Benny menggebrak meja kayu kecil yang langsung membuat benda- benda diatasnya jatuh bergulingan ke lantai. Sebotol minuman isotonic jatuh kepangkuanku.
Suasana di studio lukisku berubah mencekam, Benny memandangiku garang, siap menerkam, mencabik dan melumatku.
Angin bertiup kencang, awan- awan gelap hitam berarak, merapat. Kilat menyambar, petir dan guruh berdentum memekakkan telinga.
Mata Benny memerah, di kepalanya tumbuh tanduk dan kedua gigi taringnya memanjang.
Aku bergidik.
" Siapa dia?! ".
Gelegar suara Benny menarikku kembali ke alam nyata.
Aku mengalihkan pandanganku kesamping, ke lantai, ke remukkan kertas sketsaku yang baru setengah jadi.
Sketsa lelaki itu.
" Aku- ".
" Siapa?! Jawab aku, Eliz! ".
Aku mencerucutkan bibirku, mengumpulkan semua keberanianku, balik menatapnya garang.
" Cuma klien biasa. Bukan urusanmu, tidak penting. Cuma klien biasa. Titik! Selama itu berhubungan dengan pekerjaanku, kau tidak berhak ikut campur. Jangan tanyai aku lagi! ".
" Semua temanku melihat kau keluar dengannya, kau pergi makan, bahkan pergi berbelanja dengannya ".
" Itu buka urusanmu! Yang bisa kukatakan, dia adalah klien yang loyal, pemurah dan sangat menyenangkan. Aku hanya ingin menjaga hubungan baik, itu saja ".
Aku memungut sketsa itu dan meluruskannya di meja cetak.
Benny maju kearahku.
Secara naluriah, aku menarik tubuhku kebelakang dan bersikap siaga.
" Jadi, kau harus menemani semua klien mu, begitu? Kesana, kemari, dengan alasan menjaga hubungan baik, begitu? Sekarang sekedar makan, besok, kau akan tidur dengan mareka semua! ".
Benny menyerangku secara emosional, membuatku meradang.
" Tidak akan seperti itu! Aku tahu siapa klien ku dan mareka tahu aku! ".
Aku bergerak kearah sofa, Benny mengikutiku.
" Apa yang kau bicarakan dengannya, hah? Dengan klien- klienmu? Betapa bagusnya badan mareka ketika kau lukis? Betapa seksi nya pose mareka? Hah? ".
" Apa yang kubicarakan dengan mareka, sekali lagi, bukan urusanmu! ".
Aku mundur ke tengah studio.
Benny kembali mengikutiku.
Aku merasa kami seperti menari, setiap gerakan yang kubuat, kemana aku melangkah, Benny akan mengikutinya.
" Setiap hal tentang pekerjaanku, aku tidak ingin kau tahu, aku tidak ingin kau campuri, Tuhan! Berapa kali harus kukatakan padamu ini. Aku-, tidak pernah tahu apa yang kau lakukan dengan pekerjaanmu-, orang- orang yang berhubungan dengan pekerjaanmu, Ben ".
" Kerena kau tidak pernah menanyakannya ".
" Karena aku tidak, pernah, ingat ini, aku tidak pernah ingin tahu! ".
KAMU SEDANG MEMBACA
Series of Blues
Short StorySlice of life, terinspirasi dari kejadian & keadaan di sekeliling penulis yg hobi nya sering memperhatikan orang - orang dan lalu lalang kesibukan kota. Semua cerita hampir 99% adalah kejadian nyata (penulis kurang imajinasi hingga hanya mengulang...