Seluruh penumpang berhamburan keluar, tidak terkecuali aku yang masih menarik koperku, aku tidak sabar untuk mencapai rumah. Segera ku cari taxi terdekat dari pintu bandara.
"Taxi.."
Sebuah taxi akhirnya berhenti setelah melihat lambaian tanganku, aku memasuki pintu belakang dan duduk dengan tenang. Beberapa kali kutarik nafas panjang setelah ku sebutkan kemana tujuanku. Rodanya berjalan amat lamban, rasanya aku tak sabar untuk sampai kerumah.
"Bisa lebih cepat sedikit pak?"
"Iya mbak.."
Untung saja pak supir taxinya baik, ia memahami keinginanku untuk cepat pulang. Jalanan yang padat tak mengurangi kebahagiaanku. Aku memandang layar ponselku, sejak 4tahun yang lalu, foto kami tak pernah ku ganti. Foto bersama danta yang selalu menjadi penghibur kala aku rindu. Meski sekarang ia menjadi suami vanya, tapi sejujurnya hariku masih seringkali diam-diam merindukannya.
"Segarnyaaaa.."
Aku membuka jendela, udara sejuk menyapaku seakan mengatakan selamat datang kembali di negaramu tercinta. Aku tersenyum, setelah ini aku akan berkunjung ke tempat danta. Akan ku ucapkan selamat atas pernikahannya, hari itu masih sangat ku ingat, aku menangisi undangan pernikahannya. Tapi hari ini, aku akan memberinya ucapan selamat sebagai seorang teman baik. 4tahun berlalu, dan aku sudah dewasa untuk segalanya.
"Sudah sampai mbak.."
"Rumah.."
Rasanya aku ingin meloncat setinggi-tingginya, aku berhenti tepat di depan pintu rumahku. Segera ku selesaikan pembayaran argoku, dan melangkah ke depan pintu..
Ckleeeeekkk!! Suara pintu dibuka
Duar!!!!!
"Lexis!!!"
"Kakakkkkk!!"
Aku langsung meloncat kepelukan kakak semata wayangku itu, beberapa kali loncatan kecil yang menggambarkan kebahagiaanku.
"Bukannya kamu baru pulang besok?"
"Surprise!!" Aku memeluknya sekali lagi.
"Maaa.. paa.. lexis udah pulang"
Derap langkah kaki kedua orang tuaku terdengar amat cepat, apa mereka sangat bahagia aku pulang?
"Anak mamaa.." mama langsung memelukku tanpa ragu-ragu.
"Anak papa.." pelukan itu dipisahkan oleh papa yang juga memelukku.
"Masuk ayo masuk.."
****
Rasa rindu itu kini meluap sudah, siapa yang tak akan merindukan seisi rumah yang ia tinggalkan?
"Ayo makan dulu.."
"Ayo makan.."
Aku mencicipi segala hidangan yang ada di hadapanku, mereka bertiga hanya tersenyum melihat kelahapanku, eh, mungkin lebih ke rakusanku.
"Pelan-pelan makannya, tar keselek lex.." tegur kakakku.
"Abisnya disana gaada sambel-sambelan gini kak, behh.." aku mengacungkan ibu jari sebagai tanda pujian untuk masakan mamaku.
"Pantesan kamu kurus gini sekarang, tersiksa batin ya? Hahaha.."
"Apaan sih, enak aja. Lexis meski di negara orang tetep makan banyak, cuma emang ga selahap disini, makanya kurus haha"
Senangnya kala semua kembali menjadi baik, itu artinya keputusanku benar, aku bisa melepaskan danta, begitu juga dengannya, dan sekarang aku kembali kerumah, tempat terbaik bagiku.
"Lexis ke kamar dulu ma.. kangen sama kamar lexis."
Aku menaiki anak tangga rumahku, tak ada yang berubah dari rumah ini, masih sama. Semua letak benda di kamarku juga tetap sama, apa tak ada yang menyentuhnya selagi aku pergi?
"Kamar ini.."
Aku teringat beberapa kenangan bersama danta disini, terutama saat terakhir kali aku menangis dan mengusirnya pergi. Apa kabarmu sayang? Apa vanya menjagamu dengan baik? Aku menyentuh semua sudut kamarku, ranjangku, dinding-dinding yang penuh dengan fotoku bersama danta, dulu hanya aku yang menyimpan kisah cinta ini. Hanya aku dan danta.
"Lexis.."
"Eh, mama.."
"Mama sengaja gak ngerubah kamar ini, karena kamu pasti bakal kangen sama semua yang ada di dalamnya." Mama merangkulku.
"Iya ma.." aku hanya tersenyum sembari menatap langit-langit kamarku.
"Maa.. danta apa kabar?" Aku menatap mata mama.
"Mama gak pernah tau kabar danta, sejak kamu pergi, danta gak pernah keliatan di sekitar sini."
"Ooh gitu.." aku hanya mengangguk-angguk kecil.
"Mama tau kamu pasti kangen sama danta, tapi mungkin emang bukan danta yang ditakdirin buat kamu sayang. Kamu pasti dapet yang lebih baik lagi." Sambung mama sambil menepuk-nepuk lembut bahuku.
"Lexis udah gede kok ma. Lexis udah bisa merelakan semua yang bukan takdir lexis."
"Mama bangga sama kamu nak."
Aku sendiri juga tak mampu memahami isi hatiku, bibirku bilang sih aku merelakan, tapi kadangkala hatiku masih menangisi semuanya. Merindukan seseorang yang bukan lagi milikku, apa ini pantas? Merindukan seseorang yang telah bersama orang lain.. apa ini sekedar rindu? Nyatanya hatiku tak pernah terbuka untuk sosok baru, mungkin aku belum siap jatuh cinta lagi. Itu saja.
"I miss you danta.."
Aku memeluk bingkai foto danta, kumohon jangan ada air mata yang menetes lagi, aku percaya vanya pasti bisa membahagiakan danta, bahkan lebih dariku. Ia akan memberikan cintanya untuk danta seutuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Danta
RomanceJatuh cinta? Bukankah hal yang wajar? Tapi bagaimana dengan orang yang jatuh cinta untuk pertama kali? Lalu berfikir bahwa cinta yang ia miliki benar-benar salah? Perjalanan alexis begitu terjal untuk membahagiakan danta, meski harus membagi cintany...