"Om, kita mau kemana?" tanya Rio menatap Fared disampingnya yang sedang menyetir mobil.
"ke rumah Oma sama Opa" jawab Fared.
Rio mengernyit heran "Oma sama Opa itu siapa?"
"dia itu Ayah dan Ibu nya Om" jawab Fared, Rio mengangguk mengerti.
"tapi Rei mau pulang" ujar Rei dari belakang.
"aku mau sama Mamaa" lalu Ray ikut merengek.
Fared menghela nafas pelan "sudah dari Oma dan Opa, kita bakal ketemu Mama kalian"
"..."
"bagaimana? setuju?" tanya Fared meminta persetujuan dari ketiganya yang masih diam nampak menimbang-ninbang ucapan Fared, lalu Rio lah yang pertama kali mengangguk dan Fared menyimpulkan bahwa mereka setuju.
Mobil Fared lalu terparkir di salah satu pekarangan yang sangat luas, lalu ia berjalan keluar begitupun ketiga anak kembar itu, Fared berjalan masuk kedalam rumah mewah itu dengan ketiga anak 7 tahun mengekornya dibelakang.
"Fared," suara wanita paruh baya itu terdengar, Fared menatap Mamanya "akhirnya kamu datang"
"Mama.."
"ada yang mau Mama bicarakan-" omongan Mama nya lantas terpotong karena menatap kaget ketiga anak kecil di belakang Fared yang sedang celingak-celinguk menatap isi rumahnya. "mereka siapa?"
Fared menghela nafas, "Ma, aku tahu Mama pasti sudah tahu mereka itu siapa nya Fared"
Mamanya mengernyit bingung, tapi Fared terus melanjutkan omongannya "Fared tahu, Fared salah karena tidak pernah memberitahu Mama tentang ini, aku membawa mereka kesini bukan hanya untuk sebagai bukti, tapi untuk memperkenalkan anak-anakku ke Mama"
"Red.. kamu ngomong apaan..." ujar Mamanya sedikit shock dan bingung.
Fared ikut bingung lalu berkata "bukannya Mama nyuruh Fared kesini karena.." Fared lalu menyadari satu hal ia menepuk jidatnya "atau jangan-jangan bukan ini yang Mama ingin bicarakan?"
Mamanya mengangguk, tapi terlalu kaget atas apa yang anaknya baru saja katakan "sejak kapan kamu punya anak Fared?"
***
"Gawat Nya!!" bisik Melda panik pada Vanya, Vanya sendiri yang masih duduk diam di tempat ruang ganti menatap Melda ikut panik.
"kenapa?"
"wartawan udah numpuk diluar, mau ketemu ama loe"
Vanya mendesis, "serius?"
"loe intip aja, para kru-kru udah turun tangan tuhh" ujar Melda lalu dering telponnya membuat mereka berdua sama-sama menatap ke layar ponsel Melda.
"Nya! loe benar-benar dalam masalah"***
"Fared, Mama benar-benar tidak habis pikir kau bisa melakukan hal tega seperti ini" ujar Mamanya, ia kini berada di dapur bersama Fared.
"aku-"
"Mama belum selesai bicara," potong Mamanya menatap anak sulungnya dengan tatapan tajam "sebelumnya Mama benar-benar bersyukur dengan niat kamu menikahi kembali Vanya, Mama pikir kamu membuka pikiran dan hatimu untuk Vanya ternyata..."
"Ma.."
"mereka sebab nya kau menikahi Vanya?!"
"For God sake Ma! aku mau nikahi Vanya sebelum aku-"
"jaga nada bicara kamu Fared!" seru Mamanya, ia benar-benar tidak tahan atas perbuatan anaknya "Mama tidak sangka, membesarkan anak seperti kamu"
"..."
"Mama tidak pernah mengajarkan kamu menjadi bajingan seperti ini! meninggalkan wanita dalam keadaan hamil, kau bahkan tak mengatakan apa-apa saat kau ingin bercerai dengannya, kau tidak mengatakan kalau Vanya mengandung cucu Mama!" kini air mata Mamanya menetes, Fared sungguh merasa bersalah dan benar-benar merasa seperti bajingan.
"Ma.." Fared mendekati Mamanya, tapi Mamanya malah menyuruh Faredd berhenti melangkah, membuat Fared berdiri di depan Mamanya, hanya diam dan penuh rasa bersalah.
"Mama tidak bisa bayangkan bagaimana caranya Vanya membesarkan anaknya sendiri.."
"Ma.."
"tanpa seorang suami, sedangkan kau? kau bahkan tidak tahu bahwa mereka-anak-anak yang didepan itu ada"
"..."
"Mama tidak tahu harus senang apa sedih Fared," ujar Mamanya mengusap air matanya "Mama tidak tahu, harus senang karena Mama akhirnya mempunyai cucu, atau sedih karena membesarkan seseorang yang sangat bodoh"
****
"kita harus adakan konferensi pers secepatnya" ujar Pak Malik, kepala Management artis seorang Vanyalia.
"kedatangan wartawan-wartawan itu akan semakin sering, dan itu mempengaruhi kontrak kerja kamu di lokasi syuting"Vanya dan Melda hanya diam.
"secepatnya, kau harus menjelaskan semuanya pada pers, aku tidak mau salah satu artis ku membuatku kehilangan kontrak kerja, apalagi ini bukan kontrak kerja biasa, kau tahu itu kan Vanya?" ujar Pak Malik, matanya menatap Vanya tajam.
Vanya mengangguk.
"sebagai artis yang profesional kau setidaknya bisa mengatasi masalah ini, aku tidak mau ada keluhan dari rekan kerja kita akibat berita ini"
Vanya menghela nafas panjang.
"aku benar-benar mengerti Pak Malik" jawab Vanya.
Pak Malik hanya mengangguk dan pertemuan menengangkan mereka selesai setelah 36 menit membahas tentang konferensi pers yang akan mereka adakan, membuat kepala Vanya menjadi pusing sendiri memikirkan itu, apa yang harus ia katakan pada pers? tentang Fared? tentang anak-anak mereka?
"are you okay?" tanya Melda pada Vanya ketika mereka baru-baru saja keluar dati gedung management itu.
Vanya menggeleng pelan "you know, i dont"
sepertinya yang ia perlukan adalah, bertemu Fared; Sumber masalah dari semua ini.
####