3 , 5

728 14 4
                                    

Jika kau melihat atau pun mendengar angka 3,5 apa yang ada di benakmu?

Apakah angka 3,5 itu kau anggap kecil?

Atau besar?

Atau sama sekali tidak ada artinya?

Bagiku angka 3,5 itu bisa merubah dunia ku

Saat kau berada 3,5 cm dihadapan ku hatiku berdetak tak karuan

Aku tak bisa mengalihkan pandangan ku saat kau berada sekitar 3,5 meter didekat ku

Aku hanya membutuhkan ukuran 3,5 mm x 3,5 mm untuk mengukir namamu di relung hatiku

Hanya melihat senyum mu yang hanya sepanjang 3,5 mm sudah membuat aku senang meskipun ku tahu senyum itu bukan untukku

3,5 tahun lamanya aku menyukai mu tanpa meminta balasan dari mu.

Namun saat melihat kau berdua dengan yang lain 3,5 bulan yang lalu, hatiku berkata untuk menyudahi rasa ini untuk mu.

Terimakasih atas 3,5 rasa yang kau berikan padaku meskipun kau tak pernah tahu.

Dariku pengagum rahasia mu.

"Dor" suara Lucy membuat ku kaget aku disaat aku hampir meyelesaikan tugas ku.

"Astaga Lucy, kau hampir saja membuat jantung ku copot" ujar ku dengan degup jantung ku yang masih tak beraturan.

"Sedang buat apa kau, Valerine ? Apa ini ?" tanya Lucy sambil mencoba mengambil selembar kertas yang ada dihadapan ku.

"Jangaa.." namun aku terlambat. Kertas nya sudah berada di genggaman Lucy.

"Terima kasih atas 3,5 rasa yang kau berikan kepada ku meskipun kau tak pernah tau, dari ku penganggum rahasia mu.." ucapnya yang lebih mengarah mencibir ku.

"Ya! kembalikan kertas tugas ku" kataku sambil mencoba merebut kembali kertas ku

"Baiklah! Tapi jelaskan terlebih dahulu apa ini tugas mu yang sesungguhnya atau ini hanyalah curahan hati mu belaka?" selidik Lucy.

"Astaga Lucy, ini sungguh tugas yang diberikan dosen Bahasa Indonesia ku. Dia memberikan tugas membuat puisi dengan gaya bebas" jelas ku.

"Tapi, mengapa tugas mu ini lebih terlihat seperti curahan hati mu saja ketimbang layaknya tugas? Apa kau masih..." tanyanya pada ku sambil menyipitkan matanya yang penuh dengan selidik.

"Yah aku harus menulis puisi nya seperti apa? Yang bergaya kontemporer? Mana bisa aku! Lagi pula  sudah aku jelaskan kalau puisinya bergaya bebas!" jawabku dengan sedikit kesal.

"Aku sudah menjelaskan nya. Sekarang kembalikan tugas ku." pinta ku dengan nada sedikit kesal.

"Sudahlah, jangan berpura-pura. Tak ada salahnya jika kau masih menyukai nya. Tapi aku menyarankan segera lupakan dia. Cari yang lain. Toh diluar sana masih banyak yang ganteng, bukan?" ledek nya lagi.

"Ckckckck..teruskan saja Lucy bicara mu yang melantur itu." kataku, lalu pergi meninggalkannya menuju dapur karena sedari tadi aku belum makan sesuap nasi.

"Buahahaha kau lucu sekali Valerine buahahahaha.." ku dengar tawa Lucy yang meledak. DASAR ANAK ITU SELALU SAJA SENANG MELEDEK KU.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang