6. 14. Jakarta.
Pagi-pagi buta ponselku berdering kencang. Kupikir itu hanya suara alarm, tapi nyatanya bukan. Dito menelpon dan memintaku agar menemuinya di sekolah sebelum berangkat ke Jakarta.
Aku berangkat ke sekolah menggunakan ojek. Papah dan Pak Yono sang supir tidak ada di rumah sejak aku bangun.
Aku melangkah menuju kerumunan dekat mobil elf yang akan membawa mereka ke Jakarta. Seseorang melambaikan tangannya dan menghampiriku.
"Lo nyuruh gue ke sini ngapain?" tanyaku langsung.
"Hmmm, mau ngapain ya..." ucapnya sambil memasukan kedua tangannya ke saku jaket, "Emangnya maneh gak mau ngasih ucapan semangat gitu ke urang?"
Aku mengangkat kedua halis, "Ngapain amat gue ngasih semangat, toh gue gak jadi ikut ke Jakarta!"
"Hmm..." Dito bergumam dengan menyodongkan wajahnya ke wajahku.
"Ih sok cakep banget lu!" sahutku sambil mendorong wajah Dito dengan kedua tanganku.
"Emang urang cakep!"
Aku membidik geli lalu melihat seseorang yang sedang berjalan mendekati kami.
"Loh Fey, Papah kira kamu belum bangun!" ucap Papah, "Rumah di kunci kan?"
"Iya. Ini kuncinya." jawabku sambil mengeluarkan kunci rumah.
"Semua? Pintu dapur? Pintu kamar kamu?" tanya Papah memastikan.
"Iya."
Dito dari tadi hanya menahan senyum. Iih, Dito kenapa sih?
"Oh, yaudah kalau gitu gak udah pulang lagi, tinggal nunggu si Kades." ucap Papah sambil pergi meninggalkan aku.
Baru saja Papah berjalan beberapa langkah, seseorang yang baru datang memanggil Papah dan orang itu adalah Pak Kades yang diikuti si nenek lampir di belakangnya. Ya siapa lagi kalau bukan Sabrina.
"Fey ayok. Kamu di mobil Papah ya!" ajak Papah.
"Loh. Emang mau kemana Pah?" tanyaku bingung.
"Katanya mau nonton turnamen!" jawab Papah tanpa membalikan tubuhnya.
Aku diam. Masih mencerna kata-kata yang terlontar dari bibir Papah.
"Ciee yang ke Jakarta!" bisik Dito.
Aku menatap Dito yang berada di sisi kiriku. Dito memasang wajah bahagia.
"Serius?" tanyaku tak percaya.
Dito tersenyum lebar dan mengangguk pasti.
"Yeyy!!" sorakku dan Dito bersamaan, sontak saja aku langsung memeluk leher Dito dengan erat. Begitu pula dengan Dito yang membalas pelukanku dengan sama eratnya di pinggang.
"Thanks!" bisikku dan langsung di jawab anggukan dari Dito.
Dito menyuruhku untuk segera masuk mobil, karena rombongan sudah siap berangkat. Dito langsung memasuki mobil elf dan aku memasuki mobil Papah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN TO ME!
RomanceDia itu emang ngak sempurna. Tapi, ketika aku melihat senyumannya, semua berbeda. Memang dia tak pandai berkata, tapi senyuman itu seolah berbicara siapa dia. Tangannya ikut berkata bahwa siapa dia yang sesungguhnya. "Dia itu emang tuli! Tapi hati...
