part 7

46 18 11
                                    

"Dy? Lo sakit?". Gitar mengulurkan tangannya yang tidak ia gunakan untuk menyetir, hendak menyentuh dahi gadis di sebelahnya itu. Namun sebelum Gitar menyentuhnya, gadis itu sudah terlebih dulu menepis tangan Gitar. Gitar mengernyit bingung. Melody tidak pernah seperti ini sebelumnya. 'Mungkin dia lagi datang bulan'. Pikir Gitar dalam hati. Ia kembali fokus pada jalanan di depannya. Membiarkan gadis di sampingnya tidur meringkuk menghadap jendela.

"Makasih ya". Ucap Melody ketika mereka sudah sampai di rumahnya. Melody tak berani menatap wajah cowok di depannya. Entah karena apa. Gitar tersenyum. Lalu mengacak rambut melody pelan.

"Iya sama sama". Melody melanjutkan langkahnya hendak membuka pintu. Namun suara cowok itu kembali terdengar.

"Dy". Gitar menarik lengan melody dan membawanya ke dalam pelukannya. Gitar mendekatkan bibirnya ke telinga Melody seraya berbisik.

"Jangan gini lagi ya. Aku gatau kamu kenapa. Tapi ucapan terimakasih kamu barusan yang membuktikan bahwa ada yang beda sama kamu. Seumur hidup aku nganterin kamu, ini pertama kalinya kamu bilang makasih dan itu aneh".

Iya, dan ini juga pertama kalinya lo bikin gue aneh tar.

Gitar melepas pelukannya dan membiarkan gadis itu masuk ke dalam rumah.

Berkata dengan nada lembut seperti tadi ia mengubah kata gue-lo menjadi aku-kamu, itu adalah cara yang ia lakukan saat menghadapi Melody yang masih dalam perasaan badmood. Karena Melody akan luluh hanya dengan kalimat itu. Hanya Gitar.

"Lo kenapa deh kak? Pulang pulang wajah ditekuk". Tanya Dave saat melihat kakaknya yang berjalan lunglai menuju kulkas. Hendak mengambil makanan kesukaannya. 'Mungkin makan rainbow cake sama nanas bisa menyembuhkan perasaannya, meski hanya sesaat'. Pikirnya.

Gadis itu kemudian menyusul sang adik dan duduk di sebelahnya.
"Ada berantem sama Gitar?". Tanya Dave lagi karena tak kunjung dapat jawaban dari sang kakak. Melody tak berniat menjawab. Ia tetap fokus menatap tv di depannya. Percayalah, dia sama sekali tidak tau apa yang sedang ditayangkan tv, pikirannya entah kemana mana.

"Lo lupa kalo kita saudara?". Suara Dave kembali terdengar. Melody menunduklan kepalanya dalam dalam berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.

"Kak Ody?". Dave menyentuh bahu kakaknya. Melody mengangkat wajahnya hingga bertatapan dengan wajah sang adik.

"Ya ampun". Tanpa basa basi Dave menarik tubuh Melody dan memeluknya erat. Melody menangis.

"Ody mana Dave? Tumben gakeliahatan". Tanya mamanya saat melihat tidak ada tanda tanda Melody disana. Sepi. Mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Hanya kurang Melody. Karena ia memutuskan untuk merenung di kamar. Dave tak menjawab pertanyaan mamanya. Ia dengar. Namun ia tetap memilih diam dan tetap menatap benda lebar di hadapannya.

Rena memutuskan beranjak dari duduknya dan bermaksud ke kamar Melody untuk memastikan bahwa anak sulungnya itu baik baik saja. Dave menahan lengan mamanya saat hendak melangkah, hingga langkahnya terhenti.

"Hmmm kak Ody udah tidur ma". Dave berusaha meyakinkan mamanya bahwa kakaknya baik baik saja. Dave menghela nafas lega karena sang mama kembali duduk di sebelahnya.

Malam ini Melody berusaha mati matian untuk tidak menangis lagi. Cukup ia menangis dipelukan Dave. Ia tidak ingin lagi menangis. Namun itu hanya omong kosong. Ia kembali menjatuhkan air matanya. Untuk kesekian kalinya. Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri di depan cermin. Penampilannya sangat kacau. Rambutnya yang berantakkan, dan matanya yang sembab. Saat itu Melody menghentikan kegiatan menangisnya, lalu ia membuka handphone nya yang sejak tadi di mode off. Begitu banyak pesan dari Gitar hanya untuk menanyakan apa dirinya baik baik saja. Kemudian Melody mengetikan pesan untuk Dave.

To : Dave
Bawain gue es batu.

Tak lama kemudian pintu kamar Melody terbuka dan menampilkan wajah Dave yang membawa es batu.
"Nih". Dave menyodorkan es batu.

Melody mengambil satu persatu es batu dan menempelkannya di kantung matanya yang terlihat sembab. Apapun akan ia lakukan agar Gitar tidak curiga pada dirinya.

Setelah dirasa sudah agak mendingan, ia kembali tidur di kasur kesayangannya dengan memeluk boneka spongebob kado pemberian Gitar saat ia ulang tahun yang ke enam belas. Kini ia sedang berfikir keras, ia akan berusaha agar berlagak seperti biasa dengan Gitar. Ia akan memerina apapun yang terjadi meskipun itu tidak baik untuk kesehatan hatinya. Dan mulai sekarang ia benar benar berusaha untuk menjadi sahabat Gitar. Meskipun dengan perasaan cinta yang mengalir. Namun ia akan mengesampingkan perasaannya. Yang terpenting ia akan tetap menjadi sahabat Gitar dan akan tetap menjadi prioritas cowok itu.

Tbc.
Sumpah part ini abstrak banget. Maaf jika ada typo. Jangan lupa vote & comment😊

MelodyWhere stories live. Discover now