Part 1

31 0 0
                                    

Dua bulan kulalui dengan nyaman, semua terasa tak terlalu buruk setelah ketibaannya dalam hidupku. Tak bisa kupungkiri tiap hariku indah karenanya. Serta tak bisa kupungkiri pula perasaanku kini bermetamorfosa menjadi rasa suka dan cinta. Namun ketakutanku akan sebelah tangan yang menepuk cintaku ternyata salah. Hingga suatu ketika aku tak menyadari bahwa kamu sudah dihadapan mata lalu mendekati tempat dudukku dan terus menyinggung soal perasaan.

“Jadi Zanida Putri, maukah kamu jadi pacarku?” pintanya seraya meletakkan kedua belah tangannya diatas tumpukan telapakku.

Aku terperanga tak percaya. Vje, orang yang selama ini kupikir hanya menggagapku sebagai rival abadi menulisnya serta adik tuk diminta pendapat, mengutarakan persaannya padaku kini. Dan aku semakin bingung ketika kulihat teman-temanku sudah menggerombol mendekati kami dan menyerukan agar aku segera menerimanya. Namun, aku masih diam karena tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Hanya dengan anggukan pelan dan sorak sorai dari penduduk hatiku mengatakan yeayyyy!!!!!!!!! Kita jadian.

Setelah selesai ujian nasional, saat pesta wisuda kelulusan, Vje memberi kabar buruk untukku, ia akan pergi ke Kuala Lumpur

“Berjanjilah kau akan tetap disini, Put” ia menunjuk tepat kehatinya.

“Aku berjanji Je..Aku bakal setia nungguin kamu,” sahutku seraya memeluk tubuhnya. Akhirnya tangisku berderai basah. “Kamu juga janji akan kembali untukku, kan?”

“Iya ebey, aku janji. Aku kembali untukmu kok..” ucapnya seraya mengelus kepalaku.

Hangat kurasakan, isakku serak. suaraku makin parau memintamu tuk tak pergi sekarang dan tak akan pergi.

Petugas bandara keberangkatan internasional memberitahukan kalau pintu pesawat akan segera ditutup. Akupun (terpaksa) melepaskan pelukanku.Isakanku kusuruh berhenti cepat. Kuseka sisa-sisa air mata yang menggenangi kedua kantung mata. Kukembangkan lagi senyuman seperti awal ku tertawa dibuatnya.

“Loveyou bey! Fighting!!” teriakku dari jauh.

“Love you too!!” itu yang kubaca dari mimik bibirnya.

Kini yang dapat kulihat hanya sekerlingan bahu kekar yang ada setiap saat kubutuhkan. Bahu Vje yang takkan pernah tergantikan. Dia telah meninggalkanku.

Tak terasa tiga tahun berselang dan selama ini hubunganku dengan Vje masih baik-baik saja. Membangunkannya untuk kerja ditiap pagi. Menenaninya menulis seraya online. Juga kusempatkan tiap Minggu malam kami bertukar suara ria hanya untuk cerita. Konyol memang, hanya menunggu rupa yang kini di negeri orang. Sungguh, terasa memilukan.

Kudengar suara melengking Windi di koridor ujung, memanggil namaku dengan suara khasnya.

“Te…………”

“Apasih bawellll?”

“Lo harus tau gua kenal cowo ganteng bangett!”

“Siapa sih ? Gantengan mana coba sama doi?” godaku.

“Ih gua serius. Lo kenal dulu waktu kita sekolah ada anak XI TKJ yang ganteng kan?”

“Iya inget, terus kenapa?” – tanyaku bingung mengingat siswa TKJ benar-benar semrawut.

“Itu loh ketua kelasnyaaa.. Gue sekarang lagi PDKTan sama diaaa.” Jelasnya semangat.

“Ah gua lupa, entar aja kalo gitu lu kirimin fotonya leawat BBM sayong, right?” pintaku tak mau ambil pusing.

“Ok!!, makan yukk. Gua traktir.” Sombongnya.

“AYOOOOOOOOOOOOOO!!!” semangatku.

Menjawabi curhatan sahabatku semenjak SMK, aku begitu menyayanginya. Melebihi sayangku pada diriku serta Vje. Alasannya simple, sebab jika ku merindukan Vje, hanya dia yang bisa kupeluk. Dan jika Vje sengaja tak memberi kabar, dia bisa semaunya ku cubit.

Anything Will Get BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang