Untitled part

32 1 1
                                    

Perempuan itu namanya Kunti, nama keluarganya tidak perlu disebutkan ia adalah perempuan desa biasa yang lahir dari keluarga baik-baik dan lingkungan yang baik pula. Siang harinya dihabiskan untuk belajar dan waktu malamnya digunakan untuk mengaji di langgar. Kunti selalu menjadi idaman, bagaimana tidak? Ia gadis yang makan sekolahan dan tampangnya pun rupawan.

Kunti tumbuh menjadi gadis yang luar biasa cantiknya, rambutnya yang hitam sempurna dibiarkan terurai panjang. Bibirnya merah merekah warna darah. Kunti tidak putih mulus seperti model iklan, tapi kuning langsat. Soal ini, tidak masalah karena orang tua Kunti lumayan kaya, dibelikannya Kunti make up berupa-rupa. Jadi meskipun aslinya kuning langsat, ia tetap bisa terlihat putih merona. Karena cantik, orang tua Kunti selalu menjaganya seperti bunga yang hanya tumbuh satu satunya di dunia. Tuhan juga menghadiahi Kunti perawakan yang aduhai semampai. Tak heran jika banyak pemuda yang tunduk padanya pada pandangan pertama. Bagi pemuda desanya, Kunti adalah keindahan ideal. Sebagian pemuda menganggap Kunti indah tanpa perlu perhiasan tapi lebih banyak yang menganggap kunti indah tanpa perlu pakaian.

Nama Kunti diambil dari epos Mahabharata, dinamakan demikian karena memang orang tua dan masyarakat mengharapkannya menjadi respresentasi Dewi Kunti. Menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan gadis yang mempertahankan kehormatannya. Dari orang tua dan masyarakat, Kunti belajar bahwa kehormatan seorang gadis perempuan disebut keperawanan. Layaknya Dewi Kunti yang mati perawan, orang tua Kunti modern pun beranggapan bahwa lebih baik Kunti mati daripada anak gadisnya itu tidak perawan.

Kunti diharapkan menjadi istri yang teguh hati dan rela dimadu bila perlu, seperti halnya Dewi Kunti terhadap Prabu Pandu. Kunti juga harus bisa menjadi Ibu yang luar biasa, sebagaimana Dewi Kunti terhadap para satria Pandawa. Seumur hidup,Kunti tidak sempat bertanya ingin jadi apa, suratan takdirnya sudah dituliskan , Kunti ya harus jadi Dewi Kunti.

Sebenarnya, kadang-kadang Kunti bertanya relevansi keperawanan disandingkan dengan kehormatan dan kenapa juga kehormatan harus diletakan hanya di selangkangan perempuan. Tetapi karena Kunti gadis yang makan sekolahan, jadi tak patutlah ia bertanya hal yang demikian. Disimpannya tanya itu sebagai rahasia. Lagi-lagi, dia adalah Kunti, si Dewi yang harus pandai menjaga rahasia, sebagaimana Dewi Kunti menyimpan misteri kelahiran Karna.

Kunti yang cantik banyak membuat orang perempuan lain iri, Kunti yang cantik lebih banyak juga membuat laki-laki birahi. Iri dan birahi yang kemudian menjelma tragedi penyebab Kunti mati bunuh diri.

Pada suatu malam, sepulang mengaji di langgar, Kunti diperkosa sekawanan orang tidak terpelajar. Ia sedih dan tidak tahu bagaimana akan menjalani kehidupan dengan benar, maka bunuh diri menjadi pilihan yang wajar. Lagi pula, Kunti ingat betul kata orang tua dan masyarakatnya "Lebih baik Kunti mati daripada anak gadisnya itu tidak perawan.

Pada hari pemakaman, Kunti (yang kini adalah sebuah arwah) melihat Bapaknya menangis sesenggukan. Sungguh Kunti anak yang berbakti, ia mau memeluk Bapaknya yang agung tapi ia tidak bisa lagi. Kunti melihat Ibunya pingsan, ia ingin membangunkan tapi rohnya membuat hal itu tidak lagi memungkinkan. Kunti panik dan ia sungguh putus asa!!!

Akhirnya Kunti memulai langkahnya yang berat ke akhirat. Ia mengadu pada Tuhan dan Tuhan menghiburnya. Tuhan mengizinkan Kunti bisa terbang, biar jika ada yang jahat ia bisa lebih cepat daripada harus berlari. Tuhan membuat wajah Kunti tak lagi rupawan, biar tidak ada lagi yang berani memperkosanya. Kunti juga memohon pada Tuhan agar diizinkan melihat dunia karena ia rindu orang tua dan masyarakatnya. Tuhan maha baik, jadi kunti diizinkan melihat dunia kapan-kapan.

Begitu kapan-kapan yang dijanjikan Tuhan itu datang. Kunti yang kini bisa terbang mengunjungi lagi desanya. Alangkah terkejutnya ia mendengar komentar orang desa. Juga orang tuanya yang kian tua dan nelangsa. Tidak hanya nelangsa karena ditinggal putrinya, orang tua Kunti juga nelangsa karena malu pada nasib anaknya. Sudah mati diperkosa Kunti jadi aib pula bagi keluarganya.

"Orang bunuh diri tidak bisa masuk surga"

"Kunti mati diperkosa, hahaha tau rasa dia, siapa suruh pergi malam-malam"

"Siapa suruh tidak menutup aurat"

"Siapa suruh jadi perempuan terlalu sering dandan"

Sungguh Kunti muak dengan semuanya. Ia berteriak dan berteriak pada orang-orang yang memperoloknya tapi mana ada manusia yang mampu mendengar suara arwah? Kunti gundah, ia benci ditempatkan pada posisi bersalah.Ia mencoba bercerita tapi tak ada barang satupun manusia yang sudi mendengarkanya. Pada akhirnya ia hanya tertawa tawa, ia mau tertawa sambil menangis tapi manusia tidak mau menggubris.

Orang bunuh diri tidak bisa masuk surga, tapi Kunti bukan orang jahat jadi tak mungkin cocok ditempatkan di neraka. Antara surga dan neraka, Kunti memilih untuk tetap tinggal di dunia dan mencari keadilanya sendiri hingga kiamat tiba. Tuhan maha baik lagi bijaksana sehingga Tuhan memperbolehkanya.

Demikianlah, maka jangan heran jika Anda sering mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang hantu perempuan. Itu mungkin adalah si Kunti yang gagal menjadi dewi. Ia malah kemudian disebut kuntilanak. Padahal, ia mati dan tidak sempat beranak. Bagaimana mau beranak, bersuami saja tidak? Kalopun beranak siapa yang sudi jadi bapak?. Jika di dunia sekarang, kuntilanak suka tertawa dan menakuti manusia, kuntilanak itu pastilah sedang berusaha membalas dendam. Mereka memang jelas pantas mendendam balas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Dongeng tentang PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang