Chapter 5

661 37 12
                                    

"Masih pagi muka lo dah kaya ketek si Boim aja lu Nar... Asem" celetuk Riska saat aku datang ke kelas. Aku menatapnya malas, lalu duduk di sampingnya.

"Jangan suka mikirin orang yang jelas - jelas gak mikirin lo nar, buang - buang waktu."

Aku menarik nafas dalam, lalu menatap ke luar jendela. "Emang ya cinta kaya gini bukan buat gue nangis bombay dan nyerah, malah bikin gue makin suka dan tertantang buat deketin dia."

"Eleh, dasar bocah" saut Amel yang sedang sarapan nasi uduk.

****
Kata orang fisika lebih mudah saat kamu menguasai matematika. Tapi aku lebih menyukai matematika di banding fisika. Sudah setengah jam soal - soal ini ada di depanku, namun baru tiga yang ku jawab. Payah sekali kau Dinar, gimana mau ngitung berat  cintanya Dio ngitung gaya massa aja celingukan.

Sedang asik-asiknya aku melamun suara benda jatuh mengagetkanku. Aku melirik ke bawah dan ternyata spidol hitam milik Bu Meri, tandanya... "Nar kau kedepanlah cepat" panggil Bu meri, aku hanya menanggapi dengan muka polos dan tangan kanan yang menunjuk mukaku sendiri. "iyalah kamu siapa lagi yang ku panggil Nar."

Dengan langkah ragu aku mulai maju ke depan, beberapakali Riska memberi kode dengan menunjuk bukunya. Aku yang tak paham maksudnya, malah mendapat tatapan kesal dari Amel.

"kerjakanlah soal nomor dua dan jelaskan pada teman - temanmu biar mereka mengerti" jelas bu meri, aku melihat papan tulis dengan cepat dan menulis jawaban dan berakhir dengan menerangkannya. Untung itu masih inget ngerjainnya kalau nggak habislah aku.

****

Mendung itu temenannya sama dengerin musik, tidur, ngelamun hehe, buktinya istirahat kali ini aku gak ke kantin. Pertama karena mager, kedua suasananya adem di atas dan ketiga bawa roti juga dari rumah plus susu coklat mantap.

Asik memandang langit tak sengaja aku melihat sebelah kiri kelasku. Disana ada sosok laki - laki yang sedang ku jaga jaraknya, jarak hatinya. Dio pun melihat ke arahku, buru - buru aku melihat ke langit lagi. Ini hanya perasaanku saja Dio ngeliatin terus ke sini, tapi tumben nenek lampir gak nemplok sana ya. Sepi, sejuk dan berdua, dua ya karena di sini sepi. Ada beberapa orang di dalam kelas selebihnya kantin lapangan yang rame.

Momen berdua pertama kita, lirihku.

_________________
Akhirnya bisa up juga 😄😄😍 kemaren2 sempet kena musibah jadi males nulis tapi buat baca mah seneng2 aja wkwk

Siapa nih yang kangen Dinar sama Dio yang bikin gemes jedor jedor 😆😄😍😎😎

DinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang