Resya melirik jam di dinding, waktu baru menunjukan pukul 10.00 tapi sepertinya ia sudah merasa lapar. Resya pun cemberut sambil memegangi perutnya yang keroncongan. Ia menerawang sekitarnya. Semua orang terlihat fokus di depan komputernya masing-masing. Namun saat melirik karin, resya pun tersenyum dan segera bangkit menghampirinya. Karin menoleh menyadari resya sudah berada di hadapannya.
"Rin, punya makanan nggak? Laper nih.." ucap resya pelan.
"Nggak ada sya."
"Ih.. boong, biasanya kan suka banyak kiriman dari pengagum rahasiamu itu.."
"Apa sih sya pengagum-pengagum segala... lagian udah beberapa hari ini nggak ada kiriman lagi tuh!"
"Heem.. Tapi rin, kamu nggak pengen tahu gitu. Siapa orang yang kirimin kamu makanan, bunga, coklat? Nggak kepo gitu?"
"Pengen sih. Tapi kalau emang dia berani harusnya dia gentle man dong. Tapi ini kan nggak !"
"Jadi nggak kepo dong?"
"Nggak."
Sementara itu mang dadang terlihat berjalan mendekati meja karin. Ia membawa beberapa berkas di tangannya lalu meletakannya di atas meja karin. Karin dan resya menoleh bingung.
"Mba ini ada dari..."
"Kring.. kring.."
"Bentar mang.. hallo?" Ucap karin segera menjawab telpon yang masuk.
"bu karin saya tadi titip beberapa dokumen sama pak dadang, bisa bantu saya untuk ketikan?" karin sedikit kaget karena tiba-tiba deva meminta bantuannya lagi. Karin melirik resya dan terdiam sejenak.
"Iya pak. Apa ini urgent pak?"
"Tidak hari ini, tapi saya ingin besok pagi selesai."
"Baik pak."
"Dan satu lagi serahkan langsung pada saya." Ucapnya tegas. Karin tahu pasti deva sedikit khawatir berkasnya akan hilang lagi.
"Iya pak." Jawab karin cepat. Sesaat kemudian karin pun mendengar deva menutup telponnya, karin pun perlahan menyimpan gagang telponnya.
"Kenapa harus aku coba.." gerutu karin pelan.
“siapa? Pak deva.” Tebak resya karin pun mengangguk.
“oh..” ucap resya lalu ia pun segera kembali ke meja kerjanya.
"Iya udah mba saya permisi dulu." Pamit mang dadang.
"Iya makasih mang."
***Sore harinya. Jam menunjukan pukul 4 sore. Karin terlihat sibuk merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Resya terlihat sudah siap dan menghampiri karin.
"Jadi kan rin, temenin aku cari hadiah buat ciko?"
"Jadi sya.” Jawab karin lalu melirik map yang berada di ujung mejanya.
“Eh.. tapi ini arsip apa iya?" Karin pun teringat dengan tugas yang diberikan deva.
"Aduh pake acara lupa segala?" Ucap karin menepuk jidatnya.
"Kenapa?"
"Sya, sory iya aku lupa belum ketikin ini buat pak deva. Kayanya aku nggak bisa temenin kamu deh?" Ucap karin merasa bersalah.
"Yah.. udahlah aku pergi sendiri aja."
"Sorry iya sya.."
"Iya nggak apa-apa, mending kamu kerjain aja. Dari pada entar kena tegur lagi."
"Iya."
"Iya udah aku pulang duluan iya."
"Iya hati-hati sya." Jawab karin, resya pun tersenyum dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
*****
Karin pun kembali menghidupkan komputernya. Dan mulai mengetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's get married again
RomanceHampir gila rasanya, saat karin menyadari kalau ternyata dia jatuh cinta pada suaminya ini. Lalu apa yang salah? Iya mungkin ini hal wajar dalam suatu ikatan pernikahan. Tapi apa yang terjadi kalau pernikahan itu berlangsung dari insiden tanpa rasa...