"Maaf, Oppa, tapi aku masih belum bisa kembali. Cuaca sangat buruk akhir-akhir ini dan klien di Beijing juga terus-terusan mengeluh. Maafkan aku."
Taehyung terdiam sejenak, mencerna pelan-pelan kalimat yang diucap Ah Ra, sampai akhirnya ia berkata, "Sampai kapan? Sampai kapan kau akan berada di Beijing?"
"Entahlah." Terdengar helaan napas panjang di seberang telepon, "Mungkin minggu depan? Aku juga tidak begitu mengerti. Aku mengikuti bos—"
"Baiklah," potong Taehyung. "Lakukan saja sesukamu disana, Ah Ra. Aku tutup dulu teleponnya. Aku sibuk. Bye."
Lalu nada sumbang putus-putus itu terdengar, mengakhiri panggilan mereka.
Taehyung lantas melempar ponselnya ke meja, kepalanya ia sandarkan pada punggung kursi dan lengan kirinya ia angkat menutupi mata, menghalau cahaya lampu masuk ke retina.
Ia kesal bukan main. Kalau saja bos kekasihnya itu adalah laki-laki berumur setengah abad, mungkin Taehyung tidak akan serisau ini. Masalahnya, bos Ah Ra adalah seorang laki-laki dengan usia tak terpaut jauh dengan usianya saat ini. Ia hanya delapan tahun lebih tua dari Ah Ra, tapi lebih dewasa jika dibandingkan dengan Taehyung yang hanya dua tahun lebih tua darinya.
Parahnya, laki-laki itu adalah casanova kelas berat. Taehyung mengetahui hal ini semenjak Ah Ra mengatakan kalau lamaran pekerjaannya diterima disana.
Seusai menghela napas untuk yang kesekian kalinya, Taehyung beranjak dan meraih ponsel. Jemarinya gesit bergerak diatas layar, menelepon orang kepercayaannya.
"Jung Hoseok, temani aku malam ini."
"Apa? Temani apa? Ini sedang hujan deras, lho. Petirnya juga mengerikan."
Taehyung terdiam sejenak sebelum akhirnya berujar yakin, "Kita ke bar malam ini."
] [
Suara alunan musik klasik terdengar mengalun lembut. Pada gelas kesekian, Taehyung menenggak minumannya rakus, seolah kesadarannya masih terkumpul utuh.
Di sampingnya, Hoseok duduk seraya bertopang dagu, mengamati laki-laki yang telah tiga tahun menjadi bosnya tersebut.
"Dasar bocah," ucap Hoseok sambil mendorong kepala Taehyung dengan jari telunjuknya. Anggap saja ia mengambil kesempatan dalam kesempitan, karena kalau dalam keadaan sadar Hoseok melakukan itu kepada Taehyung, gajinya pasti akan langsung dipotong selama setahun penuh.
"Hyeong*, apa menurutmu Ah Ra berselingkuh dengan bosnya?"
Kedua mata Hoseok memicing, "Kau sudah gila, ya?"
"Bosnya itu tampan, lho, Hyeong," racau laki-laki itu. "Dia juga kaya, pewaris Hyundai."
Sekali lagi, Hoseok mendorong kepala Taehyung. "Kau benar-benar sudah gila."
Taehyung tertawa kecil, lantas kembali mengisi gelas kosongnya. Sebelum ia sempat menenggak minumannya, gelasnya telah terlebih dahulu direbut Hoseok dan diletakkan kembali ke meja.
"Kita pulang sekarang. Dasar laki-laki merepotkan."
Sambil cegukan, Taehyung mencibir laki-laki yang kini tengah membopongnya, "Memangnya kau bisa memboncengku? Di luar hujan deras, lho."
Menyadari kebodohan pria di sampingnya, Hoseok langsung mengumpat kesal. "Kenapa juga, sih, kau tadi naik motor kesini?!"
[ ]
Footnote :
*Hyeong : panggilan dari laki-laki ke laki-laki lain yang lebih tua
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Days of Rain | ✔
FanfictionHujan yang membawanya pergi, maka paksalah hujan untuk membawanya kembali. --- "Pada kedatangan pertama hujan, pergilah ke tempat abunya berada. Letakkan setangkai kamboja kuning dan mawar merah disana. Kemudian keesokannya, bawa kembali bun...