chapter 6

11 2 0
                                    

Aku ingin mengatakannya,namun seperti biasanya hatiku akan kalah dengan kebisuan mulutku
***


Jika hari sabtu adalah hari yang ditunggu-tunggu pelajar lainnya,maka lain halnya dengan gadis yang sedang terduduk termenung di jendela kamarnya.
Tasya tidak menyukai hari sabtu,karna dengan adanya sabtu,maka Senin akan segera tiba,dan itu sangat memuakkan.

Pelajar lain mungkin akan berpikir bahwa sabtu adalah hari dimana mereka bisa beristirahat dari aktivitas panjang mereka,namun bagi tasya sabtu hanyalah hari yang memberinya harapan palsu,karna dia hanya akan menawarkan kenyamanan yang sementara.

Yang dilakukan Tasya dari 2 jam yang lalu setelah pulang sekolah hanyalah duduk termenung dijendelanya,anggap saja ia sedang memikirkan dunia yang semakin hari semakin kejam saja atau bahkan hidup yang tidak pernah adil ini.

"Kalau hidup adil,maka hidup gak akan menyenangkan,apakah kamu pernah mendengar bahwa para pemenanglah yang akan berkuasa? Dan itu adalah teori yang akan dipakai di dunia ini,jadi jika dunia tidak bisa berbuat adil kepadamu,maka cobalah bersahabat dengan dunia agar kamu bisa menjadi pemenangnya."

Heh,Tasya tersenyum miris saat mengingat kata-kata dari lelaki masa lalunya itu.
"Selain perbuatanmu,apakah kata-katamu masih bisa kupercayai,alfath?" Ucap tasya sendiri

Kenangan,tasya sungguh akan benar-benar gila jika terus mengingatnya,namun bagaimana lagi dia bukanlah penderita amnesia yang akan melupannya.

Kau tidak perlu melupakan masa lalumu,kau cukup mengubur mereka dalam-dalam,dan galilah kembali jika kau masih membutuhkannya suatu hari nanti.

"Apakah aku masih membutuhkanmu,fath?"
Ahh lagi-lagi cairan kristal itu lolos dengan mudahnya dari mata indah Tasya.
"Aku merindukanmu,apakah kau tidak berniat kembali meluruskannya?"
"Hehe,,sepertinya tidak"sambung Tasya kemudian.
Tidak ingin terus terlarut,Tasya pun memutuskan untuk keluar berjalan-jalan saja.

Dilain tempat,seorang cowok sedang memegang secangkir coffee di sebuah kafe sambil pikirannya yang terus melayang-layang entah kemana.

"Kalau kamu rindu sama aku,pejamin aja mata kamu dan sebut nama aku 3x,pasti aku akan datang"

"Janji?"

"Yaa,aku janji"

Kenangan masa lalu itu terus saja berputar-putar dikepala lelaki itu tanpa keinginan untuk berhenti.
"Kamu bohong tasy,mana janji kamu? Bahkan tiap hari aku ngelakuin itu,tapi kamu tidak pernah datang"

"Apa kamu semarah itu dengan aku? Kembalilah,setidaknya kembalilah untuk menamparku"

"Apa aku sejahat itu?apa aku tidak punya kesempatan lagi? ,,,,kurasa tidak"

Lelaki itu terus saja berbicara sendiri seakan-akan orang yang dimaksudnya itu dapat mendengarnya.
"Jika aku melakukannya sekali lagi? Apa kamu akan datang tasy? Aku mohon kembalilah,aku sangat merindukanmu"

Lalu perlahan lelaki itu memejamkan kedua matanya yang mulai berair dan mengucapkan,,,
"Tasya,,tasya,,tasya aku merindukanmu,kembalilah aku akan selalu menunggumu"
Dan ia pun langsung membuka matanya perlahan ,dengan harap gadisnya akan datang dan tersenyum dihadapannya.

Namun yang namanya harapan yaa tetap saja harapan yang akan memberimu angan yang palsu,
Dan yang dapat dilakukan lelaki itu hanya tersenyum miris sambil menghapus jejak air mata dari sudut matanya
"Ternyata kamu masih marah,baiklah"
Dan ia pun bangkit dari kursinya dengan niat ingin pulang,namun langkahnya terhenti saat ia melihat gadis bermata indah yang baru saja masuk ke dalam kafe dan sekarang sedang berdiri dihadapannya dengan sedikit senyum canggungnya

Cukup lama mereka berdiri kaku di posisi mereka dengan pikiran masing-masing.

"Kamu ada disini? Kebetulan sekali"ucap gadis itu

"Ta,,tasya???"ucap lelaki itu terbata
Yaa gadis itu adalah tasya,

Dan gadis itu hanya menatapnya bingung dengan tingkahnya dan ia semakin bingung ketika lelaki itu melangkah ke arahnya dengan tatapan yang sangat aneh,seperti tatapan ,,,,,kerinduan?

Dan jantung tasya hampir saja copot atau bahkan mungkin sudah copot saat,,

"Aku merindukanmu,tasya" ucap lelaki itu
Dan tasya sangat bingung ketika jarak lelaki itu semakin dekat dan
"Ken.,-" ucapan tasya terhenti saat lelaki itu menarik tubuh mungilnya kedekapannya.

Dan tasya hanya mematung saja saat lelaki itu terus saja mengatakan aku merindukanmu,maaf.
Dan entah kenapa tiba-tiba hati tasya sangat perih ketika mendengar suara lirihan dari mulut lelaki ini diiringi suara isakan yang sangat memilukan

"Kamu baik baik saja?"
Tidak ada jawaban
"Ada apa?"
Tidak ada jawaban

"Ervan??"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

can you save me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang