Jongin menatap ponsel canggihnya yang mana layarnya kini menampilkan foto Nayeon yang tengah tersenyum , foto tersebut didapat dari hasil pengintaian anak buahnya yang sengaja ia tugaskan untuk mengawasi wanita idamannya itu.
"Kau tau, aku telah melewatkan masa remajaku dengan belajar dan bekerja keras demi dirimu. Aku harus bersabar menahan kerinduanku untuk bisa bertemu denganmu, berbincang denganmu, dan juga berdebat denganmu bahkan tak hanya itu aku juga merindukan ocehanmu, omelanmu bahkan makianmu. Ah aku sendiri heran mantra apa yang telah kau ucapkan hingga aku sangat tergila-gila padamu. Hmm...Sungguh hari ini adalah hari yang paling membahagiakanku, karena aku sudah di ijinkan Appa menemuimu dan membawaku kehadapannya sebagai calon istriku. Tapi sepertinya, aku harus lebih sabar lagi untuk bisa memperistrimu, sayang. Melihat gelagatmu sepertinya tak mudah untuk meyakinkanmu kalau aku mencintaimu dengan serius....kau harus tau kau milikku Nayeon.., milikku." Jongin bergumam sambil tersenyum-senyum sendiri.
Suara ketukan pintu ruangan Jongin terdengar. Munculah wanita cantik yang meski dibalut pakaian formal layaknya wanita kantoran namun tidak mengurangi kesan sexy dalam dirinya. Wanita yang merupakan sekretaris Jongin itu masuk setelah dipersilahkan oleh Bosnya.
"Sajangnim, ini berkas laporan yang anda minta." Han Ryu Jin~ sekretaris itu, meletakan berkas laporan itu dimeja Jongin, seraya memberikan senyum termanisnya pada Bosnya seperti biasa.
Yah selama ini ia memang sedang berusaha sangat keras untuk menarik perhatian Jongin yang setaunya, ia adalah pria muda dan masih lajang. Gadis itu menarik kesimpulan seperti itu karena selama berkeja dengan Bosnya, ia tidak pernah melihat Bosnya itu dekat dengan seorang wanita selain ibu dan noonanya tentu saja. Wajar jika ia berharap Bosnya itu akan tertarik padanya.
"Oh, terima kasih," ucap Jongin.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi , Sajangnim.." Jongin mengangguk tanpa menghiraukan senyuman Ryu Jin.
"Semanis apapun kau tersenyum tidak akan bisa mengalahkan senyuman wanita judes~ku , Ryu Jin." kekeh Jongin seraya menggeleng-geleng kepalanya, merasa tingkah sekretarisnya itu lucu. Sedetik kemudian ia pun mulai tenggelam kembali dalam pekerjaannya.
Jongin bukannya tidak tau jika sekretarisnya mencoba menarik perhatiannya selama ini, namun Jongin hanya membiarkannya saja selama ia masih melakukannya di batas wajar dan tidak mengganggu dirinya. Ia menganggap godaan Ryu Jin sebagai ujian seberapa dalam cintanya pada Nayeon. Bahkan godaan bukan saja ia terima dari Ryu Jin saja, tapi juga dari relasi bisnisnya yang tidak sedikit juga yang berjenis kelamin wanita, bahkan tak jarang juga beberapa relasi bisnis Appanya menawarkan putri-putrinya untuk di peristrinya, namun apalah artinya semua bunga indah didepan mata jika si rumput liar sudah menarik perhatian dirinya.
Yah, Jongin sudah menancapkan bendera cinta di hati Nayeon. artinya cintanya hanya untuk si gadis pemilik pipi merona itu.
...
Café
Setelah selesai memesan gaun pengantin di salah satu butik terkenal di Seoul , Se Jeong mengajak Nayeon untuk bersantai sejenak di sebuah café, mereka cukup lelah juga setelah hampir seharian mereka berada di butik itu.
"Baiklah semua sudah selesai, tinggal menunggu hasil gaun rancangan temanku itu. Percayalah kau tidak akan kecewa dengan hasilnya. Temanku itu perancang kelas dunia, kau tau."
"Oh..aku tidak meragukan itu, yang aku ragukan saat ini perasaanku," keluh Nayeon.
"Yak, adik ipar.."
" Berhenti menyebutku adik ipar.." Se Jeong terkekeh, namun tak urung mengangguk juga setelah sejeong menatap tajam padanya.
"Huft..., bisakah kau membantuku?" tanya Nayeon seraya menampakkan wajah memelasnya.