"I meet you in the dark
You lit me up
You made me feel as though
I was enough"
Just Say You Won't Let Go - James Arthur***
Ting tong
Bunyi bel membangunkan Laura dari tidur nyenyaknya. Laura terduduk diatas tempat tidur dengan malasnya. Matanya masih terbuka tutup, masih mengantuk.
"Ibu, teh aku mana?" Teriaknya.
Bel tersebut berbunyi lagi. Laura berdecak kesal dan berjalan dengan malasnya ke arah pintu.
Ia membuka pintu melihat sesosok wanita berkulit putih pucat dengan pakaian berwarna hitam membawa nampan berisi makanan di nampan tersebut.
Perempuan di depan Laura kini itu tidak terlihat jelas dikarenakan dirinya yang masih mengantuk. Laura menyandarkan dirinya di ambang pintu, membuka-tutupkan matanya.
"Ibu mana sih," gumam Laura.
"Perdón?" (Maaf?) Ucap wanita itu tak mengerti.
Dan seketika, Laura menyadari bahwa dirinya saat ini tak ada di rumah. Ia mengucek matanya agar dapat melihat lebih jelas.
Matanya memperhatikan wanita didepannya itu. Wanita dengan kulit putih pucat dengan sedikit kerutan di wajahnya, memakai pakaian berwana hitam yang terlihat seperti seragam pelayan di hotel.
Ya, Laura saat ini berada di hotel yang berada di Spanyol. Ibunya menyetujui permintaannya untuk pergi ke Spanyol dan Laura sangat bahagia mendengar itu.
Laura melirik nampan yang dibawa pelayan wanita itu. Ia tersenyum dan mengambil nampan itu.
Pelayan wanita itu tersenyum kembali. "¿Hay algo más que pueda hacer?" (Apakah ada lagi yang bisa saya bantu?) Tanya pelayan tersebut sebelum beranjak pergi.
Laura melongo tidak mengerti apa yang pelayan itu katakan. Ia memang tidak tahu-menahu soal bahasa sehari-hari negara ini, tapi dia tetap mau ke Spanyol hehehe.
"I'm sorry mrs, but I don't really understand Spanish," ujar Laura akhirnya dengan sopan.
Sebelum pelayan itu beranjak pergi, Laura menghadangnya, ia tampak berpikir sejenak. "What time Santiago Bernabeu is open?" Tanyanya.
Kedua alis pelayan tersebut tertaut kemudian melirik jam tangannya, dahinya berkerut memperkirakan waktu, "Around 10 am, maybe," pelayan itu mengedikkan bahu, tersenyum lalu berlalu begitu saja.
Laura melirik jam, sudah jam delapan. Matanya membulat seketika, waktunya bersiap-siap tinggal dua jam lagi. Padahal stadionnya buka jam sepuluh terus ia sudah menduga antrian akan panjang dikarenakan ini adalah libur musim panas bagi masyarakat Spanyol.
Laura mah gitu suka males-malesan, bangunnya kalo gak dibangunin bakal bangun jam dua belas mungkin sama kek authornya. Hehehe.
Ia menutup pintu kamarnya dengan punggungnya karena kedua tangannya memegang nampan. Ia makan dengan buru-burunya dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawanya.
***
Ia mengecek semua barang bawaannya sebelum pergi.
Kamera? Udah
Dompet? Udah
Parfum? Udah
Pembalut? Udah
Ponsel? Udah
Semuanya sudah dipersiapkannya secara matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Broken
Teen FictionAku menyukai dia yang terluka. Dirinya bagaikan kaktus yang berduri dan aku bagaikan balon. Balon dan kaktus tidak dapat bersatu, sedangkan aku dan dia.. Mungkin.... Amazing cover by @katrinapradnya 9 Mei 2017