|hyunnrc|
Warning: yaoi, boyslove, drama, angst, mature, typo(s)
..
.
Happy Reading!
"Uwaa, Hobie hyung datang lagi!" seru Taehyung riang saat pemuda tampan itu memasuki rumahnya dengan buah tangan.
"Astaga bahkan dia sudah bisa berteriak keras." gumamnya tak habis pikir pada tambatan hatinya ini/eaa
Jimin mengekor di belakang Hoseok, tadi dia yang membuka pintunya. Segera ia melesat ke dapur, menyiapkan minum untuk seorang yang sudah ia anggap kakak sendiri.
Jungkook keluar dari kamar mendengar teriakan istrinya. Senyum lebar segera terpampang begitu menangkap figur Jung Hoseok. Ia mendekat, mendudukan diri di sebelah Taehyung.
"Apa Jim hyung juga memberitahumu bahwa Taehyung sudah pulang, hyung?" Jungkook bertanya santai.
"Dia selalu mengingatku. Jangan-jangan dia juga tak bisa hidup tanpaku."
"Amit-amit! Lebih baik aku bersama Jinyoung daripada sama jones seperti hyung." dalem Jim, dalem.
.
.
"Makanya jangan sok-sokan!"
"Jungkookie, hyungie mengomeliku lagi!" adu Taehyung manja pada suaminya.
Hoseok tersenyum pahit di depannya. Mereka sudah cukup lama mengobrol di kediaman Park Jimin. Sebenarnya itu hanya tentang bagaimana Taehyung bercerita dan diakhiri dengan omelan galak Jimin.
"Nanti akan kubalaskan dendammu, sayang. Jangan khawatir." Taehyung merona dipanggil begitu. Ia tak tau saja, arti balas dendam sebenarnya.
Jimin menggeleng bosan saat sebuah seringai tercipta di bibir tipis Jungkook. Ia berdiri, hendak ke dapur membereskan semua acara penyambutan Jung Hoseok tadi.
"Kurasa aku harus membantu Jim hyung. Sebentar ya, hyung." Taehyung mengangguk lalu Jungkook melenggang pergi. Hoseok memiringkan kepalanya lagi.
Ada yang aneh.
"Tae, aku mau ke kamar mandi."
.
.
"Jungh,"
Membantu pantatmu!
Membantu Jimin mendesah iya!
Gigi kelinci itu terus menggigit gemas leher jenjang Jimin. Tangannya menarik baju Jimin yang menghalangi kegiatannya.
"Jungkookhh hentikan ngh."
Kecupan kecil dari bibir Jungkook mengakhir cumbuan seksinya sejak enam menit lalu. Ia berhasil mencetak satu tanda merah dileher Jimin.
Napas Jimin memburu. Belum selesai ia mengatur napasnya, badannya sudah dipaksa membalik, berhadapan dengan adiknya.
"Aku rindu hyung." wajahnya ia dekatkan untuk meraih bibir Jimin.
"Aww!" tulang kering Jungkook sudah menjadi sasaran empuk tendangan Jimin.
"Kira-kira sedikit Tuan Jeon. Di sini ada Hoseok hyung." ia memegangi pipinya yang terasa panas.
"Kenapa sebut-sebut?"
Jantung Jimin sudah akan keluar dari tempatnya mendengar suara itu. Mata Jungkook melebar, badannya menegak.
Gawat!
Hoseok keluar dari persembunyiannya, berpura-pura mengelap tangan habis dari kamar mandi.
Sial!
Hoseok tak melihat semua adegannya. Ia datang terlambat. Yang ia lihat hanya tiba-tiba Jimin menendang kaki Jungkook dan berseru menyebut namanya.
Argh! Dia kelewatan lagi!
"Tidak hyung. Jungkook bilang kau semakin tampan." mereka berucap gugup.
Pipi bulat yang memerah itu semakin membuat Hoseok curiga. Ini benar-benar aneh. Hoseok rasa ada yang disembunyikan dua sahabatnya ini. Ia harus menemukan jawabannya.
Baik, mari kita cari bukti lainnya lagi.
..
"Kook, ajak Hyunwoo jalan-jalan sana. Dia sedang merindukanmu sepertinya."Jimin tersenyum kecil. Lucu membayangkan bagaimana sang anak bisa rindu kepada Jungkook. Karena Hyunwoo sudah memanggil Jungkook semalam.
"Hyunwoonya mana?"
Ia meletakkan tangan di meja lalu menompang dagunya. Mengamati kakaknya yang sibuk dihalaman belakang dengan senyum miring.
"Mungkin sedang bersama Taehyung." Jimin memindahkan pot itu lagi.
"Nanti baliknya ke kantor ya. Aku ada urusan sedikit." lanjutnya.
"Iya hyung sayang." gumam Jungkook jahil. Jimin siap melempar potnya.
Jungkook mencari Hyunwoo dikamar. Tidak ada, berarti benar bersama Taehyung. Ia berjalan mencari keberadaan istrinya.
"Hyunwoo-ya, yuk jalan-jalan bareng Kookie. Nanti beli permen kapas yang banyak." ajak Jungkook riang begitu melihat Hyunwoo didepan televisi.
Hyunwoo tertawa lucu. Menunjukkan dua gigi kecilnya, melihat Jungkook mendekat.
Taehyung hanya menoleh sekilas lalu fokus melipat baju lagi. Jungkook mengambil Hyunwoo lalu duduk sejenak di samping Taehyung.
"Hyung?" tatapnya agak khawatir. "Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Hati-hati perginya." Taehyung tersenyum lemah. Jungkook mengangguk ragu, lalu beranjak berdiri.
"Sampai nanti, hyung."
..
Taehyung telah selesai dengan kegiatan rumahnya. Sedangkan, Jimin sudah pergi ke kantor beberapa menit yang lalu. Ia sedang bersiap untuk mandi sore, handuk kecil telah tersampir dipundaknya. Namun langkah kakinya terhenti saat ia teringat bahwa ponselnya lupa ia isi daya. Taehyung kembali kekamarnya.Langkah Taehyung agak sempoyongan. Sebenarnya daritadi ia merasa tak enak badan. Kepalanya sangat pusing, perutnya agak mual, suhu tubuhnya terasa panas. Ia terduduk dipinggir kasur. Matanya beberapa kali terpejam mencoba menghilangkan rasa pusing yang semakin mendera.
8%
Ah, ia harus segera menghubungi seseorang untuk datang kerumah dan memeriksa keadaannya belum ponselnya benar-benar mati. Barangkali Taehyung tak sadarkan diri beberapa menit kedepan, ia sendirian di rumah. Tangan basahnya gemetar menekan kontak di layar ponsel. Nada sambung disusul sahutan panik terdengar samar ditelinganya.
..
Sore ini hujan petir lagi. Langit abu menjadikannya terkesan gelap, angin yang berhembus sanggup membuat orang menggigil. Jimin meringkuk takut didalam mobil silvernya. Tubuhnya gemetar hebat, airmata sudah menggenang siap meluncur kapan saja. Tak henti mulutnya menggumam lirih nama-nama itu."Jinyoungie, a-aku takut."
Ini tak berbeda dari beberapa bulan yang lalu jika ia seperti ini terus. Maka tangannya bergerak mengambil ponsel di dalam tas kerjanya. Menghubungi seorang yang ia harap dapat membantunya keluar dari ketakutan ini.
..
"Jungkook, pusing. Perutku rasanya mual. Cepat pulang."Punggungnya seketika menegak. Eh? Terputus? Kenapa mendadak begini? Ia menatap bingung ponselnya. "Hyung? Tae hyung?"
Taehyung bilang apa tadi? Pusing, mual? Astaga Taehyung sakit lagi, atau
Ehey, tidak mungkinkan, Jungkook tertawa sebentar lalu rautnya kembali panik.
Taehyung tidak sedang hamil, kan?!
Belum habis ia dengan keterkejutannya, dering telepon memanggilnya lagi. Kali ini dari kakaknya.
"J-jungk-kook ah. Tolong a-aku. Ak-aku takut. H-hujannya deras se-sekali." Segera ia lemparkan pandangan keluar toko.
Mati!
Hyunwoo-ya, Kookie harus bagaimana?
TBC
note: keenakan jeyop kalo liat naenanya jikook, kita aja belum pernah, yekan?/yeaa
Siapa yang akan kau pilih wahai Jeon Jungkook yang tampan? -3-mending sama aku aja mz/wat
Udah ah.
30 Juni 2017