[2.2] Zeus Squad: Story

112 18 22
                                    

Title : The Past

Genre : Fantasi

Sub Genre : Romance

------------------------------------

'Antik'

Hanya satu kata itu yang dapat masuk ke dalam pikiranku setelah memasuki toko ini. Ya di sinilah aku sekarang, di sebuah toko yang menjual berbagai macam barang antik.

"Maaf nona, kau mencari apa?" tanya seorang pemuda dari balik punggungku, sontak membuatku berbalik melihatnya.

"Ehh, maaf kak, aku sedang mencari liontin untuk kalungku, ada?" tanyaku balik.

"Tentu, ayo ikuti aku."

Aku mengikutinya hingga ke sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempatku berdiri tadi. Sepertinya ini ruangan khusus aksesoris sebab di sini ada beberapa gelang, cincin, kalung, jepitan rambut, dan beberapa aksesoris lainnya.

Setelah memasuki ruangan itu. Dia menunjukkan sebuah liontin sederhana padaku. Yah, sederhana jika dilihat sekilas, tapi jika dilihat lebih teliti lagi liontin ini memiliki ukiran yang unik dan membuatku ingin memilikinya. Liontin yang istimewa.

"Ok Kak. Aku ambil yang ini," ucapku kemudian memberikan uang seharga liontin yang kupegang itu dan membawanya pulang.

***

"Kalian baca dulu buku kalian mengenai sejarah Kerajaan Darklantcio. Sebentar saya akan memberikan kuis agar mendapat nilai tambah dari mata pelajaran yang saya ajarkan," tegas seorang guru yang mengajar di kelasku sekarang.

Sebenarnya saat ini aku sedang belajar sejarah. Entah apa menariknya sejarah, tetapi aku suka membacanya. Ada keasyikan sendiri saat mengetahui sejarah-sejarah yang ada di dunia ini. Mungkin aku berbeda dengan kebanyakan anak yang menganggap sejarah itu membosankan.

Di buku ini menjelaskan secara singkat mengenai Kerajaan Darklantcio. Bahkan saat kehancuran dan juga saat para ksatria penyelamat menyelamatkan dunia ini.

Tapi jika diperhatikan ada yang aneh dengan sosok kesatria penyelamat itu, mungkin itu perasaanku saat melihat gambar yang ada dibukuku. Aku seperti mengenal sosok kesatria itu tapi entah siapa, wajahnya tidak asing untukku.

"Baik sekarang waktunya kuis dan tutup buku kalian," ucap guruku tiba-tiba dan membuat kami semua berkeringat dingin sebab kuis yang diadakan oleh guruku yang satu itu sangat sulit. Entah apa yang dipikirkannya membuat kuis-kuis itu menjadi sulit.

***

Hembusan angin menerpa wajahku setelah lama duduk terdiam di dalam bus menuju musium ini.

Sekarang sekolahku mengajak semua murid kelas XI untuk tour keliling museum. Mengenal sejarah- sejarah yang sudah terjadi pada masa lampau. Dan yah, di sinilah aku sekarang, Museum La Galigo. Entah ke mengapa museum itu diberi nama seperti itu, aku tak ingin mengambil pusing. Itu bukan urusanku kan?

Saat asik melihat lihat beberapa lukisan, aku melihat sesuatu tak asing di mataku. Tentu saja, sekarang di hadapanku terlihat tokoh kesatria penyelamat yang menghancurkan Kerajaan Darklantcio. Dan tunggu ...

"Bukankah itu mirip dengan liontinku?" gumamku setelah melihat lukisan dari sang kesatria yang menyelamatkan dunia mengenakan liontin yang sama persis dengan apa yang aku punya.

Aku menjadi penasaran dan ingin melihat lebih dekat namun saat ingin menyentuh lukisan itu aku merasakan sebuah cahaya muncul dari dalam lukisan dan menelanku. Samar-samar aku mendengar sebuah suara. Suara yang menyuruhku untuk menyelamatkan dunia, aku juga bingung darimana suara itu berasal.

          

Tiba-tiba saja sebuah cahaya yang yang sangat terang terpancar melalui liontinku.

Ugh, ada apa ini!? Kenapa bisa jadi seperti ini!?

Reflek, aku pun menyipitkan mata sampai-sampai aku harus memejamkan mataku karena cahaya yang menyilaukan itu.

***

Dirasa cahaya itu sudah redup dan menghilang, perlahan aku membuka mataku.

Aku melihat sekelilingku. Hanya ada pepohonan besar yang ada di sini. Aku sendirian. Tidak ada orang sama sekali. Sepi sekali.

Aku mengerjapkan mata berkali-kali dan berusaha mencerna apa yang sedang dan telah terjadi.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Eh!? Bukannya seharusnya aku ada di museum!?" tanyaku heran sekaligus panik karena tiba-tiba saja aku berada di tempat yang asing dan aku sendiri tidak tahu ada dimana.

Aku sama sekali tidak mengenal dimana ini.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku kepada diriku sendiri.

Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan walupun aku tak tahu harus kemana. Siapa tahu aku menemukan orang yang bisa memberitahuku dimana aku sekarang.

Tak beberapa lama setelah aku berjalan, aku melihat sebuah desa yang tak jauh dari tempat dimana aku berada.

Aku pun berjalan ke arah desa itu.

***

Disini cukup ramai, banyak orang yang berlalu lalang di sini. Ada yang sedang berdagang, membawa kayu-kayu, anak kecil bermain, dan lain sebagainya. Ada juga yang sedang membuat pedang. Huh?

Aneh.

Aku merasakan banyak sekali orang yang menatap aneh dan heran ke arahku. Hei, tidak hanya kalian saja yang heran, aku juga di sini heran.

Andai aku berkata seperti itu, aku kira aku akan dicap 'orang aneh' oleh penduduk di sini.

Huh, aku tidak suka dengan keadaan seperti ini. Lebih baik sekarang aku cepat-cepat bertanya pada orang sekitar.

Belum sempat aku bertanya, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundakku dari belakang.

"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu? Sepertinya nona orang baru di sini? Saya baru melihat anda. Apa anda tersesat?" tanya seorang kakek tua dengan topi lusuh yang ia kenakan.

"A-anu, maaf kek, saya ingin bertanya, sekarang saya ada dimana ya? Iya, saya memang tersesat dan tidak tahu harus kemana. Um.. Apa kakek tahu kemana saya harus pergi kalau dari sini saya ingin ke Museum La Galigo?" tanyaku sopan kepada kakek di hadapanku.

"Museum? Apa itu museum? Saya tidak tahu tempat yang anda maksud. Tetapi saya sarankan lebih baik anda pergi ke Kota Hilgen. Di sana mungkin anda bisa menemukan tempat itu. Kebetulan saya sekarang akan pergi ke sana untuk mengantar peralatan yang di pesan Kerajaan," jelas kakek sedikit heran dengan pertanyaanku itu.

Kota Hilgen? Meseum itu seharusnya bukan ada di sana.

Kerajaan? Kakek ini kenapa? Apa dia sedang sakit? Mana mungkin di zaman ini masih ada kerajaan?!

Argh, aku sama sekali tidak mengerti sekarang. Aku sangat bingung. Tidak bisa mengerti dan berpikir dengan jernih. Aku hanya bisa mengangguk menyetujui pernyataan kakek itu.

"Baiklah kalau begitu, anda masuk saja dulu ke dalam kencana di sana. Saya masih harus mengangkat beberapa peralatan lagi."

Aku pun mengikuti apa yang dikatakan kakek tersebut

Special Event: 4 Different WaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang