CHAPT 09. MEET THE ELVEN WOOD

1.2K 131 25
                                    

Sesuai janji saya. Mari kita sambut...

Prince Legolas Greenleaf

_______

Akhirnya aku kembali ke hutan Mirkwood ini lagi. Hutan ini lebih sakit dari sebelumnya aku pergi. Hutan ini memang menyeramkan dulu, tapi setidaknya masih terasa nyaman dan sejuk. Tapi sekarang berada dihutan terasa sesak. Seperti memasuki hutan yang baru terbakar.

Aku belum pernah memasuki hutan semati ini. Batang-batang pohonnya hitam dan terkelupas. Kami berjalan mengikuti jalan setapak. Aku dan Thorin didepan memimpin rombongan. Tapi jalan setapak bangsa elf tidak mudah ditemukan, kadang kami harus mencari-cari lebih dahulu sebelum berbelok.

Semakin memasuki kebagian dalam hutan, udara terasa semakin berkurang, membuat kami merasa pusing dan kelelahan. Ketika kami akhirnya menemukan jembatan yang Gandalf katakan, kami mengerang kecewa. Jembatan itu terputus.

"Wanderer kau tidak apa-apa?" Thorin bertanya, kami menjadi lebih akrab setelah kejadian di gunung batu. Dia tidak sekaku dulu atau seangkuh dulu.

"Aku pusing, kau tidak menciumnya? Ada yang aneh dengan hutan ini. Seperti mencium bau kertas terbakar..." jelasku sambil duduk di dahan pohon dibelakangku.

"Aku tidak menciumnya. Kupikir karena wangi bungamu, sehingga kami tidak menciumnya?" jelas Thorin diangguki setuju oleh yang lain. Benarkah, aku bahkan sudah lama tidak mandi. "Ayo... " aku mengangguk, memakai slayerku untuk mengurangi bau-bau yang entah datang dari mana.

Kami berputar mencari jalan menyebrang, Thorin meminta Bilbo mencoba akar merambat yang menurut Kili kuat. Aku mencoba membantunya tapi dahan itu tidak bereaksi sama sekali akan mantraku. "Maaf, pohon ini sekarat, aku tidak bisa merasakan apapun. Kalau adapun kurasa tidak cukup membuatnya tumbuh. Tenaga mereka hanya untuk mempertahankan diri" jelasku pada Thorin. Dia mengangguk.

Bilbo berjalan di akar rambat dengan susah payah dan terhuyung-huyung. Sesaat aku pikir dia akan terjatuh kedalam sungai, hingga akhirnya dia berhasil tiba diseberang. Melihatnya berhasil para dwarf langsung berebutan mencari jalan. "Pegangi dia.." aku mendengar Thorin menyuruh seseorang. Dan kurasakan seseorang memegangi tanganku.

"Ada apa dengannya?" tanya Fili. "Dia seperti mabuk ale"

"Aku tidak mabuk, aku pusing..." keluhku. "Rasanya mengantuk." Dan sesaat kemudian aku mendengar suara ceburan disungai. Bombur berenang, yeayy... "Bombur.. Aku ikut" aku hendak ikut menceburkan diri, tapi seseoranng menahan kerah bajuku. Menarikku hingga ke seberang. Ternyata Thorin. "Apa itu?" tanyaku kurasa aku berhalusinasi melihat rusa putih yang secantik bulan. Tapi kurasa aku tidak sendirian. Thorin dan Bilbo juga melihat kearah yang sama.

Thorin mencoba memanahnya. Dan saat panah itu melesat, kesadaranku pulih sesaat. "JANGAN!" teriakku. Panahya meleset. Dan aku mendesah lega, entah kenapa. Bombur yang tertidur, terpaksa mereka angkat dengan tandu yang kami buat darurat.

Entah sudah berapa lama kami dihutan. Aku bahkan lupa hari apa sekarang. Hutan terasa semakin menyesakan. Ditambah harus mengangkat tandu Bombur. Para dwarf kelelahan dan menjadi emosi.

"Apa kau dengar suara itu, Wanderer?" tanya Bilbo saat aku meringkuk disebelahnya, memeluk lututku. Menutup kepalaku dengan tudung dan slayer.

"Hutannya kesakitan... aku tidak tahan suaranya" jelasku, ternyata aku tidak sendirian mendengar suara rintihan itu. Atau mungkin Bilbo hanya berhalusinasi.

Thorin yang mulai tidak tahan, tiba-tiba menyuruh kami bergerak kearah melawan arah jalan setapak. Aku menarik Bilbo yang sedang memainkan jaring laba-laba. Dan akhirnya kami tersesat. Kami berputar-putar. Aku dan Bilbo menyadari kalau kami hanya berputar-putar saat Ori menemukan kantung tembakau Bofur.

The Wanderer 1 - Legolas FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang