Maura mengajak Bobby dan Denise untuk makan siang di rumahnya. Tidak banyak yang mereka bicarakan di meja makan. Sesekali Maura membicarakan masa kecil Greg dan Niall.
“Dad, aku akan pergi jalan-jalan bersama Theo dan Denise, hanya ke taman komplek” ucap Niall sambil meletakkan sendoknya. Dia kemudian menggendong Theo dan berjalan ke luar
“Cupcake?” panggil Bobby, Niall menghentikan langkahnya begitupun dengan Denise
“Kau tak berpamitan pada ibumu?” tanya Bobby
“Ku rasa tidak perlu” Niall melanjutkan langkahnya. Denise menatap ayahnya lalu mengangkat bahunya dan mengikuti Niall
“Kau tahu Niall merokok?” tanya Bobby pada Maura. Maura hanya mengangguk
“Aku juga menemukan ini di lacinya tadi pagi” Bobby sukses dibuat melotot dengan apa yang dikeluarkan Maura dari kantongnya
“Aku tidak tau ini apa. Yang jelas, it’s drugs, Bob”
“Biar ku lihat” Maura menyerahkan sebungkus serbuk putih itu kepada Niall. Bobby mulai meneliti serbuk tersebut
“Astaga! Apa yang kau inginkan, Niall?” Bobby mengacak rambutnya frustasi
“Apa itu, Bob?”
“Heroin” jawab Bobby singkat. Namun efeknya tidak sesingkat itu
“Astaga” Maura menutup mulutnya
“Sebenarnya apa yang telah terjadi? Kau biarkan Niall merokok dan minum alkohol, bahkan sekarang kau biarkan dia menjadi pemakai. Apa kau sudah tidak sanggup mengurusnya?” bentak Bobby
“Bu..bu..bukan begitu, Bob”
“Ibu macam apa kau ini? Biarkan Niall tinggal bersamaku!” Bobby berdiri dan bermaksud keluar dari rumah itu. Tetapi tiba-tiba Maura berlutut di depan Bobby
“Ku mohon, Bob. Jangan bawa Niall. Kau sudah membawa Greg. Biarkan Niall tetap bersamaku” Maura mulai menangis
“Baiklah. Aku akan tetap membiarkan dia bersamamu. Tetapi dengan syarat, kau harus mampu merubah semua kebiasaan buruk Niall”
Maura tersenyum dan berdiri
“Trust me, Bob” Maura mencium pipi Bobby
“Aku akan pulang, nanti aku akan mengirim pesan kepada Niall”
“Apa perlu ku antar?”
“Tidak perlu”
Di taman komplek, Niall sedang duduk di sebuah bangku sambil memejamkan matanya. Dirasakannya angin yang menabrak wajahnya. Tenang, itulah yang ia rasakan saat ini. Tak lama kemudian, Denise datang bersama Theo dalam gendongannya.
“Ni, kau harus menceritakan semuanya padaku?”
“Apa?”
“Kenapa kau merokok dan mabuk?”
“Kau tak kan mengerti, Den”
“Bagaimana aku bisa mengerti kalau kau tidak bercerita?”
Niall tidak mempunyai niatan untuk menceritakan semuanya kepada istri kakaknya tersebut. Tiba-tiba ia merasa iphone miliknya bergetar. Ternyata itu telfon dari ayahnya. Dia segera mengangkatnya. Denise hanya memerhatikannya
“Ada apa dad?”
...
“Kenapa cepat sekali? Apa yang kau bicarakan dengan Mom?”
...
“Aku tau betul bagaimana Mom. Apa yang membuatmu cepat pulang?”
...
“Oh baiklah” Niall memasukkan kembali iphonenya ke saku
“Dad sudah pulang?” tanya Denise. Niall mengangguk
“Aku akan mengantarmu pulang sekarang”
KAMU SEDANG MEMBACA
Drunk Cupcake [Niall Horan]
Fanfiction"Aku lelah dengan semua ini" ucap Niall putus asa "Kau harus kuat, cupcake" Briana mencoba menenangkan Niall