Dokyeom pt.2

206 18 0
                                    

"Eommaaaaaaaaaa!!!!" Anakku baru saja berumur 4 tahun, tapi dia berisik seperti ayahnya. Memang apel jatuh tak jauh dari pohonnya. Ini masih jam 4 pagi ada apa dengannya?

Kurasakan pergerakan disebelahku mendahuluiku.

"Ada apa Lee Yooji?????" Tanyanya sambil membuka pintu kamar.

Aku segera bangun dan mengikutinya dari belakang.

"Appaaaa" oh lihatlah anakku sedang manja di depan ayahnya. Padahal yang di panggil pertama adalah aku.

"Ada apa sayang?" Dokyeom berusaha menggendong Yooji, menanyakannya lembut.

"Kenapa kau memanggil eomma tadi kalau kau akhirnya digendong appa lebih dulu?" Tanyaku yang membuat kedua orang tersebut menatapku.

"Kau terbangun?" Aku mengangguk dan mengambil Yooji dari gendongannya.

"Ada apa hm?? Katakan pada eomma??" Dokyeom mengusap kepalaku sejenak lalu pergi menuju dapur.

"Eomma aku takut, aku mimpi buruk" aku menatapnya lembut sambil terus menggendongnya.

"Kau mau tidur bersama eomma appa?"

"Hmmm" jawabnya.

"Baiklah, tapi kau tidur ditemani appa dulu ya, nanti eomma menyusul. Okay?" Tanyaku pada gadis kecil ini. Dan dia hanya mengangguk.

Aku berjalan menuju Dokyeom yang ada di dapur sedang minum air.

"Kau temani Yooji tidur sebentar. Masih ada 2 jam untukmu dan dia tidur. Aku akan membereskan kamar Yooji sebentar lalu menyusul kalian" aku memberikan Yooji pada Dokyeom.

"Tidak usah dibereskan. Nanti saja setelah Yooji pergi sekolah, kau lelah kan kemarin baru pulang dari Jeju. Toh hari ini kau libur" katanya. Tapi Dokyeom tau bahwa aku masih saja tetap keras kepala meskipun sudah 5 tahun menikah.

"Aku menyusul saja ya, tidurlah sejenak ssbelum kau ke kantor dan Yooji kesekolah" kataku yang membuat Dokyeom mengiyakan saja.

"Baiklah, ayoo Yooji kita tidur duluan"

"Neee"

Dokyeompun pergi menuju kamarnya untuk menemani Yooji tidur.

Ini memang masih jam 4, tapi jika aku tidur lagi maka aku yakin aku akan molor karna aku lelah. Jadi sekalian saja nanti tidurnya. Setelah Ayah dan anaknya ini bekerja dan sekolah.

.

Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 6, ku lihat Dokyeom dan Yooji masih tertidur dengan pulas. Aku mendekati mereka dan mencium kening mereka satu per satu.

Saat hendak pergi, kurasakan Dokyeom menahanku.

"Kau bangun?" Dengan suara kecil agar tak mengganggu tidur Yooji. Dia mengangguk lalu bangun memelukku dan berbisik.

"Ayo keluar, dia masih tidur nyenyak"

"Hmm" sambil berjalan dia menarikku, lalu menyuruhku duduk di sofa sebentar.

"Kau bohong. Kau tidak menyusul." Dia mulai berbicara masih dalam posisi berdiri.

"Aku tidak bohong. Aku menyusul kan? Buktinya aku berada di kamar"

"Tapi kau tidak menyusul tidur. Kau itu lelah, sudah bagus hari ini dapat libur, seharusnya ya di gunakan dengan baik" tangannya menyilang, menandakan bahwa sepertinya dia marah. Ahh, dan jangan lupakan tatapan tajamnya. Kurasa dia benar benar marah.

Aku tidak mungkin tidur lagi, sekarang jam 6. Kalau aku tidur lagi, terus siapa yang membangunkan Yooji nanti? Siapa yang buat sarapan?

"Aku tau aku lelah, karna itu aku tidak tidur, takutnya aku tidak bangun, nanti yang bikin sarapan siapa?"

"Kan ada aku sayang. Selama kau pergi yang memasak kan aku" tangannya pindah berada di pinggangnya.

"Tapi kan aku sudah pulang, aku sudah harus melakukan yang seharusnya seorang istri lakukan. Lagi pula, nanti setelah kalian pergi aku akan tidur"

Tatapannya melembut. Lalu tangannya mengusap puncak kepalaku.

"Baiklah, nanti istirahatlah. Sekarang aku akan mandi dulu. Kau sudah mandi?"

"Hmm sudah setelah membereskan kamar Yooji"

"Yaa sudah aku mandi dulu"

"Hmmm"

Setelah dia pergi meninggalkanku, aku memutuskan untuk membuat sarapan. Dan bekal untuk suami dan anakku ini.

Jam sudah menunjukkan angka 6.30. Dan Dokyeom tepat keluar dari kamarnya sudah menggunakan kemeja dan celana kerjanya.

"Mana dasimu?" Tanyaku padanya

"Masih di dalam, aku mau membuat kopi dulu." Dia bergerak menuju dapur.

"Apa kau sudah membangunkan Yooji?" Tanyaku padanya yang sekarang sudah berada disampingku.

"Ini masih 6.30 sayang"

"Lalu? Kau pikir Yooji tidak perlu mandi? Sarapan? Jam berapa kau bangunkan Yooji selama tidak ada aku?"

"7 "

"Lee Dokyeom. Kau mengajarkannya untuk bangun pas pasan??? Aish, akan kubangunkan Yooji. Enak saja, ajari dia dari kecil agar tidak pernah terlambat. Kau tau waktu itu berharga. Aku tidak mendoakan yang buruk, tapi kalau ada sesuatu? Tiba tiba sakit perut mungkin???" Aku mendengus sebal melenggang menuju kamar untuk membangunkan Yooji.

Aku membangunkan Yooji dan menyuruhnya mandi. Dia menurut saja, dan tidak protes. Aku mengambilkan dasi di laci untuk Dokyeom. Dia juga harus sudah siap saat Yooji selesai mandi.

Dan saat keluar dari kamar, aku melihat Dokyeom masih berdiri di  depan meja mini bar sambil meminum kopinya.

"Sayang?" Aku memanggilnya. Dan dia menatapku.

Aku segera berjalan menuju dapur. Dia hanya menolehkan kepalanya agar menatapku

"Sini, pakai dasi dulu" dia menurut saja. Tapi dia tidak menurunkan tinggi badannya. Dia memang lebih tinggi dariku, aku hanya sebatas pundaknya. Tapi seharusnya dia seperti biasa saja, agar aku mudah mengenakannya.

"Jangan mengerjaiku. Lebarkan sedikit kakimu. Atau pakai sendiri dasimu"

Setelah aku mengatakan itu dia tersenyum dan menurut.

"Ada apa ini? Biasanya aku yang memintamu duluan" tangannya mulai memeluk pinggangku.

"Aku minta maaf karna tadi tidak menyusul. Dan aku merindukan suamiku ini"

"Akhhh akhhh sakit" aku sengaja mengeratkan dasinya. Yang berhasil membuat dia tersedak. Hehehe, maafkan aku ya sayang. Habisnya gemes sih, tiba tiba.

"Sayang" panggilnya.

"Hmm?" Aku hanya berdehem.

"Ayo kita beri adik untuk Yooji, biar dia ada temannya"

"Tidak mau. 1 saja sudah cukup, kalau ada lagi nanti makin berisik seperti appanya~"

"Eihhh, kau juga berisik. Jadi nanti tunggu aku pulang ya." Dia mengecup singkat bibirku.

Aku menahan dasinya. Jadi dia tidak bisa bergerak. Lalu kutarik dia agar wajah kami lebih dekat. Dan akulah yang berinisiatif untuk menggodanya. Aku tersenyum menatapnya. Lalu mencium bibirnya dengan lembut, kurasakan dia tersenyum disela sela ciuman kami.

Serasa sudah cukup, aku melepasnya lalu tersenyum menatapnya

"Jika kau menyuruhku menunggumu pulang, seharusnya kau melakukannya dengan benar. Jangan hanya mengecupku"

"Haruskah ku lanjutkan?"

"Nanti malam. Sekarang lihatlah Yooji, apa dia sudah selesai atau belum." Aku menjauh dari dirinya. Kulihat dia tersenyum. Hihihihi lucu.

"Yoojiiiii ayo makannnn eommamu sudah memasakkan sarapan yang sangat banyakk" teriak Dokyeom.

Haduhhhh, bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan sahabatku sendiri ini. Mana dia berisik lagi. Untuk sayang.

END
Part apa ini? Cuma part bonus aja setelah nikah hehehehehe. Terima kasihh sudah membaca part gak jelas ini.


AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang