"Nggh" Lenguhan gadis yang baru saja membuka matanya, raut matanya menandakan bahwa dirinya masih sangat ketakutan.
"Papa"
"Papa, Alea takut." Gadis ini meneteskan air matanya, menatap kosong langit-langit ruang inapnya.
"Selamat pagi, Lea."
"Sus, saya mau pulang."
"Sabar ya, kamu belum sembuh total dulu." balas wanita berkepala tiga yang tengah mempersiapkan makan untuk gadis bernama Lea itu.
Papa, Alea takut. Alea mau pulang. -batin Alea.
"Sekarang, kamu makan dulu ya. " pinta sang suster.
"Papa mana sus?" tanya Alea.
"Lagi dalam perjalanan, sekarang kamu makan dulu." alibinya.
20 menit kemudian
Untuk orang yang sedang sakit sepertinya buat makan memang membutuhkan waktu selama itu ya, atau memang ada yang lebih lama.
"Selesai." ucap si suster.
"Sekarang kamu butuh apa?" tanyanya.
"Papa."
"Hmmm, bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar sebentar. Sepertinya papa kamu sedang terjebak macet." alibi suster itu lagi.
"Bunda." sedari tadi Lea ngelantur terus, pandangan matanya kosong kedepan.
"Yuk, suster bantu naik ke atas kursi roda." dengan penuh keibuan suster itu hati-hati membantu Lea dari kasur ke kursi roda.
"Sus." lirih Lea, ketika gadis itu tengah berada di koridor rumah sakit.
"Iya, Lea?"
"Aku takut." ucap Lea sangat pelan.
"Kamu aman disini Lea, ada banyak orang disini." balas suster berniat untuk menenangkan Lea.
"Aku takut keramaian." lanjut Lea sangat lirih sembari meremas celana pasiennya.
"Kita sudah sampai di taman." ucap suster dengan menunjukkan wajah cerianya ke Lea, sepertinya suster ini tidak mendengar ucapan lirih Lea tadi.
Tak ada yang berubah dari raut wajah Lea, tetap datar dengan mimik ketakutan dan pandangan kosongnya.
"Kamu baik-baik saja?" tanya suster, dan sepertinya benar bahwa suster ini tidak mendengarkan ucapan Lea tadi.
"Suster Ani." panggil seorang pria dengan pakaian dokternya, Dokter Andi.
"Manggil saya?" tanya suster sembari menunjuk dirinya.
"Iya, sini."
Suster Ani berjalan lurus ke arah dokter Andi.
"Ada apa, dok?" tanyanya.
"Udah, suster disini aja. Lea butuh waktu sendiri." ucap dokter Andi, suster Ani mengangguk seolah hanya bisa menurut saja.
"Hahahaha..." Dengan polosnya suster Ani tertawa begitu keras sampai membuat dokter Andi menutup kedua telinganya.
"Siapa sih dok? Jelek banget kostum badutnya. Ahahaha" ujar suster Ani dilanjut dengan tawanya.
"Ahhhh. Papaaaa" jerit Lea histeris, seketika itupun suster Ani menghentikan tawanya. Bersama dengan dokter Andi, dia berlari ke arah Lea yang sedang histeris.
"Lea. Lea. Tenang."
"Ssstt. Tenang, Le."
"Papa!! Lea takut sama badut!" histeris Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Tomorrow
Teen FictionAlea Aurora Oswald, gadis yang memiliki trauma akan hal-hal yang baru. Selama lima tahun ini dia hanya dirawat oleh papanya yang sangat sibuk. Gadis yang masih menyukai dongeng sebelum tidur walau usianya sudah menginjak remaja. Kehidupan Lea beruba...