Part 4

195 7 3
                                    

"Yaudah pulang sono kalah nggak mau. Gih!", suruh Krisna.

Akhirnya Fadil dengan kesal pulang sendirian ke rumah. Sementara Dito dan Fadil masih di sekolah melihat Gika sambil membuat rencana untuk nanti malam, "Gimana nanti malam kita kesini. Gue nanti bawa orang pintar kesini. Gimana?".

"Boleh boleh. Yaudah gue tunggu nanti malam di depan gerbang ya. Gue dulu, assalamualaikum", kata Krisna sambil mulai berjalan menjauh dari Dito.

"Walaikumsalam", jawab Dito.

Tiga sahabat ini pulang, tapi Dito tak langsung pulang, ia mencari Ki Ateng, paranormal terkenal di desanya. Ia meminta Ki Ateng untuk menelusuri setiap sudut sekolahnya di malam hari. Ki Ateng awalnya tidak mau karena ia pernah mencoba menelusuri sekolah itu dulu namun percuma saja ia tak bisa mengusir Kinar dari sekolah itu, "Kamu datang kesini mau mengajak saya mengusir Kinar kan?".

"Ki Ateng juga tau cerita Kinar itu?".

"Saya disini sudah hampir tiga puluh tahun tentu saja mendengar cerita itu, asal kamu tahu ya cerita sempat ramai ke desa sebelah, tapi tak ada satupun orang yang berani membuktikannya. Saya dulu pernah menelusuri sekolah itu dan bertemu dengan sosok Kinar".

"Terus terus, Ki".

"Saya sempat berbincang dengannya, meminta ia pergi jauh-jauh dari sekolah itu, tapi percuma ia tak mau. Akhirnya kita bertengkar dan saling beradu kekuatan, saya kalah dan saya berjanji padanya tak menyuruhnya pergi dari sekolah itu lagi".

"Jadi intinya, Ki Ateng nggak bisa bantu saya nih?".

"Mohon maaf saya nggak akan mungkin ngingkarin janji saya".

"Tapi, Ki cuma Ki Ateng satu-satunya orang pintar di desa ini masa' Ki Ateng yang dipuja-puja rakyat desa ini nggak berani sama hantu, anak kecil lagi. Tolong, Ki bantu saya kali ini saja, tolonglah, Ki", rayu Dito sambil menggerak-gerakkan tangan Ki Ateng.

"Oke oke. Demi kamu saya akan bantu, saya nggak mau kamu kenapa-napa. Bahaya jika kamu sendirian malam-malam menelusuri sekolah angker itu".

"Tapi saya nggak sendirian nanti ada Krisna juga, Ki. Yasudah kalau begitu saya pulang dulu ya, Ki".

Dito pun pulang dengan hati lega, ia tak sendirian jika menelusuri sekolah nanti. Tak terasa matahari sudah berada di ufuk barat tanda malam menjelang.

Jam menunjukkan sudah pukul delapan malam, Krisna mengendap-endap keluar rumah agar tak ketahuan orang tuanya, begitupun dengan Dito. Akhirnya Dito, Krisna dan Ki Ateng bertemu di depan gerbang sekolah.

Tidak banyak bicara, Dito langsung mengajak Ki Ateng dan Krisna masuk. Mereka masuk menelusuri setiap ruangan bersama-sama. Tiba-tiba sekelebat bayangan melewati mereka, Dito dan Krisna sontak bersembunyi di belakang Ki Ateng. Tak lama, samar-samar sosok anak kecil dengan kepala mengucurkan darah muncul dari balik gumpalan asap yang mengepul sisa pembakaran sampah tadi sore. Dito dan Krisna melihat jelas sosok anak kecil itu, "Ki, itu ya Kinar itu?", tanya Dito sambil menunjuk ke arah Kinar.

"Ya itu adalah Kinar".

"Ki, gimana ceritanya sih kok Kinar kepalanya bisa hancur kayak gitu. Udah gitu darahnya masih ngalir lagi?".
Dito dan Krisna semakin erat menggenggam baju Ki Ateng dari belakang. Lalu sosok Kinar pun berkata, "Hai Ateng, kau telah mengingkari perjanjian kita. Kau bilang kau tak akan menggangguku lagi, tapi sekarang kau sudah membuatku marah. Jangan salahkan aku jika aku akan membunuhmu".

Setelah berkata seperti itu, sosok Kinar menghilang bak ditelan asap, "Ki, Ki Ateng nggak takut diancam Kinar kayak gitu?", tanya Krisna.

"Tenang saja dia tidak akan berani menyakiti saya, kalau pun berani itu berarti sudah menjadi takdir saya harus mati ditangannya".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sisi Lain Cerita Anak SekolahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang