9

9.7K 767 221
                                    

Author.

Tampak sepasang perempuan yang masih terlarut dalam perasaannya itu, debur ombakpun tak menggusik tatap penuh makna tuk saling bermuara.

"Dan....lama-lama disini rasanya semakin dingin" ucap Dara kemudian melanjutkan.

Dengan matanya yang kini sudah berani menatap mata Sena,  dengan senyumnya yang  menghiasi manis dibibirnya, karna merasa berhasil membuat Sena penasaran dengan jawabannya yang sengaja digantungnya.

Sena yang merasa Dara sedikit menggerjainyapun ikut tersenyum melihat senyum Dara, mata Sena kinipun tak lepas menatap Dara, tangan Sena terulur meraih bahu Dara lalu menariknya lembut kedalam pelukannya.

Dara bak terhipnotis akan ulah Sena, Dara hanya menurut tangan Sena yang merengkuhnya lembut kedalam peluknya,  mencoba memberi rasa hangat lewat peluknya, dingin yang dirasa Dara tadi begitu terasa kini nampak jelas berkurang karna pelukan Sena ditubuhnya.

Meski semilir kencang angin pantai terus meniup, tapi tak membuat dua orang yang sedang berpelukan saling memberi kehangatan seolah tak peduli,  Dara yang dengan sendirinya membalas pelukan Sena, melingkarkan tangannya erat ditubuh Sena.

Degup jantung keduanya kini berlomba dengan debur ombak yang saling berkejaran yang tak pernah temukan henti, berlomba dengan angin yang hembusannya semakin menggencang, seolah tak peduli dengan sore yang hampir ditenggelamkan malam.

Meski sinar matahari tak menunjukan merah saganya dilangit sana, namun senja tetap terasa indah bagi dua orang yang masih enggan melepas pelukan,  keduanya terlihat begitu mengiginkan pelukan satu sama lain, keduanya seolah sedang menuruti hatinya yang begitu nyaman dengan sebuah pelukan,   sama dihinggapi rasatak biasa  yang mungkin seharusnya tak boleh ada.

Sampai Dara mulai melepas dari pelukan Sena meski sedikit enggan kala sadar langit sudah hampir menggelap, Dara menatap Sena dengan salah tingkah.

"Mmm...sudah hampir malam, aku..aku pulang ya" ucap Dara dengan gugupnya.

"Aku antar ya" ucap Sena.

Dara hanya mengangguki tawaran Sena, lalu Dara mulai berjalan dan kembali dibuat kaget, karna tangan Sena kini menggenggam tangannya dan sedikit menariknya membuat langkah Dara terhenti.

Dara yang merasa anehpun menoleh kearah Sena yang masih dibelakangnya, Sena yang semakin erat menggenggam tangannya, Sena yang selalu tak bisa berpaling dari wajahnya.

Perlahan Sena melangkah mendekat tepat dibelakang tubuh Dara, perlahan tangan Sena menuntun tangan Dara berpindah tepat melingkar diperut Dara dengan tangan Sena tetap menggenggamnya.  perlahan tubuh Sena semakin menempel memeluk Dara dari belakang.

Membuat Dara tak tau harus berbuat apa, membuat Dara terpaku ditempat adanya, mencipta detak jantungnya kembali berdebar setengah menggila, mana kala Sena dirasa semakin memeluknya erat nan hangat, semakin blingsatan debaran dihati saat nafas hangat Sena menyapa pipinya, karna kini pipi Sena menempel pada pipinya.

Apalagi saat Sena seolah menggerakan pipinya, jelas sekali Dara semakin dibuat hampir gila dengan detak rusuh dijantungnya karna seorang gadis.

"Lihatlah bukankah ini pantai termanis, kau tau Dara? Didekatmu semua jadi terasa manis" ucap Sena lembut dekat ditelingga Dara.

Sengaja Sena melakukan itu untuk balik mengerjai Dara, sengaja Sena ingin tau reaksi Dara, yang sungguh membuat Sena semakin tak kuasa menahan lajunya rasa yang kian menantang.

Membuat Dara memejamkan mata seketika, dengan hati yang diliputi banyak tanya akan ucapan Sena, membuat Dara langsung merinding karnanya, manakalah ucapan Sena diiringi hangat nafasnya bak menyapu kulitnya,.membuat Dara lupa caranya bernafas dengan semestinya.

Setelahnya Sena melepas pelukannya, lalu semakin menggenggam tangan Dara dan mulai melangkah untuk mengantar Dara. meninggalkan pantai termanis menurut Sena.

Meninggalkan banyak pertanyaan yang tak mampu Dara ucap didalam batinnya,  meninggalkan bermacam kesan yang tak dapat Dara mengerti didalam hatinya.

*************

Malam dimana ayah Dara mengundang Sena untuk makan malam bersama sebelum kembali kekota, Sena sudah berada dirumah Dara dari beberapa menit yang lalu, bahkan kini mereka sudah bersiap untuk mulai acara makan malamnya.

Mata Sena tentu saja langsung fokus memandang Dara, saat melihat Dara yang sedari tadi ditunggunya, Dara yang sedari tadi ingin dilihatnya kini duduk tepat didepannya, memberi sedikit senyum anggun bercampur gugupnya pada Sena.

Yang dibalas senyum manis oleh Sena, senyum yang membuat Dara diam-diam sering terbayang. senyum gadis desa yang menyimpan banyak pesona dimata Dara.

Sena nampak seolah lebih tertarik pada mahluk anggun didepannya, ketimbang memulai menyantap makanan dipiringnya, matanya sedari tadi seolah enggan berpaling dari pemandangan tepat didepan matanya, meski mau tak mau terkadang Sena harus pura-pura membuang pandangannya agar tak terlihat aneh dimata mereka.

Fikiran Dara juga tak jauh dari Sena, meski mahluk manis itu kini ada didepannya. meski Dara lebih banyak berpura-pura menatap makanannya, tapi memakannya seolah enggan karna hatinya merasa gugup terus diperhatikan mata teduh didepannya.

Keduanya nampak seperti kecanduan tatap, seolah hanya melalui tatap akan menggenyangkan bagi mereka.

"Nak Sena, ada yang mau saya katakan" ucap ayah Dara.

Setelah makan malam selesai, membuat semua yang ada disitu nampak penasaran dengan ucapan ayah Dara, terlebih Sena yang dimaksud ayah Dara.

"Iya pak, silahkan" jawab Sena sopan.

"Saya dan yang lain kecuali Dara besok pagi akan kembali kekota, jadi saya bermaksud menitipkan Dara pada nak Sena" ucap ayah Dara.

Membuat Sena tersenyum seketika, meski hatinya sedikit aneh akan permintaan ayah Dara. membuat Dara memasang wajah malu-malunya karna ayahnya seolah menganggapnya anak kecil yang harus dijaga dan dititipkan.

"Ayah, Dara udah segede gini loh, kok dititipin sih" ucap Dara.

Dengan wajah cemberutnya yang meski terlihat malu-malu, namun nampak begitu lucu menurut Sena.

"Bukan begitu Dara, maksud ayah biar kamu disini ada yang menemani, jadi...bagaimana nak Sena?" Ucap ayah Dara.

"Tidak usah khawatir pak, saya akan menjaga putri bapak dengan baik" jawab Sena.

Membuat ayah Dara mengangguk tersenyum atas jawaban Sena, membuat Dara nampak malu-malu meski hatinya kesenangan, membuat adik dan ibu Dara saling berpandangan ntah apa maksudnya.

Jawaban Sena dirasa Dara terlalu manis dan berani. meski mungkin menurut Dara jawaban Sena itu jawaban yang wajar bagi seseorang yang memang dititipi seseorang.

Dara menatap Sena dengan begitu malu-malu, Sena membalas tatapan Dara dengan sedikit tersenyum. keduanya nampak terlena oleh tatapan yang meski ntah sudah keberapa kalinya. tatapan yang mungkin sudah menjadi candu bagi keduanya, tatapan yang tanpa keduanya sadari semakin dalam menjatuhkan hati.

Sampai-sampai merekapun tak menyadari, bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan keduanya dengan pandangan yang ntahlah..........

TBC



Senandung Dara (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang