Satu laporan saja sudah buat tangan keriting, apalagi ini... Dia suruh nulis dari tujuan, latar belakang, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja, laporan sementara yang ditulis ulang dan tabel parameter yang ada ratusan nomor, ditambah lagi perhitungan dan pembahasan? Heran lagi, ini semua sudah Jisoo ketik di microsoft wordnya. Anak kimia macam apa yang lebih memilih bikin laporan di microsoft word? Ngetik puluhan reaksi dan perhitungan secara matematis yang rumit butuh kesabaran buat dibikin? Baru kali ini ada kating yang super ekstra kaya gini. Ckck.
"Heh," Hayi tersadar dari lamunannya dan langsung menoleh pada Jisoo.
"Apa?" tanya Hayi, melihat Jisoo yang hanya memandang dengan mata sipitnya.
"Lo tuh yang kenapa. Ngelamun aja,"
baru saja Hayi akan merasa baperㅡlagi karena diperhatikan Jisoo eh mulut cowoknya kaya cabe, "Kesurupan tau rasa."Hayi mendengus kasar dan kembali menulis laporan milik kakak tingkatnya itu. Jisoo asik memainkan ponselnya, "Enakan ke London apa Australia?"
Hayi kembali menoleh, memastikan gumaman Jisoo itu butuh jawaban atau tidak. Pemuda itu melirik si gadis, "Lo pilih mana?"
"London."
"Kenapa?"
"No reason."
"Gegayaan pake bahasa Inggris."
"Hih," Hayi melemparkan pulpennya dengan kesal dan menatap Jisoo sengit. Jisoo sendiri terlonjak dan melihat Hayi dengan takut.
"L-Lo kenapa?" tanyanya sambil mengerjapkan mata.
Hayi menghela napas kasar lalu menggeleng, "Gak papa!" ketusnya dan kembali menulis. Jisoo mendesah lega, dia memainkan ponselnya lagi. Sesekali melirik Hayi yang mengerucutkan bibirnya.
"Lo kalo kaya gitu ngegemesin juga Hay," celetuk pemuda itu santai.
Yang di puji deg-degan sendiri, 'Bodo amat Hay, bodo amat. Cowok mulut cabe kaya Jisoo mah pantesnya di buang ke jahanam.' gumamnya dalam hati.
Jisoo tersenyum sendiri lalu pemuda itu yang tadinya duduk di sofa, sekarang dia duduk bersila disamping Hayi. Hayi memang sengaja duduk di lantai, biar lebih gampang nulisnya. Hayi mengerutkan keningnya, "Ng-ngapain?" tanyanya heran.
"Ada yang perlu gue bantu gak?" wajah tampannya ia dekatkan ke depan kertas yang ada di jemari bantet milik Hayi.
"Tulisan lo bagus juga, sebelas tiga belas lah sama gue. Tapi masih bagusan gue," lanjutnya lalu tersenyum bangga, Hayi memutar bola matanya kesal.
"M-a-k-a-s-i-h," katanya penuh penekanan. Jisoo tertawa renyah.
"Pembahasan nanti gue tulis sendiri, lo udah selese kan?" Jisoo mengambil beberapa kertas yang sudah Hayi tulis.
"Tinggal ini aja sih, eh kak emang ga papa tulisannya beda?" tanya Hayi penasaran.
"Gapapa, ga di notice sama aslab-nya kok, lagian lo nanti capek kalo nulis pembahasan juga," katanya manis.
'CUIH! GUE UDAH NULIS TIGA PULUH LIMA LEMBAR INI TERUS LO BILANG NANTI GUE CAPEK? WARAS BANG? BANG-KE!' maki Hayi dalam hati.
"NANGGUNG PEMBAHASAN CUMA LIMA LEMBAR AJA KOK."
KAMU SEDANG MEMBACA
K A T I N G
Fanfiction❝Kating apa preman? Kok jadi tukang palak gini. Nyesel gue pinjem laprak dia.❞ ㅡ lee hayi, maba ilmu kimia.