17 (Jingga)

998 55 0
                                    

Diary,
10 April

Hai Bintang..
Sekali lagi selamat ulang tahun ya. Juga semoga hubungan kamu sama Ulan bisa langgeng.

Ternyata benar dugaanku waktu itu. Dan sekarang, Ulan adalah perempuan yang benar benar beruntung mendapatkanmu. Kamu tak salah dalam memilih pasangan, Bintang. Ku lihat kalian cocok dan serasi. Ah, benar. Seperti Bulan dan Bintang.

Untuk Ulan, kamu memang beruntung sekali Lan. Banyak yang berharap berada di posisimu. Termasuk aku.

Hei, siapa yang tidak senang? Di tembak oleh lelaki pujaan hati di depan teman teman dengan membawa sebuket bunga juga di nyanyikan sebuah lagu romantis olehnya. Ugh, sungguh membuat iri.


Air mataku terjatuh. Aku menarik nafas sebentar sebelum menulis kembali. Nafasku tersengal sengal akibat menangis. Ku seka air mataku, tapi tetap saja ia terus turun tiada henti. Bukuku juga jadi sedikit basah karena air mataku.

Aku menghela nafas, mencoba tersenyum setulus mungkin. Lalu, lanjut menulis.


Hmm, Bintang. Aku gak bisa janji buat dateng ke pestamu malam ini. Ada banyak alasan buatku untuk tidak datang. Ku rasa kamu tau salah satunya. Dan untuk kadonya, ku titipkan pada Fajar saja ya.

Maaf Bintang. Aku pengecut. Aku terlalu egois bila aku tidak senang kamu bahagia. Aku perempuan yang lemah. Makanya aku gak pantas buat kamu. Benarkan?. Hehe.

Aku akan mencoba untuk berhenti. Tapi, aku gak janji bisa buang semua perasaan ini. Kamu tau kan? 2 tahun memendam perasaan lalu berencana membuangnya, itu tidak mudah.



'Uhuk'

Tiba tiba aku terbatuk. Aku kaget. Tak seperti sebelumnya, aku tidak pernah kaget bila batuk. Tapi, untuk kali ini aku sangat kaget melihat darah keluar saat aku terbatuk.

Seperti dugaanku, kepalaku juga tiba tiba pening sekali. Akupun memutuskan untuk menyudahi kegiatanku. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 7. Aku segera mengambil ponsel di atas nakas.

Ku ketik nama Fajar di kontakku. Lalu mendial nomer itu. Tak butuh waktu lama, telponku tersambung dengan telponnya

"Halo, Fajar" ucapku


"Halo, ada apa nih, Jingga?"


"G-Gue titip kado ya sama lo"


"Kenapa? Lo gak dateng emang?"


Aku terdiam sejenak untuk memikirkan alasan yang tepat.

"Jingga? Lo masih di sanakan?"

"Eh? Masih kok Jar. Gue-- gue gak bakal dateng Jar. Maaf gue terlalu gak pengecut. Hehe. Jadi bisa gak gue titip ama lo?"


Fajar tak menjawab. Lalu aku memanggilnya untuk memastikan bahwa dia masih di sana.


"Yaudah deh. Gue ke rumah lo sekarang"


Setelah mengucapkan itu, Fajar langsung memutuskan telponnya. Dan aku menunggunya dengan kado yang sudah siap di sampingku. Aku menatap langit langit kamarku. Ku pejamkan mata sejenak.

Bunda, Ayah. Aku kangen.



~~~


Diary17~

Diary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang