Kalau saja masih lajang, Alexis akan maju duluan merayunya. Persetan ia seorang gadis yang di mana tabu menyatakan perasaan duluan.
Desas-desus yang ia dengar, dulu juga setahunya Syamsul menyimpan sesuatu dan kini Alexis mempertahankan, masihkah ada percikan tersebut meski sedikit?
Di saat yang lain sibuk berbincang, termasuk Thomas juga, gadis itu beringsut mendekat ke Syamsul yang memperhatikan sambil tersenyum.
"Hei, terima kasih sudah mau berusaha." Ia tersenyum lebar.
Kepalanya menoleh, tarikan bibirnya nampak meningkatkan ketampanan. "Tidak perlu berterima kasih ini demi tim kita juga."
"Ya, kau benar."
"Omong-omong, harusnya aku yang berterima kasih, kau mau mengajakku dan Thomas."
Alexis tertawa pelan. "Aku cuma yakin saja kalau kau dan Thomas punya sesuatu yang bisa membanggakan kantor kita ini."
"And you too, Alexis, we're born with something special." Syamsul semakin tersenyum, membuat garis matanya menyipit seiring kedua pipi terangkat.
Seketika Alexis memerah, terpesona dengan ketampanan yang memancar dari pria di sampingnya.
***
"Nyonya Amelie!" Raisya menyeru dari samping, ia bisa melihat wanita tua itu yang semula menyiram tanaman pun menoleh dan segera menghampirinya penuh gembira.
"Raisya!"
"Hei, hati-hati, nanti terjatuh!" Raisya mengingatkan gerak lincah dari orang tua tersebut. "Aku bosan sekali."
Ya. Sudah beberapa hari menjalin hubungan, membuat keduanya lebih dari sekadar hubungan tetangga. Raisya sudah menganggap pasangan renta di samping kediamannya ini adalah orang tua yang mampu membimbing dan melindungi, selayaknya orang tua kandung atau mertuanya sendiri.
"Ke mana Ilham?" Amelie saat sampai di depan Raisya pun bertanya.
Mereka kini hanya dihalangi satu tembok tak begitu tebal setinggi perut keduanya.
"Bekerja, seperti biasa."
"Ah!" Amelie manggut-manggut. "Mau mampir ke rumahku?"
"Boleh?"
"Tentu saja, Cantik."
Segera ia berjalan ke samping, memasuki kediaman pasangan suami-istri renta yang menjadi sahabatnya selama di Amerika. Ini pertama kali, karena biasanya Roger atau Amelie yang mendatanginya duluan.
Seketika Raisya memandang kagum, ia berasa lagi di rumah-rumah tradisional, banyak barang antik ditata sedemikian rupa, menambah estetika seni yang cuma dipahami beberapa orang.
Harumnya pun mirip dengan kayu tua yang menenangkan, tersebar ke penjuru rumah bersuasana hening. Raisya kalau disuruh menginap juga tidak akan menolak, ini benar-benar membuat jiwa tentram.
Cocok untuk Roger dan Amelie di sisa umur mereka.
"Sepi sekali." Raisya berkomentar.
"Roger sedang ke rumah temannya, dia bilang mau mengambil bibit jagung."
"Kalian suka bertanam?"
Amelie seketika teringat, tangan keriputnya menarik pelan Raisya agar mengikuti langkah. "Mari, ikut!"
Jarak dari ruang tengah ke belakang tak begitu jauh, saat tiba, Raisya tak bisa menahan suara kagumnya.
"Ini seperti sedang di hutan yang rindang."
Halaman atau bisa disebut kebun ini didekor sangat natural, seolah menyatu dengan alam. Berbanding terbalik bersama keadaan di luar yang seperti New York pada umumnya, bising, penuh hiruk-pikuk.
"Nah, ini kalau kau tidak menjumpaiku dan Roger di sekitaran depan rumah, artinya kami sedang menghabiskan waktu di sini."
"Wah, pantas saja. Aku kalau jadi kau juga akan betah di sini."
Amelie terkekeh mendengarnya. "Kau harus sering-sering main ke sini."
"Kau akan menyesal memperbolehkanku, Nyonya." Raisya tergelak.
"Ya, apalagi nanti sudah ada cucuku, kau bisa dibuatkan minuman macam yang aku bawa waktu itu."
"Astaga!" Raisya tidak bisa membayangkan.
Tak jauh dari sini ada beberapa bangku serta meja dari kayu yang didesain seperti pohon ditebang dan memang seolah dipersiapkan secara alami.
Mungkin bersantai di sana dan meminum minuman nikmat yang diberikan Amelie waktu itu adalah kombo Surga dunia.
Raisya jadi tidak sabar untuk bertemu dengan cucu dari Amelie dan Roger. "Kapan sekiranya dia akan tiba di Amerika?"
"Mungkin besok atau lusa." Amelie menjawab sembari menghalau beberapa daun kering dari tanamannya. "Kau penasaran, ya?"
Raisya manggut-manggut semangat. "Sangat!"
Seharian itu tidak berasa jenuhnya hilang karena berada di sekitaran alam buatan seperti kebun Amelie dan Roger ini.
Raisya pastikan ia benar-benar nyaman.
*****
• bertalian •
KAMU SEDANG MEMBACA
Daim
RomanceAdalah Syamsul, menikahi Raisya karena memang cinta, sudah dari masa sekolah ia memendam untuk teman masa kecilnya. Adalah Raisya merasa begitu bahagia ketika perjuangan cintanya bisa menapaki jenjang pernikahan, hidupnya pasti bakal menyenangk...
Bab Sepuluh
Mulai dari awal