BE; 7

77 33 12
                                    

"Demen banget sih lo ngikutin gue mulu." kataku kepada seorang cowok berambut messy yang sedang duduk dihadapanku.

"Ada juga elo yang ngintilin gue." balasnya tak mau kalah.

"Loh tadi katanya belom kenal ini kamu udah tahu." Tanya Tante Rini padaku

"Dila gak tau kalo orang nyebelin didepan Dila ini anaknya tante, abis beda banget kelakuan sama mukanya"

"Ohh.. Muka gue ganteng ya? Makasih loh." ucapnya pede

"Cih."

"Sudah sudah jangan berantem, nanti kalian malah jadi suka kan lucu." ucap Tante Rini sambil terkikik.

"Mama mau jemput adek kamu dulu, kamu jaga rumah Bang, jangan bawa cewek sembarangan ke rumah. Jangan berantakin rumah."

"Hm"

"Yaudah Dila, tante tinggal dulu ya, kalo Fikri macem macem tuh didapur pisau banyak pilih aja mana yang tajem."

"Siap Tan!!"

"Yaudah assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab kami berdua.

Seperginya Tante Rini, kini tersisa kami berdua. Fikri yang sibuk dengan gadget nya sedangkan aku sibuk menikmati kue yang disungguhkan tante Rini tadi.

"Pulang sono."

"Heh! Kalo aja itu pager rumah gue gak dikunci juga udah pulang dari tadi gue." balasku sengit.

"Ck, gue chat Mama lo sini, lo hafal gak nomernya?" tanyanya sambil melihat ke arahku. Lalu aku menyebutkan sederet nomor yang kuhafal diluar kepala.

Selang beberapa detik ia mengalihkan pandangannya dari gadgetnya.

"Kata Tante Titi, bentar lagi dia sampe." katanya yang mungkin telah selesai mengirimkan pesan ke Mamaku.

Mendengar jawabannya aku lantas bersiap siap untuk segera pulang dari rumahnya .

"Yaudah gue tunggu diluar aja deh, daripada disini panas hawanya." adu ku sambil menguncir rambutku menjadi satu.

"Serah." katanya yang ikut mengekoriku sampai kedepan teras rumahnya.

Tinn..Tin..tin...

"Nah itu diaa, yaudah gue balik yaa. Bilang makasih ke Mama lo."

"Hm.."

Setelah berpamitan, Aku langsung berlari menuju rumahku.

"PAPAAAAAA!!!!" teriakku yang langsung memeluk Papa yang baru saja keluar dari mobil.

"Aduduhh anak Papa udah kangen berat kayanya." katanya sambil memelukku.

Aku mendongak "Hehe..Oleh-Oleh?" tanyaku dengan mengadahkan tangan.

"Tuh didalem koper, udah dibawa masuk kedalem ama Abang kamu."

"Okee." jawabku cepat dan langsung berlari menuju kedalam rumah.

"ABANGGGGGG"

"ABANG IRSYAD SETYO UTOMO"

"OLEH-OLEH GUEE MANAA ABANG!!"

"WOIII BANG!!"

aku berteriak teriak mencari keberadaan abangku yang ganteng itu.

Pletak..

"Adadaww..." keluhku

"Berisik bego, gak usah teriak juga!"

"Ishh..." kesalku "Oleh-oleh gue mana?" tanyaku padanya yang sedang berjalan menuju kedapur.

"Noh dikamar gue, ambil dah sono."

Tak ingin membuang waktu aku langsung menaikki tangga, masuk kedalam kamar Bang Irsyad dan mencari tas koper yang dimaksud Papa. Saat aku menemukannya aku membuka isinya dan betapa terkejutnya aku.

Tas eiger kecil yang memang ingin kubeli dari bulan kemarin. Sepatu gunung dengan merek terkenal seharga dua juta dibeli oleh papaku.

"AAAAAA.... MAKASIHH PAPA." teriakku sambil memeluk kedua barang itu. Aku memang suka sekali mendaki gunung entah karena apa tapi mungkin sejak Bang Irsyad pertama kali mengajakku mendaki Gunung Gede saat itu dan aku yang mulai ketagihan.

•••
Setelah membereskan oleh-oleh dari Papa, aku turun kebawah menemui Bang Irsyad yang sedang anteng menonton tv.

"Papa-Mama kemana Bang?"

"Pergi jalan-jalan"

Ting..tong..

"Buka sono Dek, pintunya."

"Iya elah."

Saat kubuka pintu, ternyata ada kurrir JNE yang ingin mengantarkan barang.

"Di kediaman Pak Setyo Budi Utomo?" tanyanya

"Iya papa saya."

"Baiklah silahkan tanda tangan disini." suruhnya menunjuk bagian bawah surat.

Tak ingin berlama lama segera aku mendata-tangani dan mengambil berkas berkas surat kantor milik Papa. mungkin?

"Kalau begitu terima kasih." ucap kurrir itu dan berlalu meninggalkan rumah.

"Siapa?" tanya Bang Irsyad saat aku kembali kedalam rumah.

"Kurrir JNE."

"oh."

••••••
A/N:
Gatau lagi ini tuh gimana lanjutanyya hehe langsung 3 part yeyy🎉

Ttp stay and dont forget to vottment sayangg💋

Brown EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang