Typo bertebaran, happy reading.
***
"Austrin kau tau tidak? Tugu itu kaya ada di the pinguin of madagaskar tau di Indonesia aku sering nonton." Tunjuk Areta pada sebuah tugu batu yang terdapat lonceng di atasnya.
Aku mengangguk dan kembali berjalan dengan kacamata yang tidak mau dan tak akan aku lepas. Sedangkan Areta hanya mengikutiku dari belakang sambil memotret apapun yang menurutnya menarik.
"Heh! jalan mu bisa cepat tidak."
Areta merengut sebal. "Untuk apa kemari jika ingin melihat secara singkat saja." Cemberutnya. Ah dia lucu sekali.
Akhirnya aku mengalihkan pandanganku pada hewan jerapah yang berdiri di kandang khusus tak jauh dari tempatku berdiri.
Aku mendekati jerapah yang ada di dalam kandang besar itu dan memotretnya menggunakan ponselku.
Kepala jerapah itu sangatlah panjang sehingga jika badanya berdiam diri beberapa meter dari kepalanya pun itu tidak akan berpengaruh apa-apa apalagi jika ia berdiri tegak wah itu sangat tinggi sehingga, kita yang memang sedang memperhatikanya pun akan ikut-ikut menegakan kepala keatas.
Mungkin tinggiku bukan apa-apa saat dibandingkan dengan jerapah itu, ya mungkin tinggiku ini hanya bisa disamakan dengan jerapah yang berukuran kecil atau bisa dibilang masih anak-anak.
Tiba-tiba saja sebuah tangan seseorang memegang bahuku pelan membuatku terpekik kaget.
"Kau kenapa meninggalkan ku hah?" Aku meringis pelan saat mendapati Areta sedang menangis tersedu-sedu. Ya walau pun ia memakai kacamata hitam tapi aku masih bisa melihatnya secara jelas.
"Cengeng banget sih baru aja ditinggal gitu udah nangis." Kataku kepada Areta yang memang belum berhenti tersedu-sedu.
Tetapi bukanya berhenti, Areta makin manangis dan membuat kami menjadi bahan tontona.
***
Aku melihat kearah Areta yang sedang sibuk dan fokus dengan kamera ditanganya yang sedang menampilkan foto-foto binatang yang tadi ia ambil.
Kami sudah berkeliling selama seperempat jam dan beristirahat pada bangku khusus untuk pengunjung.
"Ah liat kamu lucu plus ganteng banget deh difoto ini." Areta menunjukan padaku gambar seorang pria yang sedang memberi makan seekor gajah Afrika. Yang tentu saja sang pria itu aku. Entah kapan Areta mengambilnya yang jelas aku tidak merasa sedang difoto olehnya.
"Aku memang tampan tanpa kau beri tau."
Areta hanya mendengus dan memutar matanya. "Sombong!" lalu kembali kepada kameranya.
Aku hanya tertawa melihat ekspresi wajahnya yang sangat lucu. Dan yah menurutku Areta memang wanita yang sangat lucu, cantik dan baik hati yang lagi-lagi aku jelaskan.
"Austrin kita jalan-jalan lagi yu." Rengek Areta kepadaku.
Aku hanya mengangguk dan berdiri sambil menggenggam tangannya erat.
***
"Kita sekarang mau kemana lagi Austrin?" tanya Areta saat kami selesai makan dan sekarang ini kami sedang di jalan menuju sebuah gedung yang akan menampilkan seni musikal yang sangat aku sukai.
"Liat nanti aja." Ucapku penuh misteri sambil mengusap puncak kepalanya dengan tangan kananku sedangkan tangan kiriku memegang setir.
Dari sudut mataku aku bisa liat mulut Areta membuka serta matanya yang terbuka lebar. "Kenapa?"
Ia menggeleng dan meraba pipiku dengan tangan halusnya. "Kamu beneran Austrin kan?" tanyanya dengan mata yang masih membelo besar.
Aku menyirit aneh tetapi tak lama aku megerti maksudnya. Tak butuh waktu beberapa detik, kulepaskan tanganku yang berada dipuncak kepalanya dan kembali memegang setir dengan mata yang kembali fokus ke depan mengabaikan Areta yang masih terkaget-kaget.
Waktu sudah menunjukan jam tujuh malam pas saat aku menampakan kaki di sebuah tempat khusus untuk membeli tiket masuk. Dan setelah mendapatkanya, aku langsung menggiring Areta masuk kedalam sebuah ruangan besar yang akan menampilkan pertunjukan musikal.
Setelah tempat duduk sudah terisi penuh dan lampu-lampu pun sudah dimatikan semua terkecuali lampu yang berada dipanggung yang dibiarkan menyala, kami pun mulai membuka kacamata hitam kami dan mulai bersandar di tempat duduk menyaksikan pertunjukan drama musikal.
Tempat duduk kami yang memang berada di pojok paling belakang memang pas untuk keadaan kami saat ini yang memang sedang di rundung kelelahan setelah seharian kami habiskan berjalan-jalan.
Seorang pria kira-kira berumur 30 tahunan yang kuketahui sebagai MC naik keatas panggung dan memberi pengarahan serta peraturan-peraturan kepada semua pengunjung.
Acara pun dimulai, dan tema kali ini adalah Harry Potter yang mungkin sebagian orang pasti mengetahui alur ceritanya. Entahlah aku pun tak tahu mengapa aku mengajak Areta kemari tetapi aku memang sangat menyukai drama musikal apapun ceritanya.
Tetapi sepertinya Areta tidak akan menyukai acara yang seperti ini apalagi nada-nada orang yang bernyanyi itu terkadang memekakan telinga. Mereka berteriak seperti dihutan yang tak ayal membuat pegunjung disini menutupkan telinganya secara diam-diam.
Sesudah acara berakhir, kami akhirnya keluar dengan kacamata yang sudah tersemat di mata kami kembali.
"Ah aku ingin makan lagi Austrin perutku sudah demo minta diisi saat kita liat drama musikal tadi." Racaunya saat kami sudah dalam mobil keduaku. Areta masih terus memegang dan mengelus perutnya pelan tanda ia memang sudah sangat kelaparan.
Aku menganggukan kepalaku dan mulai menjalankan mobil kearah restoran terdekat.
Saat akan membelokan mobilku kearah parkiran mobil, Areta langsung berteriak dengan keras yang membuatku mau tak mau me-rem mendadak.
Aku melihat kearah Areta dengan tatapan marah. Jika aku sampai menabrak orang bagaimana?!
"Heh bodoh! Kalo sampe kita nabrak orang atau masuk jurang gimana?! Bisa ga sih kalo ngomong itu biasa aja hah?! aku tidak tuli."
"Maaf Austrin. Aku cuman gamau makan disini. Aku pingin makan di acara festival-festival yang ada disana tuh." Tunjuknya kearah jalanan yang memang ramai oleh orang-orang berjalan.
"Harusnya kamu bilang dari tadi tau ga kamu itu ngere-" ucapanku terpotong saat mobil di belakangku mengklakson terus menerus dengan tidak sabarnya dan hampir membuatku meledak tiba-tiba.
Akhirnya saat kekacauan tadi sudah diatasi, aku langsung tancap gas dan akhirnya sampai di parkiran yang dikhususkan untuk pengendara festival.
Aku yang baru saja mematikan mesin mobil langsung terkejut saat Areta menutupkan pintu mobil dengan keras hingga berbunyi meledak tertahan.
"Areta kau mau merusak pintu mobilku hah?!" Marahku saat dengan muka polosnya Areta menungguku di sebelah pintu mobil tanpa ingin meminta maaf.
Akhirnya aku hanya menghela nafas dan mulai mengikuti Areta dari belakang yang sedang memesan makanan disebuah ruko kecil yang penuh sesak oleh orang-orang yang memang sedang membeli makanan juga.
Aku yang memang sedang menjaga jarak dengan Areta bingung saat sudah kembali keluar lagi dengan menampilkan muka yang sangat murung tanpa meliriku.
Areta langsung saja berjalan pergi kearah semula saat kami memasuki festival. Tanpa berbicara apa-apa lagi aku langsung melagkahkan kakiku besar-besar agar sejajar denganya.
"langsung pulang aja." Perintahnya dingin tanpa mau dibantah oleh siapapun.
***
Tbc...
Update besok>>>
VOMMENTNYA PLS.
Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Couple [COMPLETED]
RomanceMenjadi sepasang suami istri tertutup mungkin nyaman untuk mereka jalani sekarang ini. Tapi memang dasarnya segala sesuatu yang disembunyikan akan menjadi buruk dihari-hari kemudian. Begitu pun mereka. terus menerus menyembunyikan diri, membuat mere...