Happy reading😊
¤¤¤
Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Tujuh bulan telah berlalu, dan selama itulah Peter dan Ariana tinggal di satu atap yang sama. Perut Ariana pun semakin membuncit, karena hanya tinggal dua bulan lagi untuk mencapai hari kelahiran bayinya itu.
Selama itu juga, Peter tidak pernah pulang ke rumahnya -rumah keluarga Pavency. Hal itu membuat Marisa sakit, ia menganggap kalau Peter marah padanya karena ia terus memaksanya untuk menikah dengan anak temannya. Dan Darren seakan tidak peduli lagi pada Peter, karenanya, Marisa sakit. Tidak taukah Peter kalau Marisa itu segalanya bagi Darren?
Dan Mike, setelah terakhir kalinya ia berkunjung ke apartemen milik Peter. Setiap harinya ia malah semakin menyibukkan dirinya pada pekerjaan.
Saat ini, Peter sedang berada di kantornya. Ia terlihat sangat tidak fokus saat meeting. Pikirannya terus melayang pada Ariana yang ia tinggalkan sendirian di apartemennya. Walau hal itu sudah biasa, tetapi kali ini berbeda. Peter merasa ada yang mengganggu pikirannya.
Setelah selesai meeting, Peter langsung membawa mobilnya menuju ke apartemennya, dan benar saja. Peter melihat Ariana yang sudah tidak sadarkan diri di kamar mandi.
"Ana!! Bangun Ana!! Astaghfirullah, kenapa bisa seperti ini?? Ariana bangun!!" Peter segera membopong tubuh Ariana ke mobilnya dan melesat secepat kilat ke rumah sakit.
"Dok, tolong selamatkan Ana, dok!! Selamatkan dia!!"
"Anda tunggu di sini, saya akan menanganinya"
¤¤¤
Peter benar-benar tidak bisa tenang saat ini. di pikirannya hanya ada Ariana, Ariana dan Ariana.
Seharusnya Peter tidak meninggalkan Ariananya sendirian
Seharusnya di saat seperti ini, Peter selalu ada dekat Ariana
Seharusnya Peter menjaga Ariana
Seharusnya dan seharusnya yang ada di pikiran Peter
Bagaimana bisa Terjadi seperti itu?? Saat melihat Darah segar mengalir di paha Ariana, napas Peter berhenti sesaat.
Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ariana?
Bagaimana jika Terjadi sesuatu pada bayinya? Ya, walaupun bayi itu bukan milik Peter, tetapi jika terjadi sesuatu pada bayi itu, tetap saja Peter akan merasa sedih, karena selama ini Peter sudah membantu Ariana menjaga bayi itu.
¤¤¤
Waktu seakan berlalu begitu lama di saat Peter menunggu seorang dokter keluar dari ruangan itu.
"Peter?" Peter menoleh ke sumber suara dan mendapati Darren yang sedang berdiri tepat di hadapannya.
"Ya, Dad.. aku Peter" Darren langsung memeluk Peter erat.
"Aku merindukanmu, son.. pulanglah.. mommy mu menunggumu" ucap Darren setelah melepaskan pelukannya.
Pulang? Bagaimana bisa? Jika Peter pulang, lalu bagaimana dengan Ariana?
"Tidak bisa, Dad.. eh maksudku belum""Kenapa? Ap-?
Belum sempat Darren menyelesaikan kalimatnya, Dokter keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaan Ana, dok?"
"Keadaan ibu Ariana baik-baik saja, tetapi.."
"Tapi apa, Dok??"
"Akibat bebturan yang sangat keras pada area perut, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkehendak lain, bayi ibu Ariana tidak dapat diselamatkan" mendengar ucapan dokter itu, membuat napas Peter tercekat.
Sedangkan Darren. Ia sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Ariana? Siapa dia? Dan Bayi? Bayi siapa itu? Tidak mugkin bayinya Peter kan? Tapi jika bukan, kenapa Peter terlihat sangat sedih?
"Saya turut berduka cita, pak.. kalau begitu saya permisi"
Tubuh Peter meluruh ke lantai. Ia masih belum bisa menerima kenyataan itu. Jika bayi itu meninggal, lalu bagaimana dengan keadaan Ariana nanti saat mengetahui fakta itu??
¤¤¤
Benar saja apa yang ditakutkan oleh Peter. Ariana berteriak histeris saat mengetahui bahwa ia telah kehilangan bayinya.
"Ana tenang.."
"Bagaimana aku bisa tenang?! Bayiku meninggal!! Bahkan di saat ia belum terlahir ke dunia ini!! Bayiku meninggal Peter!! Dan semua ini gara-gara aku!! Aku ibu yang tidak becus menjaganya! Semua ini gara-gara aku!!"
Peter memeluk Ariana bermaksud untuk menenangkannya. Namun Ariana terus saja meronta.
"Ana tenang, kamu baru saja operasi. Jangan menyakiti dirimu sendiri! Itu bukan salahmu! Sudah tenang!"
Akhirnya tubuh Ariana melemas dalam pelukan Peter."Tapi bayiku meninggal, Pete.."
"Itu sudah takdir Ana, kamu mungkin memang menyayanginya, tapi tuhan lebih sayang padanya. Percayalah, akan ada hikmah dibalik setiap kejadian" Ariana terus saja menangis dalam pelukan Peter. Hingga akhirnya ia terlelap.
"Peter, Pulanglah sebentar, dan jelaskan semua ini pada Dad dan Mom" ucap Darren sambil berlalu dari ruangan inap Ariana.
¤¤¤
Seperti yang Darren ucapkan di rumah sakit, saat ini Peter berada di kediaman orangtuanya. Ia menceritakan semua kejadian dari awal ia bertemu dengan Ariana hingga Ariana kehilangan bayinya.
Awalnya Marisa dan Darren menyangka bahwa Peter dan Ariana sudah menikah, dan bayi itu adalah bayi Peter dan Ariana. Namun dugaannya terbukti salah saat Peter selesai menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Apa kamu mencintainya?"
Pertanyaan Marisa membuat Peter diam. Apakah Peter mencintai Ariana?
Bayangan setiap saat ia sedang bersama Ariana pun muncul di pikirannya. Dan dengan tegas ia berkata
"YA aku mencintainya""Jadi, tunggu apalagi?? Segera lamar dia" ucap Darren
"Iya Pete, bawa kami menemuinya. Aku ingin melihat, wanita seperti apa yang dicintai oleh anakku"
"Yaampun mom, dad, Ana baru saja berduka karena sudah kehilangan bayinya, masa iya aku langsung melamarnya begitu saja?"
"Ya gapapa dong, lagian, apa kamu tidak kasihan melihat adikmu, Mike??? Dia sudah terlihat seperti orang stress karena mom masih belum membiarkannya menemui Alexa? Mommy ngelakuin itu karena kamu. Karena mommy tidak mau jika Mike menikah lebih dulu daripada kamu" ucapan Marisa sangat menohok Peter.
Peter jadi merasa bersalah pada Mike. Karenanya, Mike dipisahkan dengan Alexa?
¤¤¤
Tbc
-
-
-
-
♡AshfAdya♡
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY BOY
RomanceAnother Story of Alexa Xelova ¤ini kisahnya Abang Peter😙¤ ¤¤¤ "Lo itu cewek paling nyusahin yang pernah gue temuin" -Peter Louis Pavency- ♡AshfAdya♡