Ini adalah kumpulan short story yang berhubungan dengan cerbung gue. Bisa dinikmati tanpa baca cerbung gue, tapi alangkah komplitnya baca cerbung gue juga.
Hehehe.
Jealousy is the worst trait in any person - Adam DeVine -
Kalau kalian mau lebih komplit membaca cerita ini, bacalah Amor Manet chapter kedelapan bagian hampir akhir. Ada sedikit bagian cerita disana yang berkaitan dengan cerita ini. Well, sebenarnya saat gue menulis cerita ini, enggak ada niatan apa-apa, hanya memuaskan dahaga kalian akan Uki, sebelum next, gue akan membahas Evan. See you . . .
Daniel, Wei Hou Pen
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Uki, Chriskhoa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
To be rejected by someone doesn't mean you should also rejected yourself or that you should think of yourself as a lesser person. It doesn't mean that nobody will ever love you anymore. Remember that only one person has rejected you at the moment, and it only hurt so much because to you, that person's opinion symbolized the opinion of the whole world, of God. Kata-kata barusan adalah quote yang diprakarsai oleh seorang penulis buku Mend My Broken Heart karya Jocelyn Soriano. Quote tadi, sebenarnya akan gue gunakan untuk menghibur Evan yang sekarang tengah terduduk lesu di dapur gue. Namun gue ingat, Reno nggak mereject Evan, mereka berpisah baik-baik. Ya, setelah ditinggal menikah oleh Reno beberapa minggu yang lalu, Evan tinggal di rumah gue. Gue yang minta. Orang yang patah hati identik dengan stres, stres identik dengan bunuh diri, jadi gue perlu mengawasi pergerakan Evan, di kantor, gue meminta Ryan untuk mengawasi.
"Is that my geomatric t-shirt from Comme Des Garcons Homme Plus?"
Evan menatap gue dengan tatapan memelas yang minta diguyur air panas. "I have to mourn, and I don't own anything black." Gue hanya menggelengkan kepala gue, memaklumi mood buzzkiller dangloomy-nya Evan.
"Okay, well, whatever helps you cope, that's perfectly fine with me." Walaupun harga t-shirt itu lumayan mahal. "Lo ikut gue, kan Van?" Tanya gue sembari mendudukan Arganta yang sedari tadi gerak, dan lari-larian nggak tentu arah. "Arganta, makan yang bener dulu." Ini nih, kebiasaan nggak pernah ditegur Uki, jadinya kalau ada Papanya bandelnya naik berkali-kali lipat.
