Jenguk

114 7 0
                                    

Arveno berjalan di belakang Mave menuju kamar Ravella, kebetulan kamar Ravella saat itu sedang terbuka lebar dan menampilkan 2 sosok yang sangat Arveno kenali.

"Bro, jangan macem-macem ya ama adek gue dan lo sapa nama lo lupa gue,"

"Putra."

"Nah iya awas kalo ampe lo macem-macemin adek gue!"

Setelah memberi nasehat serta ancaman untuk Arveno dan Putra, Mave melenggang pergi menuju kamarnya. Sedangkan Arveno dan Putra saling melemparkan tatapan sengit. Ravella? Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali karena tak percaya ada dua cogan yang berada di dalam kamarnya. Ia juga bingung mengapa tatapan Arveno dan Putra seperti tatapan saling ingin membunuh. Maka, Ravella memutuskan untuk mencoba mencairkan suasana mencekam di kamarnya.

"Cie Arveno sama Kak Putra tatap-tatapan gitu ati-ati tar jadian loh," celetuk Ravella sambil cekikikan.

Tatapan sengit antara Arveno dan Putra berubah menjadi tatapan geli dan mereka kompak berteriak, "NAJIS!"

Tawa Ravella meledak," hahahahaha ngomong aja bisa barengan gitu fix kalian jodoh!"

Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak menjawab ucapan Ravella yang menurut mereka semakin ngelantur. Kemudian Putra angkat bicara sambil menatap tajam Arveno, "Lo ngapain ke sini?"

"Ya jenguk orang sakitlah lo ga liat ni gue bawa kresek isi buah-buahan begini," jawab Arveno sambil menunjukkan tas kresek yang berisi buah-buahan untuk Ravella.

"Udah ah bacotnya! duduk sini Ar, hmm mood makan gue udah naik lagi nih keknya udah mo sehat jadi makasih ya buahnya," ujar Ravella berusaha menengahi mereka.

Putra mendengus sebal sedangkan Arveno tersenyum miring ke arah Putra. Lalu Arveno duduk di samping kanan Ravella. Jadi posisi duduk mereka Arveno-Ravella-Putra. Yak Ravella diapit dua cogan.

"Nih buahnya jangan lupa dimakan ya," ucap Arveno lembut seraya menyodorkan buah tangan darinya ke arah Ravella.

"Siap bos! Eh ngomong-ngomong lo bolos ya?"

"Dasar bolosan," celetuk Putra secara sarkastik.

"Iya gue bolos, Ra dan lo anak baru ngaca dulu dong sebelum ngejudge orang kek situ yang paling bener aja," ujar Arveno.

Putra hanya diam, ia tak tahan dengan situasi ini. Ia merasa kalah dari Arveno karena Ravella terlihat sangat bahagia karena kehadiran Arveno tidak seperti saat dirinya datang menjenguk Ravella tadi. Akhirnya ia memutuskan untuk berpamitan dengan Ravella.

"Vell gue balik ke sekolah sekarang ya, gue gamau jadi bad boy kaya orang di samping lo." Sebenarnya Putra tidak akan kembali ke sekolah, justru ia ingin membolos bersama teman-teman di sekolahnya yang dulu. Ia berkata seperti itu agar Ravella terkagum-kagum akan sikapnya itu. Namun perkiraannya salah, Ravella tidak peduli Putra akan kembali ke sekolah atau tidak karena dia merasa senang Putra pergi dari hadapannya. Entah kenapa ia tidak nyaman berada di dekat Putra tetapi ia tidak enak hati bila harus mengusirnya.

"Oke makasih kak udah jenguk. Hati-hati di jalan," ucap Ravella singkat dan tersenyum tipis ke arah Putra.

Putra mengangguk kepalanya lalu berlalu dari hadapan Ravella dan Arveno. "Senyuman lo buat gue aja beda ama senyuman lo buat Arveno sialan, gimana gue bisa dapetin lo? Pokoknya lu harus jadi milik gue. Inget Vell lo cuma harus jadi milik gue Andreas Putra."

Sepeninggal Putra, mereka larut dalam keheningan dan kecanggungan. Arveno berpikir keras mencari topik apa yang bagus untuk diperbincangkan dan Ravella juga berpikiran seperti Arveno.

Candu (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang