4

34 0 0
                                    

Resya melirik jam di dinding, waktu baru menunjukan pukul 10.00 tapi sepertinya ia sudah merasa lapar. Resya pun cemberut sambil memegangi perutnya yang keroncongan. Ia menerawang sekitarnya. Semua orang terlihat fokus di depan komputernya masing-masing. Namun saat melirik karin, resya pun tersenyum dan segera bangkit menghampirinya. Karin menoleh menyadari resya sudah berada di hadapannya.

"Rin, punya makanan nggak? Laper nih.." ucap resya pelan.

"Nggak ada sya."

"Ih.. boong, biasanya kan suka banyak kiriman dari pengagum rahasiamu itu.."

"Apa sih sya pengagum-pengagum segala... lagian udah beberapa hari ini nggak ada kiriman lagi tuh!"

"Heem.. Tapi rin, kamu nggak pengen tahu gitu. Siapa orang yang kirimin kamu makanan, bunga, coklat? Nggak kepo gitu?"

"Pengen sih. Tapi kalau emang dia berani harusnya dia gentle man dong. Tapi ini kan nggak !"

"Jadi nggak kepo dong?"

"Nggak."

Sementara itu mang dadang terlihat berjalan mendekati meja karin. Ia membawa beberapa berkas di tangannya lalu meletakannya di atas meja karin. Karin dan resya menoleh bingung.

"Mba ini ada dari..."

"Kring.. kring.."

"Bentar mang.. hallo?" Ucap karin segera menjawab telpon yang masuk.

"bu karin saya tadi titip beberapa dokumen sama pak dadang, bisa bantu saya untuk ketikan?" karin sedikit kaget karena tiba-tiba deva meminta bantuannya lagi. Karin melirik resya dan terdiam sejenak.

"Iya pak. Apa ini urgent pak?"

"Tidak hari ini, tapi saya ingin besok pagi selesai."

"Baik pak."

"Dan satu lagi serahkan langsung pada saya." Ucapnya tegas. Karin tahu pasti deva sedikit khawatir berkasnya akan hilang lagi.

"Iya pak." Jawab karin cepat. Sesaat kemudian karin pun mendengar deva menutup telponnya, karin pun perlahan menyimpan gagang telponnya.

"Kenapa harus aku coba.." gerutu karin pelan.

“siapa? Pak deva.” Tebak resya karin pun mengangguk. 

“oh..” ucap resya lalu ia pun segera kembali ke meja kerjanya.

"Iya udah mba saya permisi dulu." Pamit mang dadang.

"Iya makasih mang."
***

Sore harinya. Jam menunjukan pukul 4 sore. Karin terlihat sibuk merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Resya terlihat sudah siap dan menghampiri karin.

"Jadi kan rin, temenin aku cari hadiah buat ciko?"

"Jadi sya.” Jawab karin lalu melirik map yang berada di ujung mejanya.

“Eh.. tapi ini arsip apa iya?" Karin pun teringat dengan tugas yang diberikan deva.

"Aduh pake acara lupa segala?" Ucap karin menepuk jidatnya.

"Kenapa?"

"Sya, sory iya aku lupa belum ketikin ini buat pak deva. Kayanya aku nggak bisa temenin kamu deh?" Ucap karin merasa bersalah.

"Yah.. udahlah aku pergi sendiri aja."

"Sorry iya sya.."

"Iya nggak apa-apa, mending kamu kerjain aja. Dari pada entar kena tegur lagi."

"Iya."

"Iya udah aku pulang duluan iya."

"Iya hati-hati sya." Jawab karin, resya pun tersenyum dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
*****
Karin pun kembali menghidupkan komputernya. Dan mulai mengetik.

Kamu akan menyukai ini

          

"Ya ampun banyak banget..." keluh karin.

1 jam berlalu tapi karin baru menyelesaikan setengah pekerjaannya. Karin melirik bahan ketikannya yang terlihat masih membutuhkan waktu lama.

"Hoammp.." karin menguap sepertinya ia kelelahan. Mata karin mulai terasa berat. Dan karena suasana kantor yang hening membuat karin makin mengantuk. Karin dengan susah payah menahan agar tidak tertidur.

“Semangat karin.. semangat."  Ucap karin sambil menggeleng-gelengkan kepalaya dan ia pun kembali mengetik untuk menyelesaikan pekerjaannya.

1jam kemudian.

"Akhirnya.." ucap karin lega. Lalu mengklik tombol save. Karin tersenyum sambil meregangkan badannya. Ia masih saja menguap, mungkin ia bener-bener kelelahan.

"Tidur bentar deh. Hoammpp..." Ucap karin lalu melipat tangannya di atas meja dan mulai  memejamkan matanya. Tak lama kemudian ia pun terlihat terlelap.

Deva terlihat baru keluar dari ruangannya bersama dengan siska.  "Kalau gitu gua balik duluan!”

"Iya hati-hati dev.”

“Lu nggak mau balik sekarang?"

“Gua bentar lagi kayanya." Ucap siska berjalan beriringan sekalian kembali ke ruang kerjanya.

"Oh.. iya udah."

Deva tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melewati ruang staff, ia terdiam sesaat melihat karin tertidur di meja kerjanya. Deva tersenyum singkat dan lalu melangkah lagi, siska yang melihat sikap deva seperti itu terlihat kesal. Siska pun bergegas memasuki ruangannya.

Sementara itu deva sebelum pergi sengaja mendatangi mang dadang untuk memberitahukan bahwa karin sedang tidur di ruang kerjanya.

"Oh.. ibu karin tidur di sini pak?" ucap mang dadang kaget.

"Tidak sepertinya dia ketiduran."

"Oh gitu. Iya nanti saya bangunkan.."

"Iya sudah, saya pulang dulu." Pamit deva cepat.

"Iya silahkan pak."
*****

Siska menjatuhkan dirinya di kursi kerjanya.Ia terlihat masih kesal karena melihat sikap deva tadi.

"Ngapain si karin pake acara ketiduran di meja kerjanya segala. Mau kelihat rajin gitu, kerja sampe kecapean. Mau ngambil simpatik deva gitu. Nggak - nggak, nggak akan gua biarin." Gerutu siska kesal.

“Gua harus cari cara buat singkirin dia!” ucap siska lalu membuka salah satu menu di komputernya. Ia pun mengetik sebuah password dan memilih salah satu komputer untuk membuka file-file yang ada di sana.

Sementara itu karin yang tertidur lelap tidak menyadari ada yang aneh dengan komputernya. Kursor mousenya bergerak sendiri membuka salah satu file. Memilih dan menghapus salah satu datanya.

“mampus lu.” Ucap siska tersenyum senang.

Beberapa saat kemudian mang dadang memasuki ruang kerja staff ia tersenyum melihat karin yang sedang tertidur.

“nanti aja ah banguninnya!” ucapnya lalu mulai sibuk membersihkan ruangan tersebut.

"Hoamp.." Karena suara kursi yang digeser-geser akhirnya karin pun terbangun.

"Eh mba udah bangun." Ucap mang dadang menoleh ke arah karin.

"Jam berapa ini mang?" tanya karin belum sadar sepenuhnya.

"Jam 8 mba. Tidurnya di lanjut di rumah aja atuh mba. Biar lebih nyaman." Usul mang dadang sambil tersenyum.

"Iya mang, aku mau pulang aja." Pamitnya sambil mematikan komputernya.

Let's get married againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang