"Karen tunggu, Ren.." Teriak Gerald sambil mengikuti Karen yang berjalan cepat di depannya.
"Karen!" Panggil Gerald lagi, namun Karen tak mendengarnya dan terus berjalan.
Dalam hatinya, Gerald mengutuk Oliver. Istrinya lagi ngambek bukannya ia yang mengejar Karen, malah dirinya. Kalau tahu wanita tadi yang bernama Stella itu sepupu Gina, Gerald bersumpah tidak akan menerimanya apalagi menjadi sekretaris pribadi sahabatnya.
"Karen!" Panggil Gerald lebih keras. Ia pun semakin percepat langkahnya menghampiri Karen yang sudah berada di parkiran.
Dan hap... Gerald berhasil menahan lengan kanan Karen. Karen meronta ketika mendapati dirinya yang ditahan oleh Gerald.
"Lepasin, Ger!" Desis Karen. Tak dapat dipungkiri, jika saat ini air mata masih menggenangi pipi Karen.
"Aku gak bakal lepasin. Aku mau menjelaskan semuanya ke kamu, Ren" ucap Gerald penuh penekanan.
Karen berdecak kesal, ia pun menepis tangan Gerald yang menahan lengannya.
"Gak ada yang perlu dijelasin!" Ucap Karen lalu kembali berjalan. Namun lagi-lagi Gerald menahan lengannya.
"Please, Ren. Kali ini aku mohon dengarkan. Biarkan aku yang jelasin ke kamu" ucap Gerald tak mau menyerah.
"Gak perlu, Ger" Karen menggelengkan kepalanya.
"Ayolah, Ren. Supaya kamu gak salah paham" Gerald tetap bersikukuh.
Karen pun dengan malas, berbalik menghadap Gerald. Karen kembali mengingat kejadian di ruangan Oliver tadi. Ia tak sanggup menahan isak tangisnya.
"Kenapa Ger? Kenapa Oliver gak pernah cerita tentangnya dulu? Kenapa pada saat aku meminta menceritakannya sedikit tentang masa lalunya ia tak mau. Kenapa? Apa dia gak cinta sama aku? Apa selama ini dia cuma menganggap aku sebagai pelampiasan karena tak bisa menikah dengan wanita itu? Apa Oliver terpaksa dijodohkan denganku? KENAPA??!!?!" Karen bertutur panjang lebar dan terisak. Hatinya ngilu saat mengucapkan itu semua.
"Bukan, Ren. Aku tahu, Oliver sangat mencintai kamu" sahut Gerald.
"Gak, Ger. Gak!" Karen menyanggahnya. Ia kembali sesegukan. Gerald menatap Karen yang terlihat menyedihkan.
"Aku akan ceritakan tentang Oliver. Tapi gak disini. Ayo ikut!" Gerald menarik pergelangan Karen menuju mobilnya dan mengajaknya berbicara di luar kantor.
**
Sepanjang jalan, Karen hanya diam dengan sesekali sesegukan. Gerald tidak menyangka Karen yang biasanya ceria, kini justru terlihat sangat menyedihkan. Sahabatnya itu memang benar-benar. Gerald bersumpah, jika ia berada di posisi Oliver, ia akan langsung meminta maaf pada Karen dan menceritakan semuanya.
Sampai sekarang Gerald juga heran dengan Oliver. Ia tahu jika sahabatnya itu mencintai istrinya, begitupun sebaliknya. Namun keduanya sangat unik, bahkan Gerald yakin, jika keduanya belum mengungkapkan perasaannya masing-masing.
Mereka berdua pun duduk di salah satu taman kota yang jaraknya lumayan jauh dari kantor Oliver. Gerald sengaja membawa Karen ke taman ini. Karena taman ini adalah taman yang paling tenang dan menyejukkan. Mereka pun duduk di salah satu bangku yang berada di bawah pohon yang menjulang tinggi.
"Ok, Ren. Aku akan ceritakan.." ucap Gerald menatap Karen. Karen sudah tidak menangis sesegukan lagi seperti tadi. Walaupun wajahnya sedikit memerah dengan kantung mata yang agak bengkak, namun ia sudah bisa mengendalikan emosinya.
"Kamu mau dari mana aku mulainya?" tanya Gerald lagi. Karen menoleh padanya.
"Hmm dari mulai perkenalan Oliver dengan wanita bernama Gina itu.." sahut Karen. Gerald pun mengangguk dan mulai menceritakan pada Karen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love CEO
Romance"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu..." Ucap papa. "Papa main sembarangan jodohin anaknya aja!" Ucap Karen tidak terima. "Habisnya memang ini satu satunya cara supaya kamu cepa...