[7]: Kejutan Kecil

90 36 72
                                    

••

Apa aku salah jika membencinya?
Membencinya karena sekali pun aku tahu kalau aku tak pernah bisa berhenti mengharapkannya.

-Aliya-

••

Jauh di seberang sana, Aliya pun tampak gusar dengan kondisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jauh di seberang sana, Aliya pun tampak gusar dengan kondisinya. Baginya, kadang terasa sulit memang menerima kenyataan jika itu tak sesuai harapan yang telah diperjuangkannya. Seperti saat ini, Aliya masih menatap lekat ponsel yang tadinya sempat ia banting hingga layarnya retak hampir sepenuhnya.

"Tidak, ini terlalu sulit," batinnya.

Ya, layar ponselnya masih menampakkan halaman pencarian model remaja tahunan. Ia mengembuskan napas perlahan. Lagi-lagi namanya tak tercantum di sana.

Ah, ingin sekali baginya melupakan segala keinginannya. Menjadi seorang model terkenal, atau apa pun itu. Sungguh memuakkan!

Meski awalnya ia tak pernah ingin menjadi model, akan tetapi dengan mengikuti kelas atas keterpaksaan dari orang tuanya, ia diam-diam menaruh harapan di hati kecilnya. Ia sangat ingin berdiri di sana.

"Melamun lagi?"

Rendra, seorang cowok yang entah kenapa akhir-akhir ini membuat Aliya mulai melupakan dia, dan malah sering memikirkan si Rendra ini. Ah, bukan memikirkan. Lebih tepatnya pengalihan sementara atau selingan, mungkin. Entahlah, ia tak bisa memastikannya juga.

"Ngapain kamu di sini?" Aliya balas bertanya, meski ia tahu nantinya Rendra akan menjawab atau bahkan menantang untuk memperdebatkan hal-hal kecil lagi. Seperti biasanya.

"Ini kan taman milik sekolah. Dikira cuma kamu yang mau duduk santai di sini?" Rendra pun beralih duduk di sebelahnya.

Percayalah, kejadian ini seperti de javu di ingatan Aliya.

"Sial."

Rendra yang tadinya ingin menutup matanya kini beralih menatap Aliya.

"Gadis secantik kau berani mengumpat kepadaku? Really? Kau sangat tidak sopan, Nona."

"Aku tidak mengumpat padamu."

"Lalu?"

"Ah sudahlah." Aliya berjalan menjauhinya. Lalu ada tangan yang mencegahnya untuk beranjak dari sana. Di kepala Aliya, wajah itu tiba-tiba berubah, dia....

"Gio?"

Satu detik,

dua detik,

tiga detik,

Tak ada sahutan.

Rendra hanya menampakkan raut wajah penuh tanya. Lalu Aliya melihatnya tampak menyeringai. Setelah melihatnya lagi, wajah itu berubah lagi.

J A (T) U HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang