"Aldooooo," ucapku tidak menyangka dengan pemandangan yang ada di depanku ini. Seketika aku dibuat terpukau oleh pemandangan yang ada di danau ini. Aku tidak menyangka ada danau seindah ini ditambah dengan hiasan-hiasan cantik yang membuat danau semakin indah.
"Gimana? Indahkan?" tanya Aldo.
"Ini bener-bener indah banget banget banget," pujiku.
"Lebay!" ledek Aldo sambil mengacak rambutku dengan senyum lebarnya.
"Iihhh serius ya, ini bener-bener indah banget,"
"Masa sih?"
"Iyaaa... Emang ini siapa sih yang bikin kok kreatif banget? Pake kain-kain merah putih, mawar merah dimana-mana,"
"Pacarmu yang bikin,"
"Hah? Seriusan?" tanyaku tak percaya dengan ekspresi kaget.
"Gak percaya?" tanyanya balik sambil melangkah jauh ke depan mendekati dermaga kecil.
"Sini Yang! Kamu ngapain masih berdiri disana?" lanjut Aldo ketika menyadari bahwa aku masih berdiri di belakangnya.
"Sayang ayo kita ke dermaganya, masa kamu mau berdiri disini terus sih? Kan aku udah capek-capek bikin konsep ini spesial buat kamu," ucap Aldo setelah berjalan mendekatiku.
"Aku takut," ucapku khawatir.
"Takut? Takut kenapa?" tanya Aldo heran.
Aku hanya melihat ke arah dermaga tersebut secara sekilas dengan tatapan khawatir sehingga membuat Aldo juga menoleh ke arah dermaga tersebut.
"Astaga Sayang, gak bakalan kok. Itu kayunya kuat kok. Kayunya juga baru diganti kok," ucap Aldo sedikit tertawa kecil ketika menyadari apa yang aku takutkan.
"Nggak ah, aku takut," ucapku malas lalu menatap ke bawah.
"Sayang, dengerin aku yaa. Selama aku ada disini, aku bakal jagain kamu," ucap Aldo berusah menghilangkan ketakutanku sambil menggenggam kedua tanganku.
Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan bagi semua orang untuk berdiri di atas dermaga yang terbuat dari kayu tersebut. Tapi berbeda denganku, aku benar-benar takut, mungkin phobia. Bagiku dermaga kayu itu sama halnya dengan jembatan kayu. Aku takut dengan jembatan kayu, aku takut jika harus melewatinya. Bagiku kayu tidak akan kuat menopang berat badanku meskipun aku termasuk ke dalam kategori berat badan normal. Tapi itu sangat menakutkan! Mungkin aku trauma akan masa kecilku dimana saat kakiku terperosok ke dalam retakan jembatan kayu yang rapuh ketika aku sedang melewatinya. Seketika kakiku masuk ke dalam retakan kayu itu dan darah segar keluar dari kakiku yang terluka. Perih, luka, takut, semuanya aku rasakan pada saat itu.
"Tapi ngomong-ngomong kok tempat ini sepi Yang? Cuma ada kita berdua disini loh," tanyaku ketika tersadar bahwa di danau itu hanya ada aku dan Aldo saja.
"Emang iya," jawabnya enteng.
"Terus kamu ngehias tempat ini spesial buat aku emangnya gak ada yang marah? Inikan tetep tempat umum yang," lanjutku.
"Ya gak mungkin ada yang marahlah. Aku emang udah tau kalau ini tempat umum,"
"Kok bisa?" tanya semakin bingung.
"Kan aku udah izin ke Pak. RT," jawab Aldo yang kemudian disusul dengan suara tawanya.
"Iiihh kamu ini bercanda ya," ucapku lalu ikut tertawa.
"Sebenernya tempat ini banyak pengunjungnya di hari-hari biasa apalagi di hari libur. Cumaaa, khusus hari ini, danau ini udah aku booking,"
"Aaaaaa... Sosweet,"
"Udah ah ayo buruan ke dermaganya," ajak Aldo tidak sabar. Aku hanya menggeleng bukti bahwa aku menolak keras ajakan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Aku Bahagia
Teen Fiction"Terima kasih untuk cinta yang selalu Mas berikan padaku. Maaf jika aku terlambat mencintaimu." -Annisa Rahma Ramadhan- Chapter completed!!!