Bus terakhir dari Lyon

178 82 43
                                    

Cinta itu aneh..
Datangnya tak tau arah dan tak kenal waktu
Dan tak pernah izin tuk singgah..
Tapi cinta itu berjuta rasanya..seperti sepotong pizza dengan aneka toping dan rasa..
Ada rasa rindu di dalamnya, ada rasa ingin bertemu, ada rasa cemburu, ada rasa takut kehilangan, ada rasa ingin memiliki dan ada rasa selalu ingin bersama...

Lima menit lagi bus akan tiba dan Chrystal pun segera bersiap-siap dan berdiri di depan halte menunggu bus terakhir itu tiba.

"Chrystal, kamu ada di sini? Mengapa kamu pergi dengan tiba-tiba? Chrystal terkejut karena Ares tiba-tiba sudah berada di sampingnya.


"Kamu kenapa Chrystal?" Ares tampak  begitu khawatir.

"Ada apa denganmu Chrystal?" Ares terus bertanya pada Chrystal, ada kekhawatiran yang amat sangat di wajahnya.

"Kamu pergi begitu saja Chrystal, tidak memberitahu aku, apalagi saat ini hujan. Aku sangat mengkhawatirkanmu. Ada apa denganmu, Chrystal? Apa aku telah melakukan kesalahan yang membuatmu marah padaku?" Ares bertanya dengan bertubi-tubi. Chrystal hanya terdiam tak dapat berkata-kata, ia pun hanya menunduk tak sanggup menatap wajah Ares.

"Ini sedang hujan Chrystal, kamu berjalan dalam hujan hingga sampai ke sini, udara di sini begitu dingin. Bagaimana bisa kamu lakukan itu? Sangat tidak baik untuk kesehatanmu, Chrystal." Dan Chrystal pun masih tertunduk dalam diam.

"Katakan padaku Chrystal." Ares melanjutkan,"What's wrong, Chrystal?"

"Nothing, tidak ada Ares. Aku hanya ingin pulang." Chrystal mencoba menjawab, suaranya hampir tak terdengar oleh Ares.

Dia bertanya mengapa aku pergi? Apa ia tidak menyadari tadi ia begitu asyik berdua dengan Claire, tidak peduli padaku dan itu membuat aku merasa sedih.

"Mari kita duduk berteduh, mari kita bicara Chrystal. Aku sangat mengkhawatirkanmu," lanjut Ares.

"Maafkan aku Ares, aku hanya ingin pulang ke Jakarta."

"Tidak Chrystal, kamu harus katakan padaku mengapa tiba-tiba kamu ingin pulang ke Jakarta, ada apa Chrystal?"

"Kita belum pergi melihat Menara Eiffel Chrystal, belum pergi ke Museum Louvre,  belum juga ke Notre Dame. Bukankah kamu ingin sekali pergi ke sana? Kamu bilang, kamu ingin sekali untuk bisa beribadah di Gereja Notre Dame, mengapa semuanya berubah dengan begitu tiba-tiba Chrystal?" Ares terus bertanya, dan memaksa Chrystal untuk bicara, tapi Chrystal tak dapat menjawab Ares, ia hanya terpaku dalam diam.

Chrystal masih tak dapat berkata-kata, hanya tertunduk menatap jalanan di depan halte bus yang basah. Rintik-rintik air hujan masih terus turun, suaranya gemercik menyentuh jalan yang basah itu. Angin malam yang bertiup mulai terasa sangat dingin, Chrystal berusaha menahan bibir dan mulutnya yang juga bergetar, tubuhnya pun mulai gemetar kedinginan.

Tiba-tiba Chrystal melihat bus terakhir yang ditunggu-tunggunya itu datang dari ujung jalan. Chrystal pun melangkahkan kakinya seakan tak sabar menunggu bus tersebut menghampiri dan berhenti di depannya. Ia ingin segera masuk ke dalam bus itu, dan duduk di dalamnya, mungkin ia akan merasa sedikit lebih hangat di sana, setidaknya dapat berlindung dari angin malam yang bertiup dingin dan tetes-tetes air hujan ini.

Bertemu di Perancis (Indo vers-END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang