Chapter 11

25 3 0
                                    


Christine's POV

"Hai, selamat pagi.." sapanya yang baru sampai di meja makan.

"Selamat pagi.." balas ibu. Aku hanya meliriknya sekilas karena aku masih menyiapkan makanan di meja makan.

"Christine, bagaimana soal pementasanmu?"tanya ibu. Aku duduk di tempat biasanya.

"Hmm.. ya, Bu. Beberapa hari lagi adalah pementasannya. Dan kau harus tau, tiketnya sudah terjual 3/4 dari yang tersedia. Apa nanti kalian akan datang?" Ujarku dengan ekspresi berharap.

"Sayang, maafkan aku. Ibu tidak bisa datang. Kau tau kan sedang ada konflik di negara tetangga. Sepupuku yang ada disana meminta bantuanku untuk menjadi tabib."

"Kau yakin akan pergi, bu?" Huft, ini pertama kali ibu tidak akan melihat pementasanku.

"Iya. Dua hari lagi ibu akan berangkat ke sana. Dan.. Harold, bisakah kau menjaga Christine? Kalian juga akan sama sama bertanggung jawab atas diri kalian dan rumah ini. Oke?"

"Ibu, aku bukan anak kecil yang harus dijaga seperti itu," ucapku.

"Aku paham, sayang. Aku hanya inhin memastikan kau aman selama aku pergi. Apalagi sebentar lagi kau akan tampil opera." Sambung ibu.

"Mhm" sahut Harold.

"Christine, jangan khawatir, aku akan baik baik saja disana nanti. Aku berada di tempat yang aman. Percayalah," setidaknya kata kata itu berhasil mengurangi kekhawatiranku.

"Baiklah, bu. Jadi, bagaimana denganmu, Harold? Kau akan datang 'kan?" tanyaku.

"Hmm, entahlah. Aku terlalu sering diundang dalam pementasan opera. Aku jadi sedikit bosan. Jika kau beruntung, aku mungkin akan datang." jawabnya tanpa memandangku.

Dasar sombong. Apa dia pikir dirinya adalah seorang pangeran yang selalu diundang dalam pementasan opera? Ia bahkan tidak menghargaiku.

Dia beruntung kali ini karena aku memilih untuk tidak berdebat.

***

Harry's POV

Mulai hari ini, sepulang dari toko paman George, ia tidak akan ada langsung pulang ke rumah. Dia sibuk berlatih dengan grup teaternya.

Dan mungkin karena kata kataku tempo hari membuatnya tersinggung, ia jadi pendiam didepanku. Sementara itu, bibi Evy sudah berangkat.

Apa yang bisa aku lakukan?

Uhm..mungkin aku bisa mengatakannya hari itu nanti.

The day...

Hari ini adalah malam pementasan operanya. Saat itu, tentu saja aku bergurau. Tanpa diketahuinya, aku pergi untuk menonton pementasannya.

Dia berperan sebagai tokoh utama berperan sebagai putri Liana yang hilang. Ia terlihat sangat cantik dan suaranya begitu indah. Dirinya sangat memikat malam ini. Aku sangat menikmati penampilannya. Aku hanya sedikit menyayangkan, andai saja desa mereka tersentuh kerajaanku, ada banyak potensi di desa ini. Termasuk seni teater ini.

Sejenak aku ingin kembali menjadi pangeran agar bisa mewujudkan itu. Tapi, apa yang aku rasakan sekarang, selama aku ada disini, tidak bisa tergantikan dengan posisi pangeran. Ini melebihi dari segala yang kupunya, itu yang aku rasakan.

Setelah semua penonton keluar, aku memutuskan untuk pergi ke backstage. Aku ingin menemuinya, aku ingin meminta maaf jika ia tersinggung dengan kata kataku tempo hari.

"Christine.." panggilku.

Tapi tak ada seorangpun disini. Apa aku terlambat? Apa mereka sudah berkumpul ditempat lain untuk merayakan kesuksesan mereka?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang