"Emm... aa... iii..." Jawab Afika dengan wajah panik tak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa sayang, kok panik gitu? ayo cerita sama daddy kamu nggak jalan kaki 'kan?" tanya daddy dengan alis terpaut.
"Oh, nggak mungkin lah dad, Afika pulang naik anu... naik ojek, iya naik ojek." Jawab Afika dengan senyum sedikit keraguan.
"Ga mungkin lah Afika jalan kaki, nanti betis Afika segede apa jadinya!" Afika dan ayahnya tertawa bersama-sama.
Setelah itu seperti biasa, Afika latihan memanah terlebih dahulu dipandu oleh pak Rizkan pelatih archerynya. Saat itu, Afika tidak bertanding dengan Dafa, lawan main biasanya.
Dia bertanding dengan lelaki yang baru menggeluti dunia archery.
¤¤¤
Kenyataannya berbeda, meskipun dia anak baru dia berhasil mengalahkan Afika. Tentunya membuat gadis itu kesal. Pelatihnya sendiri mulai tertarik dan mengajak anak itu untuk bergabung di timnya.
"Dad, siapa sih nama dia? songong banget. Harusnya tadi Fika yang menang, pak Rizkan jadi deket sama dia loh," Afika meremas botol minum plastik yang dipegangnya.
"Iya, daddy nggak suka sama dia. Mending sekarang kita pulang." Jawab daddy memberikan tatapan sinis.
Dengan amat kesal, Afika dan ayahnya meninggalkan lapangan untuk segera pulang. Namun, Pak Rizkan menghampiri mereka. Tanpa aba-aba, daddy langsung memarahi Pak Rizkan.
"Kalau bapak ingin melatih anak itu, dibanding anak saya. Saya tidak apa-apa, saya bisa cari pelatih pengganti lain yang lebih serius mengajar anak saya, permisi!" Jawab daddy yang langsung masuk ke mobil.
¤¤¤
Bunyi alarm Afika berdering, sontak membuat Afika menutup telinganya. Saat Afika bangun, ternyata waktu telah menunjukkan pukul enam pagi, Afika segera bergegas bangun untuk pergi ke sekolah.
"Dad, cepetan. Afika udah hampir telat nih, cuma punya waktu 15 menit lagi." ucapnya sambil mengunyah roti sarapan.
Setelah itu Afika dan daddy berangkat. Untungnya, Afika tiba di sekolah dengan waktu kurang 1 menit lagi, tiba di kelas ia segera duduk sambil ngos-ngosan mengontrol nafasnya.
"Duh, hampir aja gue telat upacara. Untung aja gue sampe di sekolah tepat 1 menit sebelum bel." ucap Afika pada sahabatnya. Ify yang mendengarnya tertawa dengan keras.
"Lo buru-buru cuma gara-gara takut telat upacara? lo dengerin bu Linsa nggak sih waktu itu, kalo minggu ini kita nggak upacara karena cuaca diprediksi bakal gelap. Dan bener 'kan?" Jawab Ify yang terus tertawa tak henti-henti.
"Bego banget gue. Karma nggak merhatiin bu Linsa kalo lagi belajar," jawab Afika sambil memukul-mukul keningnya.
Tak lama kemudian, Pak Gio datang membawa seorang murid baru, Afika merasa tak asing melihat lelaki itu. Ia mulai menyadari kalau murid baru itu adalah lawan main archery kemarin.
Tak disangka, hampir seluruh wanita kelas tersebut terpana oleh ketampanannya. Padahal Afika menganggap lelaki itu biasa saja.
"Kenalin, gue Azka Geonino Dinael. Gue pindahan dari SMA Jakarta 29 semoga kalian nerima gue disini." ucap Azka singkat sambil menyisir rambutnya ke belakang.
"Ya sudah, sekarang kamu duduk disana ya, di dekat bangku Afika." Jawab pak Gio, dengan amarah memuncak Afika menolak hal tersebut.
"Pak, nggak bisa gitu dong. Dia duduk di belakang aja, apa-apaan dia duduk dibangku Dafa. Dafa nggak sekolah karena sakit ya pak, jadi jangan sampe Azka duduk dibangku Dafa." Jawab Afika dengan ketus.
Pak Gio memarahi Afika, dan menyuruhnya diam karena Azka hanya akan duduk disana sementara. Terpaksa Afika harus menahan kesal.
Pelajaran pun dimulai, Azka sukses membuat Pak Gio terpana oleh kecerdasan otaknya, karena dia selalu bisa menjawab pertanyaan dan ketika diberi tugas dia selalu mengerjakan dengan benar, tentu saja Asti, Dendra, dan Ridho merasa tersaingi.
Setelah pelajaran selesai, bel istirahat pun berbunyi. Biasanya Afika istirahat dengan Ify, tetapi saat itu, Ify disuruh membantu Ibu Nina untuk mengurusi sesuatu, akhirnya Afika harus istirahat sendiri.
¤¤¤
Tiba di kantin Afika langsung buru-buru mencari bangku kosong, dan saat itu ada dua bangku kantin yang kosong dan dia langsung buru-buru kesana, tiba-tiba datang lelaki labil yang merebut tempat duduk Afika.
"Heh, awas! ini bangku gue, gue yang duluan!" ucap Afika menatap kejam pada lelaki dihadapannya.
"Tapi lo liat nggak? yang duluan duduk disini siapa?" jawab Azka sambil menaikkan alis tebalnya ke atas. Semakin membuat Afika kesal.
"What? jadi murid baru aja songong ya lo!" jawab Afika dengan nada sedikit lebih tinggi.
"Lo punya mata nggak sih? bangkunya ada dua, sewot amat. Ambil noh bangku satu lagi, cari tempat yang lain." jawabnya dengan wajah sok polos.
-------------------------
Sedikit Peminat? Pembaca?
Is not problem! Yang penting bisa bikin sebuah karya. Iya nggak?Sarannya ya Readers, Vote Comment juga. Maacih
KAMU SEDANG MEMBACA
Click My Heart
Teen Fiction--Image galak berubah jadi menye-menye?-- Sering ribut, sering ketemu, semakin sering berhubungan, bisa-bisa menyimpan perasaan satu sama lain? Kisah cinta yang bukan sekedar membaperkan, tapi dibaluti konflik dengan sahabat, keluarga, dan semacamn...