terus kalo bisa kita pinjem deh tu barang buktinya." Usul Deva.
"How? Gak mungkin kita bilang ke polisi itu kita minjem barang bukti buat nemuin sesosok monster yang ada di sekolah. Bisa diketawain kita." Sanggah Cakka.
"Lagian juga kita belum liat lagikan TKPnya, kali aja ada sesuatu yang ketinggalan disana dan kalo diliat dari penyiksaannya sih, itu ulah manusia yang masih punya secuil hati." Ucap Gabriel.
YOU ARE READING
Secret Enemy
Adventure#29 - Rio (24 Juli) #277 - Ray (27 Juli) Ray, seorang pemuda yang sedang mengenyam pendidikan tingkat tiga sebuah Sekolah Menengah Atas terpaksa mengikuti kemauan sebuah kelompok bawah tanah bersama saudari dan siswa-siswa pembuat onar di sekolahn...