Bab 2

148 47 29
                                    

Sepulang Sekolah

Novan dan Alda pada motor mereka masing-masing. Keduanya disana menunggu Moses pulang. Rencananya mau ngajak nongkrong dulu sebelum balik. 

Tidak lama, Moses terlihat berjalan tergesa-gesa kearah mobilnya. Tapi, sebelum ia sampai pada mobilnya, Novan dan Alda telah terlebih dahulu menahannya membuat Moses tak ada pilihan selain mendengarkan.

"Lo berdua pada mau ngomong apa?"

"Ikut tim basket sekarang juga!" Perintah Novan yang langsung dapat tonjokan pelan dari Alda.

"Sorry, kita mau ngajak lo makan siang bareng. Sambil ngobrol aja gitu.." Kali ini Alda yang berbicara.

"Gue ada urusan." 

"Urusan apaan sih lo kayak bapak-bapak aja." Novan lagi-lagi menggerutu yang lagi-lagi dibalas tonjokan pelan dari Alda. "Sakit tau."

"Gimana kalo kita ikut?" Moses maupun Novan melongo tak percaya.

"Kalian beneran mau ikut?" Tanya Moses meragukan yang dibalas anggukan semangat Alda. Novan hanya diam. "Yaudah, gue nanti kirimin alamatnya." Moses meninggalkan Alda dan Novan menuju mobilnya. Tak lama sebuah pesan muncul di HP Alda dan Novan. Pesan dari nomor tak dikenal yang tak lain adalah Moses.

08xxxxxxxxxx

di Coffcafe deket sekolah

Alda lalu mengganti nama kontaknya dengan Moses lalu segera menancap gas kecafe baru dekat sekolahnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Novan. 

Di Coffcafe

Alda dan Novan sampai terlebih dahulu. Moses datang setengah jam kemudian.

"Lama banget lo. Dari mana aja sih?" Seru Novan setelah Moses memesan jus mangga.

"Bukan urusan lo." Jawab Moses dingin.

"Ok, jadi kenapa lo bawa kita kesini?" Tanya Alda

"Gue setuju ikut klub basket." Kata Moses. Novan yang tadi sibuk dengan hanphonnya kini menatap Moses tak percaya. Dikiranya Moses tidak akan pernah setuju ikut klub basket. Melihat sikapnya yang dingin dan tolakannya sewaktu pertama kali menolak tawaranannya memperkuat dugaan Novan.

"Kenapa lo berubah pikiran?"

"Tapi ada syaratnya." Kata Moses tanpa mengubris pertanyaan Novan.

"Apa?" Tanya Alda. Moses mencondongkan badannya pada Alda dan Novan.  Refleks mereka berdua juga ikut mencondongkan badannya.

"Apa yang kalian tau tentang sekolah kalian?" Novan mengerutkan dahinya.

"Banyak kok, gue tau banyak."

"Apa yang lo tau tentang pak Wahyu?"

"Pak Wahyu? Bapak yang ngebersihin sekolah kita? Lo anaknya?" Canda Novan.

"Gak lucu Novan.." Alda menatap tajam Novan.

"Siapa yang ngelucu sih?"

"Emangnya kenapa sama pak Wahyu?"

"Dimana rumahnya?" Tanya Moses.

"Lo siapanya pak Wahy sih? Mantannya? Napa cari-cari rumahnya?" Alda memukul belakang kepala Novan saking kesalnya. Seharusnya ini menjadi kesempatan untuk Alda dan Novan mendekati Moses dan mempermudah proses persyaratan Moses masuk klub basket.

"Kalian tau gak rumahnya dimana?"

"Gue gak tau sih, cuman kalo lo mau gue bisa minta bantuan bokap gue buat nyari tau. Dia salah satu donatur sekolah kok." Tawar Alda tanpa menyiratkan nada sombong.

"Ok, kalo lo udah dapet, kasih ke gue. Jangan lewat SMS atau sosmed lainnya. Langsung kasih ke gue."

"Ribet banget lo." Novan mulai menggerutu lagi.

"Kapan jadwal latihan klub basket?"

"Setiap hari Rabu sama Sabtu." Jawab Novan.

"Kalo gitu gue balik dulu." Moses lalu pergi. Novan dan Alda menatapnya hingga masuk mobil.

"Tuh anak aneh banget sih." Kata Novan.

"Gak tau gue juga." Jawab Alda. "Nov, ngapain sih lo ngajak dia ikut klub basket? Bukannya basket kita udah bagus?"

"Klub kita butuh orang yang lebih jago. Gue denger-denger dia jago banget main basket disekolah dulunya. Lo tau kita pernah kalah sama SMA Bunga Bangsa? Dia yang paling banyak masukin bola ke ring. Anehnya, pas gue tanya sama temen gue disana, tuh anak gak pernah ikut klub basket."

"Gak pernah ikut klub basket? Lah tersu kenapa bisa turun kelapangan? Kenapa ikut lomba? Bukannya cuman anggota klubnya aja yah?"

"Kalo yang kayak gitu gue gak tau. Pas gue liat wajahnya pertama kali di kantin, gue udah tau itu dia." Alda mengangguk-anggukan kepalanya. 

"Kalo gitu kita punya emas dong. Punya cowok ganteng jago basket. Wah.. bisa-bisa posisi lo sebagai kapten direbut ama dia."

"Bener juga yah. Wah.. gue hajar aja dia kalo sampe kejadian." Alda terkekeh diikuti tawa Novan.

"Ngomong-ngomong kenapa dia bisa tau Pak Wahyu?" Tanya Alda yang dibalas gelengan Novan. "Terus kenapa dia gak mau gue kirim alamatnya pak Wahyu lewat SMS atau sosmed lainnya? Padahal kan lebih gampang kayak gitu?" 

"Mungkin tuh anak gak gaul jadi gak tau kali yang namanya facebook, instagram, atau yang lainnya."

"Eh, tunggu sebentar." Alda mengerutkan dahinya lalu mengeluarkan hanphonnya dan mencari kontak Moses. Novan menatapnya bingung. "Dari mana dia tau nomor gue?" Mata Alda menatap Novan penuh tanda tanya.

***

Mistery RoomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang