BAB 4. MISTERI

24 1 0
                                    


Alicia mengenali tempat ini, batu-batu berpotongan rapi disusun sedemikian rupa sebagai lantai membentuk lingkaran besar dengan gambar garis meliuk-liuk berwarna hitam, ada panggung berukuran sedang diujung sana dengan beberapa kursi dari kayu berwarna gelap, dibelakangnya terhampar jurang dengan kabut tipis tergantung diudara, disekeliling lingkaran ada batang-batang kayu besar berbaris dan dibentuk sedemikian rupa seperti kursi panjang untuk penonton, dikelilingi rapatnya vegetasi hutan. Ini aula desa.

Tempat dimana masyarakat berkumpul untuk pertemuan besar dan tempat yang biasa dipakai untuk upacara kedewasaan klan warlock dan klan shape-shifter. Alicia mengenali tempat ini namun ada pertanyaan menggayut dipikirannya, kenapa ia disini.

Alicia berada ditengah lingkaran, memandang bingung melihat wajah dari warga desa yang memasang sikap siaga tidak jauh dari tempat ia berdiri, campuran rasa marah dan ketakutan terpancar dari setiap pasang mata yang menatapnya. Disana ada ayah dan ibu menatap sedih dan kecewa.

Alicia bergerak maju ingin menghampiri ayah dan ibu, namun ada sesuatu yang menghalangi kaki nya, ia turunkan pandangan dan kaget mendapati ada sosok yang tidak ia kenal terbaring bersimbah darah. Ia menatap ngeri melihat ada cairan pekat berwarna merah menutupi celana, baju dan tangannya. Alicia edarkan pandangan dan ia menemukan puluhan tubuh tidak bernyawa bersimbah darah dibelakangnya.

"AAAAAAAHH..................". Alicia berteriak menyadarkan dari mimpi buruk malam ini. Ia meraih selimut yang sebelumnya menutupi tubuh, menarik dan mengarahkan hingga menutupi mulut, menekan kuat untuk meredam teriakan histeris yang berasal dari mulutnya. Peluh membanjiri kening dan tengku, ia bergetar dengan napas memburu, ada aliran hangat menuruni pipi, ia mengedarkan pandangan digelapnya ruang.

Terdengar derap langkah kaki berasal dari lorong menuju kamar, pintu terbuka dengan kasar tersentak hingga terbentur ke dinding dengan bunyi yang amat keras, dua bayangan berdiri disana. Ada bunyi klik dan seketika ruangan menjadi terang.

"Ada apa sayang ?". Tanya ibu dengan nada khawatir seraya menghampiri. Ayah mengekori dengan raut wajah cemas. "Ada apa sayang ?". Tanya ibu lagi.

Tidak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya, pikirannya kacau. Ingatan dari mimpi itu masih bercokol diotak, tangan berlumuran darah dengan puluhan pasang mata menatapnya dengan kebencian. Badannya bergetar lagi, aliran hangat semakin deras menuruni pipi nya.

Ibu menarik Alicia kedalam pelukannya, mengelus rambut dan menepuk punggung menenangkan. " Tidak apa-apa sayang, itu hanya mimpi, kamu aman sayang". Ucap ibu menenangkan. beberapa isakkan lolos dari mulutnya.

Ibu mengelus rambut menenangkan hingga Alicia tertidur sampai pagi menjelang.

"Bangun sayang". Suara ibu membangunkan Alicia. "apa kamu akan kekantor hari ini atau ingin dirumah saja?"

"Aku akan kekantor mom, banyak yang harus aku kerjakan". Alicia menjawab.

"Baiklah, mommy akan siapkan sarapan, kamu sebaiknya bersiap-siap". Balas ibu seraya berjalan meninggalkan kamar.

"Iya mom"

Alicia menarik selimut yang menutupi tubuhnya, menyingkirkannya kesamping. Ia langkahkan kaki kekamar mandi. Mandi dengan cepat, tidak ia biarkan mimpi itu teringat lagi. Ia menyelesaikan mandi nya dengan cepat, memilih pakaian yang akan ia kenakan.

Hingga ia berangkat kekantor tidak ada satupun dari ayah ataupun ibu yang menyinggung kejadian tadi malam, itu membuatnya lega setidaknya ia tidak perlu berbohong.

***

Alicia berdiri mematung menghadap dinding kaca yang menampilkan gedung-gedung diseberang kantornya. Ia tidak bisa focus mengerjakan sesuatu, mimpi itu masih menghantuinya.

Cryptic (+17)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang