112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-

6.3K 552 101
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

"Hiks... hiksss...," titik demi titik air mata bening itu menetes ke lantai batu yang menjadi pijakannya. Sejak tiba di ruangan pengap ini, Hinata tak kunjung menghentikan tangisnya.

Ia kini berada di dalam sebuah kuil aliran sesat yang dianut oleh para anggota Akatsuki. Tangannya yang diikat keatas membuat wanita yang tengah hamil tua itu tak dapat berbuat apapun. Rasa nyeri pada perut buncitnya tak kunjung mereda. Ia sudah tak mengerti lagi apa yang terjadi pada nasibnya setelah kematian suaminya.

"Kenapa Naruto-kun meninggalkan kami? Kenapa Naruto-kun membiarkan kami tersiksa...? Kenapa tak membawa kami juga pergi bersamamu saja, Naruto-kun..."? Hinata terisak kencang ketika tanpa sengaja menatap cipratan darah sang suami yang mengotori bagian bawah nagajuban putihnya. "Kumohon Kami-sama... ambil saja nyawaku dan anakku... kumohon sudahi penderitaan ini...." Kepala indigonya mendongak? Menengadah ke langit-langit kuil itu. Meratap penuh pilu pada sang pencipta.

"Kenapa menangis Hime...? Bukankah masih ada aku...???" Hinata terkesiap saat dagu lancipnya di tarik seseorang. Wajah pucat yang tadinya menunduk, kini mendongak. Menatap pria keji yang pernah berstatus sebagai calon suaminya kala ia masih kanak-kanak.

"Cuihhh." Air liur Hinata yang bercampur darah itu membasahi wajah Toneri.

"Kau mau melawanku sekarang... hah???" Tantang Toneri angkuh, setelah mengusap wajahnya yang di nodai air liur Hinata yang bercampur darah.

Hinata membuang muka namun, "akhhh..." Wanita hamil itu mengerang pelan saat surai indigonya di jambak oleh Toneri. Hingga wajah keduanya berhadapan.

"Jangan jual mahal, Hime..." Toneri menarik dagu Hinata. Sekuat mungkin Hinata menggerakkan kepalanya melepaskan kecupan menjijikkan itu. "Siapa lagi yang menginginkanmu..." Toneri mengitari tubuh Hinata, lalu mendekap perut buncitnya dari belakang. "Janda yang tengah hamil tua seperti ini."

"Jangan sentuh aku, keparat!!!" Hinata meronta, meliuk-liukkan tubuhnya, saat Toneri meraba perut buncitnya.

"Sakit..." Hinata mengerang pelan. Ia merasa sakit karena dengan sengaja Toneri menekan kuat pinggang belakangnya hingga perut besarnya membusung kedepan dan menekan tembok batu yang ada dihadapannya. "Perutku... Akh... Sakiiitt... Sekali.., Jangan sentuh aku!!!!" Hinata terus meronta minta di lepaskan. Tubuhnya yang meliuk-liuk membuat Toneri semakin bergairah.

Nafsu yang merajainya membuat Toneri bertindak bodoh. Demi dapat leluasa menyetubuhi Hinata. Ia melepaskan ikatan tangan Hinata. Dan mengangkat tubuh Hinata yang meronta, lalu merebahkannya pada meja batu besar yang ada di dalam kuil itu.

Hinata menarik nafas dalam. Ia tahu niatan Toneri menyetubuhinya. Tapi yang terpenting sekarang tangannya tak terikat lagi. Ia berusaha sekuat mungkin mengumpulkan tenaga. Dan mengambil kesempatan untuk melarikan diri. 'Bantu, Kaa-chan, sayang...'

Dengan penuh nafsu, Toneri mulai merangkak ke atas tubuhnya. Hinata memejamkan mata. Ia mengumpulkan semua tenaga di kakinya, dan tepat saat selangkangan Toneri berada tepat di atas lututnya.

Bughhhh

"Agghhhhh...." Toneri berteriak kesakitan. Benda kebanggaannya di hantam kuat oleh dengkul Hinata. Ia jatuh terlentang di samping Hinata.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang