#22
"I get jealous because im afraid someone is going to make you happier than i do"
-Lucky pov-
Dengan memilih dia, kupikir aku telah menentukan pilihan terbaik. Yakin dengan seiring waktu, semuanya akan baik-baik saja. Aku memang memilih dia, tetapi hatiku dimiliki orang lain. Nyatanya keadaan tidak kembali sama. Keadaan berbanding terbalik, jika kemarin aku yang telah mematahkan hatinya dan ia harus menerima rasa sakit amat terdalam. Sekarang akulah yang harus melepasnya tanpa ada beban.
Aku mendorong kursi roda Rafa ke salah satu meja kantin. Pagi ini banyak pasien rumah sakit yang hendak sarapan di kantin. Ku perhatikan orang-orang berlalu lalang di hadapan kami.
"Ky kita mau sarapan apa?" Suara Rafa menyadariku dari hiruk-pikuk keramaian.
"Gue pesenin sup jangung sama susu cokelat ya?" Kataku bangkit dari tempat duduk, Rafa mengangguk tanda setuju.
Aku berjalan menuju stan tempat salah satu di jualnya makanan, di stan ini banyak orang yang sedang mengantri termasuk aku .
"Ell gue pesenin cream souop sama hot mocchalatte ya. Terus Marcell mau gue beliin minuman apa?" Suara seorang perempuan yang terasa familiar di telingaku, sedang sibuk menelfone seseorang. Aku melirik sedikit kebelakang, benar saja itu Nadya.
Mungkin dia sedang mengantre untuk membeli sarapan juga. Pagi ini wajahnya terlihat segar, bibir soft pink nya tersenyum lebar menanggapi suara yang ia telfone.
"Selamat pagi, mau pesan apa?" tak kusadari, aku sekarang giliranku untuk memesan.
"Lo deluan aja deh. Kaya nya lagi buru-buru." Kataku mempersilahkan.
"Oh makasih ya sebelumnya." Jawabnya hanya tersenyum.
Setelah dia memesan pesenan nya, aku menarik lengan nya menjauhi keramaian. Nadya menatapku heran, "nad maafin gue." Tuturku menunduk.
Belum ada respon darinya. "Eh tapi lo kan ga ada salah sama gue lagian kita juga baru kenal." Sahutnya. Aku terdiam mematung, sebegitu sakitkah perasaan nya sehingga Nadya berkata begitu?
"Nad gua tahu iya gua salah. Lo boong kan, apa maksudnya kita baru kenal? Gue Lucky nad!" Pandangan matanya semakin heran menatapku.
"Maaf mungkin lo salah orang, atau muka gue mirip sama orang yang lo kenal. Gue lagi buru-buru, gue deluan ya!" Pamitnya pergi meninggalkanku begitu saja.
Sungguh ini diluar dugaan, detik ini aku merasakan salah teramat luar biasa.
-author pov
Rahell mendengar ketukan pintu dati luar kamar inap Nadya, dengan malas ia beranjak dati poposisi nyaman nya. "Akhirnya datang juga lo, gue udah laper banget sumpah dah."
"Maaf deh habisnya tadi gue ketemu cowok namanya Lucky, dia kayanya salah orang deh ataua da orang yang dia kenal mirip sama gue. Dia minta maaf gitu, gue kasian sama dia menurut gue sih dia ngiranya gue mantan dia." Cerita Nadya seraya meletakkan makana yang tadi ia beli di nakas.
Rahell tercenung mendengarnya, pasti Lucky belum tahu soal amnesia Nadya. "Ah aneh-aneh aja. Biasa juga sih dugaan lo bener, yaudalahya mending kita makan aja deh. Laperr..." sergah Rahell, tanpa berminat membahasnya.
Rahell, Marcell, Aldy dan Bagas sepakat untuk merahasiakan Lucky dari Nadya untuk sementara waktu. Mereka tak ingin Nadya stress dan melakukan hal mengerikan seperti semalam.
Marcell menutup pintu kamar mandi, ia merasa lega setelah melaksanakan panggilan alam. "Mancaww pas banget udah dateng makan nya."
"Yee si rakus, makanan mulu pikiran lo." Desis Rahell.
"Yee si endut ga nyadar diri." Balas Marcell yang dihadiahi cubitan di pinggang nya. "A...anjir sakit ndutt." Rintihnya.
"Kalo ngomong suka bener ya!" Rahell semakin ganas mencibit Marcell, sementara Nadya tersenyum samar melihat keduanya.
"Terusin deh urusan rumah tangga nya. Gue udah selesai makan, gue ke taman ya!" Kata Nadya meraih ponselnya di nakas lalu pergi meninggalkan kedua remaja itu.
"Hati-hati ya nad!" Teriak Marcell.
"Heh urusan lo sama gue belu. Kelar." Rahell menjitak kepala Marcell pelan.
Sesampainya di taman, suasana sangat ramai. Taman itu dipenuhi pasien rumah sakit dengan keluarga nya. Nadya merasa iri dengan mereka yang kelihatan bahagia, sedangkan dia hanya sendirian dan kesepian di sisni. Kedua orang nya sangat sibuk sehingga melupakan nya. Mereka hanya bisa mentransfer uang.
Mungkin bagi bonyok gue dengan uang semua selesai. Padahal mereka gak tahu, gue butuh mereka disini. Buat jelasin gimana kehidupan gue. Pikir Nadya.
"Sendirian aja neng, mau abang temenin?" Sapa seorang cowok memakai kaos biru polos, yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.
"Eh?" Nadya menengok kesebelah, cowok itu menyodorkan es krim.
"Buat lo, gue tahu kalo orang lagi sendirian pasti lagi galau kan? Menurut pelitian gue cewek itu lagi galau sukanya es krim." Walaupun masih merasa aneh dengan cowok yang entah berantah dari mana, Nadya tetap menerima es krim itu. Dan langsung memakan nya dengan rakus.
"Hmm nyam nyam makwasi ywa ekriwmnya. Walopun gua gatau lo syapa." Celotehnya mulut Nadya masih di penuhi es krim.
"Hanjer rakus juga hahaha....iya iya abisin sana. Nama gue Leon." Ucap Leon tertawa kecil. "Eh itu gua bershiin ya bibir lo celemotan gitu." Leon mengusap ujung bibir Nadya membersihkan serpihan cokelat.
"Lo mau?" Nadya menyodorkan cone es krim, baru Leon inhin melajapnya Nadya mencolek es krim dan mengoleskan nya di pipi Leon. Merasa di kambing hitam Leon mencubit pipi Nadya dengan gemas. "Kyaaa! Merasa tak terima Nadya membalas mna.
Dari kejauhan tanpa di sadari, seorang cowok yang berada di sebuah kafe melihat kejadian itu tak suka.
A::N
HEYAAA IM BACK GENGS OYA JANGAN LUPA BACA CERITA BARU GUE YAA OKEI!
Maaf capsloc jeboll intinya gue minta maaf banget udah ilang-ilangan hihihi tenang cerita ini masih lanjut kok :)
KAMU SEDANG MEMBACA
All about Us
Teen Fiction"Dont play with my feelings" Mereka bercerita tentang mereka yang tersesat dalam kisah tak berujung... Terjebak dalam dilema. Tersakiti akan penghianatan. Terdampar dalam cinta yang salah. Dan mereka yang merelakan untuk kehilangan.