02. Rafif and Friends

595 74 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment nya manteman :)

oOo


Rafif pov

"RAFIF SEMANGAT !!"

"GO RAFIF ! YOU'RE THE BEST !!"

"KAK RAFIF I LOVE YOU !!"

"RAFIIIF ! KAPAN JELEKNYA SIH LO?!! GANTENG MULU PERASAAN !!"

"AAAAAA RAFIF TADI SENYUM KE GUE"

"SENYUM KE GUE KELEUS!"

"GILA! KAK DRIAN KOK MAKIN IMUT ?!"

"AAAAA ALAN TADI NGEDIPIN MATA KE GUE !!"

"PENGIN GUE BUNGKUS MEREKA SEMUA JADINYA!"

Begitulah betapa riuhnya teriak an para perempuan ketika melihat gue sama temen-temen gue lagi pada main basket. Gue heran, apa mereka ngga cape? Teriak-teriak kaya gitu. Dan juga lebih herannya lagi ini kan masih jam pelajaran, otomatis kan seharusnya mereka berada di dalam kelas. Lah ini kenapa mereka ada di luar bahkan ngga di tegur guru. Jam kosong ? Mungkin. Gue mengendikan bahu acuh mencoba tak memperdulikan mereka.

Ya.. hari ini jadwal kelas gue olahraga. Dan kebetulan materi hari ini adalah permainan basket. Jadinya, kita semua lebih banyak prakteknya ketimbang materi. Kalo murid-murid cewek, mereka semua berada di pinggir lapangan. Hanya ngeliatin kita-kita yang asyik dengan permainan basket.

Sebetulnya pelajaran olahraga sudah selesai. Hari ini pak Handoko hanya mengajari kita teknik-teknik dalam permainan basket. Selebihnya, kita disuruh buat main sendiri selagi masih ada waktu. Katanya dia mau ijin pergi ke kabupaten buat jadi guru pendamping para siswa yang ikut lomba futsal. Jadi, selagi masih ada setengah jam lagi waktu olahraga habis. Gue sama yang lain pun sepakat gunain waktu itu buat main basket sepuasnya. Sedangkan para cewek hanya duduk di pinggir lapangan atau bahkan ada yang ke kantin buat ngisi perutnya.

"Fif, liat fans lo tuh! Makin hari makin banyak aja" celetuk Drian menghampiri gue. Kebetulan gue berada di pinggir lapangan buat ngambil air minum yang sebelumnya gue beli tadi sewaktu pelajaran olahraga belum di mulai.

"Bisa aja lo" sahut gue terkekeh kecil.

"Dari tadi nama lo yang banyak di panggil sama mereka" ucapnya sambil menunjuk kearah mereka dengan dagunya. Ya, mereka masih sama teriak-teriak nama gue dan gue juga denger nama Alan dan Drian di antara mereka yang neriakin nama gue. Bisa di bilang dua sahabat gue itu juga famous. Setiap kita bertiga lewat, selalu ada yang manggil nama kita dari adik kelas sama juga seangkatan sama kita. Respon gue ke mereka hanya senyum seadannya. Karena ngga mungkin juga gue sapa mereka satu-satu. Gue juga ngga kenal sama mereka.

"Udahlah kok bahas ini sih. Mending lo gabung sama yang lain" ujar gue ke Drian.

"Entar dulu. Gue minta minumnya dong" Drian ngambil botol air minum di tangan gue lalu dia minum hingga hampir habis. Padahal gue belum minum airnya satu teguk pun. Teman biadab.

"Kampret lo!! Gue belum minum setan!" Pekik gue mengambil paksa botol minumnya. Hingga membuat air yang ada di dalam botol itu muncrat kemana-mana. Fix, gue ngga kebagian airnya. Air di dalam botol itu keburu habis.

Gue mendengus kesal ke Drian. Sedangkan dianya nyengir kearah gue tanpa rasa bersalah.

"GUE KUTUK LO, HADRIAN!" pekik gue saat Drian tiba-tiba lari dari hadapan gue. Dia menghampiri yang lainnya. Sedangkan gue disini menahan amarah kepada anak itu.

Dia memang seperti itu. Kadang gue malu sama kelakuan Drian. Dan herannya, kenapa gue bisa temenan sama dia gitu. Bahkan sudah hampir 3 tahun ini.

Kalo Alan, dia itu beda 180° dibandingkan Drian. Alan sahabat gue yang satunya. Dia itu tipe yang ngga banyak bicara dan jika bicara to the point dan anaknya kalem nggak pecicilan seperti Drian. Tapi dibalik itu, Alan sering kali menggoda cewek-cewek disekolahan dengan kedipan matanya. Akibatnya, mereka teriak-teriak kesenangan di kedipin sama Alan. Siapa sih yang ngga senang dikedipin mata sama cogan ya kan?
Kalo gue jadi cewek juga pasti sama kaya mereka.

Alan masih jomblo guys begitu pun dengan gue dan Drian. Ya, walaupun kita ini cogan, tapi masih lebih gantengan gue dari pada mereka. Walau bagaimana pun mereka kalah sama kegantengan gue. Mungkin itu penyebab gue jadi famous dan di kagumi banyak cewek sesekolah. Berasa kaya jadi artis aja tahu nggak. Oke gue terlalu percaya diri tentang ini.

By the way, gue kasih tahu ke kalian. Walaupun gue jomblo kaya gini nih, ada satu cewek yang gue sayangi banget bahkan pengin gue jadiin pacar. Tapi sayang, gue sama dia itu ngga bakal bisa bersatu walau bagaimanapun caranya. Okay fix, kalian udah tahu rahasia gue yang bahkan Alan sama Drian ngga tahu sama sekali tentang ini. Tolong jangan kasih tahu sama mereka.

Mereka, khususnya para cewek di sekolahan ini, gue dan kedua teman gue itu "idola sekolah" katanya. Yah, padahal biasa aja sih menurut gue. Dan gue ngga terlalu suka gue dibangga-banggakan kaya gitu. Idola Sekolah? Bahkan gue ngga pernah ikut casting semacamnya. Dalam diri gue, sebenarnya gue risih jika gue lewat ditatap secara terang-terangan sama cewek-cewek di sekolahan ini. Aslian gue risih banget, tapi ya sudahlah gue pasrah. Nasib cogan. Apa boleh buat kan ya.

Kalian harus tahu, Drian dari kelas 11 udah suka sama Rasha, adik gue sendiri. Gue ngga setuju banget jika nantinya Rasha beneran jadian sama Drian. Dan untungnya Rasha cuek bebek ke anak itu. Setidaknya hati gue lega ketika tau kenyataan itu.

Setiap hari Drian selalu ngehampirin Rasha, Ah gue ngga terlalu suka jika Drian sama Rasha. Gue emang ngga setuju banget dan gue ngga bakalan ngrestuin mereka. Ya, ngga ngrestuin.sampai.kapanpun. catat baik-baik.

Ah bahas soal Drian gue jadi lupa mau ngejar anak itu.

Gue langsung ngejar dia namun, gue lihat Drian ngga kearah yang lainnya melainkan ke koridor kelas 10. Apalagi yang gue lihat permainan basket terhenti secara tiba-tiba bersamaan dengan teriakan Drian. Apalagi dia teriak menyebut nama adik tersayang gue.

Dan yang gue lihat, Rasha jatuh pingsan karena terkena lemparan bola basket yang meleset.

Gue panik, dan langsung menghampiri adik gue. Di susul juga oleh Alan. Lagi pula dia merupakan pelaku pelemparan bolanya.

Rasha masih pingsan, langsung aja gue gendong untuk dibawa ke UKS. Okay, gue panik banget. Gue harap adik gue cepetan sadar dari pingsannya.

Diikuti juga oleh Drian, Keila dan Alan.

Sesampai di UKS, gue langsung membaringkan Rasha di ranjang UKS.

"K-kak Rafif!" pekik salah satu penjaga UKS.

Gue menoleh kearahnya setelah membaringkan tubuh Rasha di ranjang UKS.

Alan, Drian dan Keila masuk dan langsung berada di samping gue.

"Lo jaga hari ini kan? Urusin adik gue. Dia pingsan!" ucap gue panik banget. Cewek itu mengangguk cepat dan dia segera melakukan tugasnya sebagai PMR.

Alan yang berada tepat di sebelah gue menatap gue penuh rasa bersalah.

"Fif, maafin gue. Gue tadi nggak sengaja. Gue kira bolanya tepat sasaran eh malah melesat kearah lain dan pas kena kepalanya Rasha" jelas Alan mengenai kejadian yang sebenarnya.

Gue mengangguk memaklumi apa yang dijelasin Alan. Dia emang ngga sengaja. Tapi yang terpenting untuk sekarang, Rasha harus segera sadar. Gue khawatir kalo dia kenapa-napa.

"Alah lo aja yang ngga bisa ngelempar bola dengan benar" suara cewek menyahuti obrolan mereka berdua. Itu suara Keila. Cewek itu tersenyum sinis kearah Alan.

"Nggak usah ikut campur lo!" dumel Alan pada cewek di sampingnya.

Keila mendecih. "Apa perlu gue ajarin main basket?" Sahutnya lagi. Sudah menjadi kebiasaan Alan dan Keila jika bertemu. Pasti ada aja hal yang dipermasalahkan dan menjadi debat satu sama lain.

"Bacot banget bocil"

"Setan!"

Rafif menghela nafasnya dia segera melerai mereka berdua agar tidak berkelanjutan.

"Lain kali, lo kalo mau ngelempar bola hati-hati" ujar gue kepada Alan.

"Ya, Fif gue akan hati-hati" sahutnya, lalu dia beralih menatap kearah adik gue yang sedang ditangani oleh salah satu PMR yang jaga hari ini di UKS.

"Drian, tolong beliin air putih atau susu sama sebungkus roti. Gue tahu Rasha laper" Drian mengangguk cepat setelah mendengar ucapan gue barusan. Dia berlalu pergi keluar dari UKS untuk ke kantin.

Sedangkan, gue, Alan dan Keila menunggu adik gue sadar dari pingsan.

To be continued

ADIKKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang